Cerpen : Tak Ada Inspirasi Di Dalam Segelas Kopi
Di temani oleh secangkir kupi di sore hari. Mukidi mencoba mencari inspirasi. Hari ini, dia telah bertekad untuk menyelesaikan naskah tulisannya. Sudah setahun terakhir mimpinya tersusun rapi. Mimpi menjadi seorang penulis. Banyak alasan yang membuatnya mau menulis. Salah satunya, dia berharap melalui tulisan-tulisannya mampu menginspirasi orang yang membacanya.
30 menit berlalu , tak satu patah katapun mampu dia tulis untuk memulai tulisannya. Buku tulis setebal 100 lembar yang dibelikannya setahun terakhir di sebuah toko buku dekat di kampungnya tersebut masih kosong putih tak sedikitpun tintanya tergoreskan olehnya sejauh ini.
“sulit sekali mencari inspirasi. Apa yang harus aku tulisankan? Bergumam dalam hati. Secankir kopi hampir habis diminumnya. Namun, tetap saja inspirasi berdiam diri. Kopi yang di dalamnya mengandung berjuta inspirasi tak mampu di ajak kompromi untuk melahirkan goresan tinta
50 menit berlalu semabari kopi tak tersisa lagi untuk di tegukkan. Buku putih kosong di depannya yang sejak tadi sudah siap menari2 tetap berdiam tak beraksi. Di tutupnya kembali
Dasar kopi tak berguna. Kok aku tak dapat inspirasi? Dimana letak inspirasi di secangkir kopi? Huftt. Mukidi mulai jengkel, buku pun di tutupnya kembali.
Dasar Kopi Tak Berguna
Untuk kesekian kalinya Mukidi mencoba mencari inspirasi di dalam segelas kopi dan kemudian akan menuangkannya menjadi sebuah tulisan karena memang dia meminum kopi untuk membuat tulisannya menari-nari di atas kertas putih yang telah disiapkannya sejak tadi.
Beruntung sekali hari ini meskipun sedikit jengkel namun tidak membuatnya melempar gelas kopinya di minumnya seperti kemarin. Kemarin dia emosi sekali, sudah dua jam dia merenung mencari inspirasi tentang apa yang harus dia tuliskan namun ide-idenya tersebut tak kunjung datang. Padahal dua gelas kopiyang dia habiskan namun payah tak satu kalimatpun bisa di paksakan.
Dua hari sebelumnya, giliran adiknya yang menjadi korban akan kemarahannya karena mondar mandir lewat di depannya berulang kali membuatnya merasa terganggu isi pikirannya. Hari itu dia tidak menyalahi kopi seperti hari ini. Namun membuatnya hampir pasrah bahkan hampir saja membuatnya menyerah untuk tak lagi mau menulis.
Tummmm. Pintu di bantingnya dengan keras. Melampiskan kekesalannya yang selalu payah dalam menemukan inspirasi untuk di tulisnya. Keluar sejenak barang kali akan membuatnya tenang. Setidaknya membuatnya tak lagi harus berpikir tentang tulis menulis yang membosankan itu, yang hanya mampu mengganggu isi kepala saja.
Sebaiknya aku ke bale saja, di sana aku bisa bercakap-cakap, tertawa dan bercanda dengan kawan-kawan kampungku, putusnya dalam hati. Samba mencari kunci kereta ke sana kemari yang tak dia temui lagi-lagi membuat harinya makin sial saja. Membuatnya makin jengkel pada hari itu.
Karena setelah mencari kemana-mana namun tak juga di dapatkannya membuatnya urung untuk ke sana. Karena bale tersebut tak mungkin di capai melalui jalan kaki krena jaraknya yang jauh jika berjalan kali di tambah sebentar lagi sudah datang waktu magrib.
Jam menunjukkan jam 17:45 WIB. Sembari menunggu menunggu azan berkumandang. Mukidimencoba untuk beristirahat di atas ranjang sekedar untuk berbaring meluruskan badan agar penat segera hilang sambil membalas obrolan kawan-kawan di smartphone miliknya. Tanpa sadar, dia pun terlelap tidur pada akhirnya. Entah bagaimana ceritanya tidak lama kemudian dia pun bermimpi tentang satu hal.
Seakan-akan Mukidi sedang bersantai di sebuah bale di pinggir sawah, sawah tersebut sebenarnya asing sekali baginya. Tak pernah dia temui di kehidupan nyatanya. Mukidi sedang berpikir sesuatu dengan mata jauh memandang ke depan lewat tepatnya berkhayal.
Sosok Serius Misterius
“Assalamu’alaikum” sapa seorang. Membuat Mukidi tersadar dari lamunannya.
“Wa’alaikum salam” jawabnya singkat. Sambil tersenyum sebagai tanda penghormatan ta’dzim kepadanya.
“Eh Abu rupanya” tegurnya basa basi.
Pulang dari mana abu? Tanyanya.
Dari desa sebelahMukidi, ada hal yang harus di selesaikan.
Mukidi kenpa dari tadi nampaknya sedang memikirkan sesuatu. Kalau boleh tahu apa yang sedang nak Mukidi pikirkan? Pertanyaan Abu persis seperti pertanyaan di kolom update status facebook. “Apa yang sedang kamu pikirkan”
Hmmm. Ngak Abu, Begini, apa sedemikian susah untuk mencari inspirasi melalui kopi padahal kata Koran terdapat jutaan inspirasi di dalam segelas kopi? Namun, kenapa selama ini meski telah meminum kopi banyak sekali tapi tak juga di temukan inspirasi.
Tak ada inspirasi di segelas kopi. Jawab Abu singkat dan padat.
Lantas? Kata-kata yang selama ini kita semua pahami bahwa terdapat jutaan inspirasi di segelas kopi, apa maksudnya itu? Apa itu pembohongan public? Tanya Mukidi heran?
Besok lusa akan saya jelaskan. Jawab Abu singkat.
Tapi Abu.. belum habis kalimat Mukidi, segera dia terbangun oleh kumandang azan Magrib.
Lantas dia pun bangkit dari tempat tidurnya untuk segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dan percakapan di dalam mimpinya masih saja terbayanng-bayang olehnya namun apa hendak di kata yang namanya mimpi mana bisa ia kembali untuk mempertanyakan kejelasannya. Biarlah waktu yang akan menjelaskan. Pikirnya. Untuk saat ini. Kita anggap selesai!
Posted from my blog with Steempresshttps://asrusteem.000webhostapp.com/2018/12/cerpen-tak-ada-inspirasi-di-dalam-segelas-kopi-2
Congratulations @asrul.aziz! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Click here to view your Board of Honor
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP