Buhul (Tali) yang Kukuh # 17

in #steempress6 years ago

Untuk ke sekian kali, Mara membaca surat itu. Lama kelamaan tulisan Tuti semakin kabur. Mara menghapus airmatanya. Ayah sakit. Mama tidak bisa bawa ke dokter, karena tidak punya uang. Nafasnya terasa sesak.

Kalau menuruti kata hati, ingin sekali dia langsung pulang kampung. Mama pasti sangat repot. Bikin kue untuk jualan. Ngurus Ayah.

Tapi dia tidak punya uang sepeser pun. Bekal dari mama sudah habis untuk membeli keperluan pribadi. Syukurlah dia bisa jalan kaki ke tempat kursus. Kadang Kak Heri suka mengantar, kalau pulang dari tempat les, dia menengok ibu Kak Heri yang sakit-sakitan. Ibu Kak Heri suka ngobrol dengannya.


source

Mara tidak berani minta uang pada Pakde Parman. Dia membaringkan tubuh yang terasa lemas. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing. Mara memejamkan mata. Laa haula wa laa quwwata illa billah … laa haula wa laa quwwata illa billah … laa haula wa laa quwwata illa billah … laa haula wa laa quwwata illa billah …

Tangannya memijat pelipis yang terasa sakit. Ketika membuka mata, jam dinding menunjukkan pukul 18.30 WIB. Sudah hampir tiga jam dia berbaring. Kepalanya masih terasa pusing.

Setengah menyeret tubuhnya, dia mengambil wudhu. Selesai mengucapkan salam, dia bersujud mencium sajadah hadiah ulang tahun dari ayah. Airmatanya kembali berderai. Ketika tak ada lagi airmata yang bisa dikeluarkannya, dia berbaring di atas sajadah. Samar-samar terdengar suara adzan Isya. Dia bangkit dan langsung salat.

Ketika mengucapkan salam, matanya tanpa sengaja membentur Al-Qur'an kumal di atas meja. Ada sebuah dorongan kuat yang menyuruhnya mengambil. Mara menarik nafas panjang. Dia membuka sembarangan. Kalau ada mama, dia hanya perlu bertanya, mama pasti bisa memberi jawaban yang masuk logika dan memuaskan pikirannya.

Mata Mara terpaku membaca arti sebuah ayat yang sudah di stabilo. 'Dan tidak ada satu pun mahluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya ....' Dia kembali membuka secara acak. Matanya membaca sebuah ayat yang sudah diberi tanda juga. 'Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ...'

Mara terdiam. Nasehat mama, menandai arti ayat, menyelamatkannya. Subhanallah. Ampuni aku ya Allah. Aku takut sekali tidak punya uang untuk membantu pengobatan ayah, padahal Engkau sudah menjamin rezekiku.

Mara menarik nafas panjang. Hatinya berontak. Tapi selama ini Allah tidak pernah mengecewakannya, kilah logika. Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini.

Dia terus membaca ayat pertama yang dibacanya. Sakit kepala mulai berkurang. Hatinya semakin terasa tenang. Ya, aku punya rezeki. Dan aku hanya harus mencarinya. Allah tidak mungkin mengingkari janji-Nya.

Dia kembali membuka secara acak. Matanya kembali terpaku menatap arti sebuah ayat. “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang telah kamu mohonkan kepada-Nya ...'

Allah telah meberiku apa yang telah aku mohonkan pada-Nya. Apa artinya? Alis Mara berkerut dalam. Dia mengambil sebuah buku yang baru saja dipinjamnya dari perpustakaan.

Inikah yang dimaksud dengan percaya, bahwa dia sudah mendapatkan apa yang dimintanya. Di buku itu tertulis, jangan pikirkan ketiadaannya. Seperti membeli barang dari sebuah katalog. Yakinlah bahwa benda itu sedang dikirim padamu. Rasakan kau sudah menerimanya.

Sebuah senyum tersungging di wajah Mara. Benar. Allah sudah menjamin rezekiku. Aku sudah memohon limpahan karunia yang terus menerus darinya. Allah pasti mengabulkan permintaanku. Aku hanya harus melatih diri, merasa sudah mendapatknnya.

Mara berbaring di tempat tidur. Tangannya meraih selimut, menutupi tubuh sampai sebatas leher. Apa yang kulakukan kalau aku sudah mendapatkan keinginanku?

Dia menutup mata. Laa haula wa laa quwwata illa billah … laa haula wa laa quwwata illa billah … laa haula wa laa quwwata illa billah … laa haula wa laa quwwata illa billah …

Karena merasa sangat mengantuk, Mara tanpa sadar tertidur. Ketika matanya terbuka, dia melihat jam dinding menunjukkan pukul 02.30 WIB.

Alhamdulillah, hatinya sudah tidak serisau saat pertama membaca surat dari sahabatnya. Apa yang akan kulakukan, jika aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan? Mara duduk bersandar di kepala ranjangnya.

Sakit kepalanya sudah jauh berkurang. Subhanallah walhamdulillah wastaghfirullah ... benar kata-kata itulah yang akan kuucapkan. Mendapatkan keajaiban. ya itu yang akan didengungkan hatinya. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Kau sudah memberi petunjuk apa yang harus kulakukan.

Dia menarik nafas lega. Dengan terus mengucapkan kalimat-kalimat itu dalam hati, dia kembali tertidur.


source

“Pakde buat apa bikin SIM mobil, saya kan engga bisa setir mobil?” tanya Mara kaget.

“Engga apa-apa, sekalian, Mara. Kalau bolak-balik nanti malah repot. Ke depannya, kamu harus bisa setir mobil juga. Biar gampang kalau harus pergi jauh.”

Kata Bude jangan kebanyakan protes, Mara, sebuah suara di kepalanya mengingatkan. “Urusan perusahaan Pak Tama banyak sekali ya, Pakde?”

Pakde Parman mengangguk. Sebenarnya dia sendiri keheranan, ketika Pak Tama menginstruksikan hal ini padanya. Tapi seperti biasa, wajah laki-laki itu tidak menampakkan ekspresi apapun, ketika mengatakannya. Pertanda ‘Kerjakan saja perintahku’. Dia tidak berani bertanya lebih jauh.

“Ini Mara,” Pakde Parman menyerahkan sebuah tas kertas kecil pada Mara. Setelah menyerahkan kedua SIM itu pada Mara.

“Apa ini Pakde?”

Jangan Lupa Bahagia

Bandung Barat, Rabu 18 Juli 2018

Salam

 

 

Cici SW


Posted from my blog with SteemPress : https://cicisw.com/2018/07/18/buhul-tali-yang-kukuh-novel002-017/

Sort:  

Dari cerita ini saya semakin sadar, kalau rezeki kita sudah dijamin oleh Allah. Selanjutnya, kita perlu banyak bersyukur ya, Mbak 😊

Iya Mbak @nurulfitri, Banyak bersyukur dan ihtiar sekuat tenaga :)

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63780.55
ETH 2618.13
USDT 1.00
SBD 2.82