Therapy for Children Affected by Earthquake (English-Bahasa)


source

I swear, the idea to write this has been in my mind since a few days ago. The idea to write about therapy for children affected by earthquake started from the failure of my involvement in the healing therapy team for children affected by the earthquake that occurred in Pidie Jaya, Aceh, Indonesia, year-end 2016 ago. Due to the lack of information, time constraints, lack of association in the community and my courage, I must be accepting to not contribute to my social life at that time. Until yesterday, on Tuesday, January 23, 2018 in Indonesia, the news came up that there has been an earthquake that shaked Banten-Jakarta. myselfI finally decided to write with the same idea.

According to the head of information and earthquake of BMKG, earthquake with shaking up on 6.1 SR, the center is located as far as 81 KM West Lebak, Banten, Indonesia. He added, based on the depth, the earthquake was caused by the Indo-Australian plate subduction activity.

Although there were no dead victims and injuries, we believe that the tremendous shocks that caused 105 damaged houses in Banten and the cracked access road brought trauma to the people there, including children.


source

It is normal when almost everyone has trauma. This trauma can occur because of an event that creates worry, fear, depression, and despair in the past that had experienced by the patient. Many trauma victims will gradually recover in a matter of weeks. However, there are also some victims who feel this disturbance until prolonged. They often experience recurring events of fright, sad memories, or nightmares so that they find it difficult to feel calm, insomnia and often fantasize. Disruptions that do not limit the age of the victim are included in PTSD or Post Traumatic Stress Disorder.

Post Traumatic Stress Disorder


source

In psychology, PTSD or Post Traumatic Stress Disorder is a person's response to the experience of trauma caused by natural disaster, serious accident, war, death of a loved one, sexual harassment, or acts of violence that can affect his life.

PTSD can be categorized into 4 symptoms:

1. Intrusive symptoms
With the background of victims that experienced a traumatic events through accumulated pressures, past memories and nightmares. The symptoms are sweating, faster heartbeat, and strain on muscle. If it is let happened continuously, of course this symptom is not good for the body of the victim.

2. Avoidance / numbing symptoms
This symptom is indicated by numbness and avoid certain places, times, people, and activities that can be reminded of the trauma. This, of course, reduces the victim's social interactions so that his emotional bonds break with the people around him. As a result, the way of thinking, how to understand, how to learn, and how to remember something of the victim will be different from the normal people.

3. Arousal symptoms
It is Characterized by the changes in passion and reverence, (including difficulty in sleeping, feeling like falling into deep holes, shocked) and mood. * Emotion disturbed will impact on the difficulty of concentrating victims. The last symptom, the victim will tend to give distance to things that endanger his life.

How to conduct the therapy?


source

This time, we focus on psychological treatment by highlighting that each child is a different individual. We will imitate the steps that have been done by yogyakarta earthquake volunteers.

1. Providing counseling centers at disaster sites
We just set up large barracks to accommodate the children of this earthquake. This place becomes an area of children's freedom in showing what is felt through activities that have been designed to please the child. Hopefully, the mentally impaired child returns to normal.

2. Providing therapy with game
Childhood is the time to play. The game is aimed at developing an integrated body movement with the mind. So that the growth and development of children is not disturbed due to natural disasters.

3. Guiding in therapies drawing
Every child must have the potential to draw. Drawing can be a medium for channeling a child's feelings that can sometimes not be detected. Through drawing, creativity and innovation of children will progress. Thus, communication between the therapeutic service provider and the treated object proceeds smoothly.

4. Learning while playing
Finally, we agree that children are a living asset for the parents and the nation. We must make sure children keep learning new things even though the buildings they live in have been destroyed. Continuous mentoring of parents and teachers will inspire children to continue their lives, including further education.

Hopefully this information can be useful to build children's mental who will be the spearhead of the nation in the future. thanks.

Terapi Untuk Anak Korban Gempa Bumi


source

Saya bersumpah, ide untuk menulis ini sudah ada dalam benak sejak beberapa hari yang lalu. Ide untuk menulis tentang terapi untuk anak korban gempa bumi ini berawal dari gagalnya keterlibatan saya dalam tim healing terapy untuk anak-anak korban bencana gempa bumi yang terjadi di Pidie Jaya, Aceh, Indonesia akhir tahun 2016 silam. Karena minimnya informasi, keterbatasan waktu, kurangnya pergaulan di komunitas dan sedikitnya keberanian, saya harus rela tidak ikut berkontribusi dalam kehidupan sosial saya, waktu itu. Hingga kemarin, tepatnya Selasa, 23 Januari 2018 di Indonesia, beredarlah berita bahwa telah terjadi gempa yang menggoyang Banten-Jakarta. Saya akhirnya memutuskan untuk menulis dengan ide yang sama.

Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa dan luka, kita percaya bahwa pasti goncangan luar biasa yang mengakibatkan 105 rumah rusak di banten dan akses jalan yang retak ini mendatangkan trauma bagi masyarakat di sana, termasuk anak-anak.


source

Lazim bila hampir semua orang memiliki trauma. Trauma ini dapat terjadi karena adanya kejadian yang menciptakan kekhawatiran, ketakutan, depresi, dan putus asa di masa lalu yang pernah dialami si penderita. Banyak korban trauma akan berangsur-angsur pulih dalam hitungan minggu. Namun, ada pula sejumlah korban yang merasakan gangguan ini hingga berkepanjangan. Mereka kerapkali mengalami kejadian yang menakutkan secara berulang, kenangan yang menyedihkan, atau mimpi buruk sehingga mereka sulit untuk merasa tenang, insomnia dan sering berkhayal. Gangguan-gangguan yang tidak membatasi usia korban tersebut termasuk dalam PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder.

Post Traumatic Stress Disorder


source

Dalam dunia psikologi, PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder adalah suatu seseorang respon terhadap pengalaman kejadian trauma akibat bencana alam, kecelakaan berat, perang, kematian orang yang dicintai, pelecehan seksual, atau tindak kekerasan yang dapat mempengaruhi hidupnya.

PTSD dapat dikelompokkan menjadi 4 gejala :

1. Intrusive symptoms
Dengan latar belakang korban mengalami kejadian traumatis yang berulang melalui tekanan yang terakumulasi, kenangan masa lalu dan mimpi buruk. Gejalanya yakni berkeringat, detak jantung semakin cepat, dan ketengan pada otot. Bila dibiarkan secara terus-menerus, tentu saja gejala ini tidak baik untuk tubuh si korban.

2. Avoidance/numbing symptoms
Gejala ini dindikasikan karena mati rasa dan menghindari tempat, waktu, orang-orang, serta aktivitas tertentu yang dapat mengingatkan kembali tentang trauma. Hal ini tentu saja mengurangi interaksi sosial si korban sehingga ikatan emosionalnya terputus dengan orang-orang sekitar. Akibatnya, cara berpikir, cara memahami, cara belajar, dan cara mengingat sesuatu si korban akan berbeda dari normalnya.

3. Arousal symptoms
Ditandai dengan perubahan gairah dan raktivitas, (termasuk kesulitan tidur, merasa seperti jatuh ke lubang yang dalam, terkejut) dan mood. Emosi yang terganggu akan berimbas pada sulitnya korban berkonsentrasi. Gejala terakhir, korban akan cenderung memberi jarak terhadap hal-hal yang membahayakan hidupnya.

Bagaimana cara memberikan terapinya?


source

Kali ini, kita fokus pada penanganan secara psikologis dengan mengedepankan bahwa setiap anak merupakan individu yang berbeda. Kita akan meniru langkah-langkah yang telah dilakukan oleh relawan gempa bumi yogyakarta.

1. Menyediakan pusat konseling di lokasi bencana
Kita cukup mendirikan barak ukuran besar untuk menampung anak-anak korban gempa bumi ini. Tempat ini menjadi area kebebasan anak-anak dalam menunjukkan apa yang dirasakan melalui aktivitas yang telah didesain untuk menyenangkan anak. Harapannya, mental anak yang tertekan dapat kembali normal.

2. Memberikan terapi dengan permainan
Masa anak-anak adalah masa untuk bermain. Permainan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan pergerakan tubuh yang terintegrasi dengan pikiran. Sehingga tumbuh-kembang anak tidak terganggu akibat bencana alam.

3. Membimbing dalam terapi menggambar
Setiap anak pasti memiliki potensi untuk menggambar. Menggambar dapat menjadi media penyalur perasaan anak yang terkadang tidak dapat dideteksi. Melalui menggambar, kreativitas dan inovasi anak akan semakin maju. Jadi, komunikasi antara penyedia jasa terapi dengan objek yang diterapi berjalan dengan lancar.

4. Belajar sambil bermain
Akhirnya, kita sepakat bahwa anak-anak merupakan aset hidup bagi orang tua dan bangsa. Kita harus memastikan anak tetap belajar hal-hal baru meskipun bangunan tempat mereka tinggal telah hancur. Pendampingan orang tua dan guru secara kontinyu akan membangkitkan semangat anak untuk melanjutkan hidup, termasuk melankutkan pendidikan lagi.

Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk membangun mental anak-anak yang akan menjadi ujung tombak bangsa di masa depan. Semangat bagi pendidik. Terima kasih.

(https://www.nimh.nih.gov/health/publications/post-traumatic-stress-disorder-ptsd/ptsd-508-05172017_38054.pdf)

(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiG3abBm-7YAhXFX5QKHWl0CpAQFghGMAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.veterans.gc.ca%2Fpdf%2Fmental-health%2Fptsd_warstress_e.pdf&usg=AOvVaw0dSjbbk9n0Q_jU2lVALixN)

(https://hellosehat.com/penyakit/post-traumatic-stress-disorder-ptsd/)

(https://news.detik.com/berita/d-3829157/penjelasan-bmkg-soal-gempa-banten-dimutakhirkan-jadi-61-sr)

(http://regional.kompas.com/read/2018/01/23/15045041/gempa-banten-105-rumah-di-lebak-rusak)

Sort:  

Semoga menang and sukses

Masih butuh perbaikan dlm tata bahasanya, makanya saya nunggu arahan dari bg @kakilasak :)

alhamdulillah untung ada bahasa indonesianya hahaha

Harus ada la, msh berupaya biar org indo-luar negeri mw mbaca tulisan ni, makasi dah mampir.. :)

awak baca bahasa indonesianya aja bang hahahaha

Wow, this is smart content. I like it.
May be therapy drawing like draw river of life can make children forget thier trauma.

Yuup, U can say that again..

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.26
JST 0.041
BTC 98102.63
ETH 3490.00
USDT 1.00
SBD 3.42