The Re-grieving Indonesian Education (English-Bahasa)
source
You already know, I am an honorarium teacher. One of the professions that we can say neither easy nor difficult. It is hard to get the right of prosperity and justice but it is easy to get rid of and ignore. This sentence is reasonable because our government is too busy in taking care of the many interests of this developing nation. whereas, again, teachers are human beings who were created to advance the nation's education that is formed and given full responsibility for improving the character of the new generation. We also agree that the driving force of education is the teacher. I don’t need to explain the mutual relationship of these two factors, do I?
Why is Indonesian education grieving again?
source
Because one of his best teachers died in the hands of his own pupils. Yes, indeed, this news is true. You can check by yourself by typing keyword "Ahmad Budi Cahyono" on the google page. He is one of the fine art teachers in SMA Negeri 1 Torjun, East Java, Indonesia. His honorific status makes him above the average teacher level in Indonesia. How come? Only with his services valued at RP.400.000 per month (I do not know the dollar exchange rate), he is willing to be hostile for the sake of the establishment of discipline in education. There’s no guarantee that non-honorarium teachers dare to do the same. Indeed, so far, there’s no information about the perpetrator's family (his students) condition. It is also possible that such abusive behavior is influenced by the less harmonious family relations factor.
What's the difference between honorarium and non-honorarium teachers (civil servant)?
For me personally, this status is not a serious problem. Without any intention to offend anyone, it is important to see the sad condition experienced by the alm. Ahmad budi Cahyono, my colleague.
I do not know how it is according to citizens in your country, but I distinguish these two status as follows:
1. Recognition
This is important. Honor teachers will not get a Decree (SK) from the government like a civil servant teacher. So, there is no guarantee to get a loan from a conventional Bank in order to develop the family economy in the near future. Or just an appreciation in the form of a handful of trophies made of metal alloys that are no more expensive than gold. However, this recognition is always obtained from people who value teachers like me. God willing, there will always be a prayer for them.
2. Task
For civil servant teachers, usually the task is arranged by the school where they teach. While for honor teachers, their duties are more flexible tailored to the needs. This is what sometimes creates the benefit principle to honor teachers. They are often asked to help with additional tasks that may not be their job. In fact, many admit that it is more difficult to become honor teachers compared to civil servant teachers.
3. Salary
As an Indonesian, I also feel sensitive when asked about salary issues. In addition to its value is still in the form of rupiah, I and other teachers also have a wishful thinking to prosper. Imagine! RP.400.000 in Medan, the city where I live can only be used to adequate my vehicle fuel for a month's work, just for transportation. __ How could Ahmad Budi Cahyono in Sampang suffice for his family's living for only that price? Come on, the salary of Indonesian honor teachers is still too low!
Unlike the civil servant teachers, the salary earned depends on the rank and class of at least RP.1, 8 jt for civil servant candidate who have not received 100% salary. Really lame right?
4. Pension Guarantee
This is one of the favors of being a civil servant teacher rather than an honor teacher. The civil servant teachers are guaranteed in the old days in the form of pension funds. Although they do not work anymore because of the age factor, money still flows into their accounts. On the other hand, honor teachers must struggle on their own to increase the savings and make sure to keep working before their backs begin to bend.
Finally, I still feel sad to see the government's lack attention to teachers. In addition, the law seems less brave in securing the teacher's position. Know, there are characters that we expect formed in the students so we are willing to struggle in educating. In this case, the student's family should also support. We have already paid low enough, not need to be deprived of life.
source
Nevertheless, I am still proud to be a teacher. And Ahmad Budi Cahyono, a fellow educator, is a meritorious teacher. Welcome our teacher, may your sins be forgiven ...
Reference
Pendidikan Indonesia Kembali Berduka
source
Kalian sudah tahu, saya seorang guru berstatus honor. Salah satu profesi yang bisa dibilang susah-susah-gampang. Susah mendapatkan hak sejahtera dan keadilan tapi gampang untuk disingkirkan dan diabaikan. Kalimat saya ini sungguh beralasan mengingat pemerintah kita terlalu sibuk dalam mengurusi kepentingan yang terlalu banyak dari bangsa berkembang ini. padahal, sekali lagi, guru merupakan manusia yang diciptakan untuk memajukan pendidikan bangsa. Yang dibentuk dan diberi tanggung jawab penuh untuk memperbaiki karakter generasi baru. Kita juga sepakat bahwa yang menjadi poros penggerak pendidikan adalah guru. Tidak perlu lagi kan saya jelaskan hubungan timbal balik dari kedua faktor ini?
Kenapa pendidikan indonesia kembali berduka?
source
Karena salah satu guru terbaiknya wafat di tangan muridnya sendiri. Iya benar, berita ini sungguh benar. Kalian bisa mengecek sendiri dengan mengetik keyword "Ahmad Budi Cahyono" pada laman google. Beliau adalah salah satu guru seni rupa berstatus honor di SMA Negeri 1 Torjun, Jawa Timur, Indonesia. Status honornya menjadikan beliau berada di atas level rata-rata guru di Indonesia. Bagaimana tidak? Hanya dengan jasanya dihargai sebesar RP.400.000 per bulan (saya tidak tahu nilai tukar dollar), beliau rela dimusuhi siswa demi tegaknya disiplin dalam pendidikan. Belum tentu guru yang Non-honor berani melakukan hal yang sama. Memang, sejauh ini belum ada informasi tentang kondisi keluarga si pelaku (muridnya). Tidak tertutup kemungkinan bahwa perilaku kasar tersebut dipengaruhi oleh faktor hubungan keluarga yang kurang harmonis.
Apa beda guru Honor dan Non-honor (PNS)?
Bagi saya pribadi, status ini bukanlah masalah yang serius. Tanpa bermaksud menyinggung siapapun, hal ini menjadi penting melihat kondisi miris yang dialami oleh alm. Ahmad budi Cahyono, rekan seprofesi saya.
Saya belum tahu bagaimana menurut warga negara di negara kalian, tapi saya membedakan kedua status ini sebagai berikut:
1. Pengakuan
Ini penting. Guru honor tidak akan mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari pemerintah layaknya guru PNS. Jadi, tidak ada jaminan untuk mendapatkan pinjaman dari Bank konvensional dalam rangka mengembangkan perekonomian keluarga dalam waktu dekat. Atau hanya sekedar apresiasi dalam bentuk segenggam piala yang terbuat dari paduan logam yang tidak lebih mahal dari emas. Namun, pengakuan ini selalu mereka dapatkan dari orang-orang yang menghargai guru seperti saya. Insyaallah akan selalu ada doa untuk mereka.
2. Tugas
Bagi guru PNS, biasanya tugas diatur oleh pihak sekolah tempat mereka mengajar. Sementara bagi guru honor tugas mereka lebih fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan. Hal inilah yang terkadang menciptakan azas manfaat terhadap guru honor. Mereka kerap diminta tolong untuk mengerjakan tugas tambahan yang bisa jadi sebenarnya bukan tugas mereka. Bahkan, banyak yang mengakui bahwa lebih sulit menjadi guru honor dibandingkan dengan guru PNS.
3. Gaji
Sebagai orang Indonesia, saya juga merasa sensitif bila ditanya masalah gaji. Selain karena nilainya yang masih dalam bentuk rupiah, saya dan guru lain juga memiliki angan-angan untuk sejahtera. Bayangkan! RP.400.000 di Medan, kota tempat saya tinggal hanya bisa digunakan untuk memadai bahan bakar kendaraan saya untuk bekerja sebulan, hanya untuk transportasi. Bagaimana lagi seorang Ahmad budi Cahyono di sampang sana mencukupi nafkah keluarganya hanya dengan harga segitu? Ayolah, gaji guru honor Indonesia masih terlalu kecil!
Berbeda dengan guru PNS, gaji yang diperoleh tergantung dengan pangkat dan golongan yang minimal sebesar RP.1,8 jt untuk CPNS yang belum menerima gaji 100%. Sungguh timpang kan?
4. Jaminan Pensiun
Inilah salah satu nikmat menjadi guru PNS dibanding guru honor. Guru PNS mendapat jaminan di hari tua dalam bentuk dana pensiun. Meskipun mereka tidak bekerja lagi karena faktor usia, uang tetap mengalir ke rekening mereka. Di sisi lain, guru honor harus berjuang sendiri untuk memperbanyak tabungan dan memastikan tetap bekerja sebelum punggung mereka mulai membungkuk.
Akhirnya, saya tetap merasa miris melihat kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru. Ditambah lagi, hukum yang terkesan kurang berani dalam mengamankan posisi guru. Ketahuilah, ada karakter yang kita harapkan terbentuk pada siswa sehingga kita rela berjuang dalam mendidik. Dalam hal ini, sebaiknya pihak keluarga siswa juga mendukung. Kita sudah cukup digaji rendah, tidak perlu sampai dicabut nyawa.
source
Meskipun demikian, saya tetap bangga menjadi guru. Dan Ahmad budi Cahyono, rekan sesama pendidik, adalah guru yang berjasa. Selamat jalan guru kami, semoga dosamu diampuni ...
Referensi
Turut berduka. Miris saya bacanya
Semoga ada penegakan hukum yang adil yah bg @kakilasak..
Turut berduka ya bang. Keep posting, lumayan main-main bisa ngasilin duit buat nambah2 honor yang kecil.
nulis ini gak main2 loh, butuh waktu utk mikir juga.. tapi ngasilin duitnya tu la yg diharapkan hehe..
innalilahi wa innalilahi rajiun... tidak sanggup saya berkomentar...
Iyaa gitu la kak, semoga kita ttp menghargai guru..