Sesibuk Apapun, Sempatkanlah Waktumu untuk Membaca

image

Wahyu pertama bagi ummat manusia dari qalam-Nya diawali dengan kata iqra, yang secara bahasa berarti "bacalah". Anjuran membaca merupakan keharusan dalam kehidupan manusia. Dari membaca kita akan paham banyak hal, baik yang tampak atau tidak, dari yang terjangkau atau melampaui. Yang pasti, dari tidak tau apa-apa menjadi tau.

Dari situ harusnya kita paham, bahwa membaca adalah modal pertama dan utama. Kenapa Sang Maha tidak memulai wahyu-Nya dengan kata "menulislah"? Nah, disitulah kuncinya. Menulis tidak akan mampu dilakukan dengan baik dan benar tanpa membaca. Membaca, tidak musti hanya pada pilihan membaca buku. Kata iqra dalam penjabaran tafsir lebih jauh bermakna luas. Semisal, bacalah kita suci agar hidup terarah, bacalah alam agar lahir karya-karya agung, dan bacalah diri kita agar dewasa dan tak mudah tersinggung.

Proses membaca sendiri banyak varian maupun pendekatannya. Ada yang memilih membaca yang tersirat, ada yang suka membaca yang tampak, dan tak sedikit pula yang senang akan keduanya. Lebih jauh, satu hal yang pasti dan saya pahami; bahwa tidak ada kata rugi hanya karena seseorang membaca. Selain menambah pengetahuan, membaca mampu merangsang pikiran untuk kritis, dengan begitu seseorang terlatih ketajamannya dalam menganalisa suatu hal.

Saya bersyukur lagi beruntung bahwa ada pada diri saya minat membaca yang kadang kadarnya keterlaluan. Bayangkan saja, untuk memenuhi hasrat bacaan yang terpatri dalam diri, saya harus menghemat uang jajan yang sangat terbatas untuk membeli buku.

Membaca, bisa jadi dua hal; hobi yang mahal, atau hobi yang murah. Bagi yang sudah terbiasa disiplin dengan bacaan buku, tentu membaca menjadi hobi yang mahal. Sekalipun, memang, ada pilihan untuk meminjam buku di perpustakaan. Hanya saja, kebanyakan pembaca buku yang saya temui, rata-rata kurang puas jika bacaannya tanpa buku pribadi. Kadang-kadang, mengoleksi buku dan teratur membacanya tak ubahnya candu bagi orang-orang yang maniak akan hal tersebut.

image

Pun begitu, jangan patah arang, membaca untuk konteks kekinian sudah jauh lebih mudah. Hanya bermodalkan paket kuota internet saja saudara sudah bisa mengakses ribuan bacaan di dunia virtual. Yang paling mahal itu minat! Yang jauh lebih mahal lagi berat adalah upaya untuk konsisten dalam membaca. Minat bisa ditumbuhkan, saudara hanya perlu kemauan serta sedikit memaksakan diri untuk bertarung dengan rasa malas.

Membacalah teman-teman. Sempatkan diri setiap harinya minimal sekali 15 menit untuk serius membaca. Ingat, serius membaca. Bukan memaksakan diri membaca bacaan yang serius. Saya paham, tidak semua orang suka lagi sanggup melahap bacaan berat. Bacalah apa yang anda suka, mulailah dari yang ringan-ringan, lalu secara bertahap tingkatan kadarnya. Baik dari sisi durasi waktu, maupun genre bacaan.

Sungguh tanpa membaca kita bukanlah apa-apa. Bukankah di sekolah seorang murid tidak naik kelas karena tidak mampu membaca? Tidakkah kita ingat, kita hari ini bisa berjalan sempurna karena di masa lalu, saat kecil, kita membaca dari jatuh bangun, merangkak, dan berjalan tertatih-tatih. Kita bisa dan tidak mengulangi jatuh dan luka yang sama, karena kita membaca sakitnya jatuh dengan luka di tempurung lutut, atau siku tangan. Juga, bukankah kita sangat menghormati kedua orang tua kita? Karena apa? Karena kita membaca dari ajaran dan ucapan dalam didikan rumah tangga, yang setiap hari diulang oleh ibu kita dengan suara halusnya. Atau suara serak seorang ayah yang dengan sabar mengingatkan; "nak jagalah ibumu".

Dari ketiga hal di atas cukup mampu menghantarkan pendekatan bahwa demi masa, kita telah (pernah) membaca yang mungkin tanpa sadar bahwa seiring tumbuh kembangnya seorang manusia, ia menjadi manusia seperti sekarang ini, ialah berkat membaca; baik yang tersirat ataupun tersurat.

Rasa malas dan kesibukan bukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak membaca. Dan menyerah karena "keterbatasan", sungguh telah memundurkan gerak peradaban itu sendiri. Manusia diciptakan dengan akal untuk berfikir. Berfikir adalah bagian lain dari pada sisi membaca akal itu sendiri, yang ia (akal) bagian dari elemen terpenting manusia. Sekali ia tak jalan, maka melempemlah segalanya. Tanpa akal manusia bukan apa-apa, dan hidup tanpa membaca adalah kesia-siaan.
image

Sort:  

Betul membaca dapat menambahkan wawasan kita saya suka membaca..
Upvote saya saya akan upvote kamu ok2

membaca sama dengan melawan, dengan bekal pisau analisis setidaknya dapat membobol penjara kebodohan.

Semoga saja, rakan! Terus membaca.

Kadang-kadang, lagi membaca jadi ngantuk, ada jen ngantuk yang ganggu kayaknya. Hm 😿

Haha. Lawan Thara. Kalau enggak, manja itu godaan ngantuknya.

Lawan sih, tapi seringnya kalah, haha

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by lontuanisme from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 61092.62
ETH 2666.59
USDT 1.00
SBD 2.62