TRADISI KENDURI KHITANAN DI PIDIE

Sebagai sebuah wilayah atau kabupaten yang penduduknya terkenal sebagai bangsa perantau, tentunya acara-acara adat atau tradisi menjadi ajang pertemuan bagi seluruh anggota keluarga yang berada atau merantau ke wilayah lainnya.
Beberapa waktu yang lalu kami sekeluarga berkesempatan mengunjungi keluarga pakcik kami (Paman) Yusuf yang mengadakan hajat mengkhitankan anak lelaki semata wayangnya. Pakcik kami ini tinggal di Bambi salah satu wilayah di kabupaten Pidie, jaraknya dari kota sigli tidaklah jauh, hanya sekitar 15 menit perjalanan dengan menggunakan mobil. Jadilah kami sekeluarga rombongan berangkat pagi-pagi dari kota Lhokseumawe, salah satu alasannya adalah untuk menghindari kemacetan juga agar kami bisa tiba pagi-pagi di rumah pakcik kami.

Nah itu dia si penganten sunatnya lagi hepi-hepi jadi penganten sehari. Hehehehe. Tentunya dia hari ini sangat berbahagia, kedatangan banyak anggota keluarga, dapat banyak kado juga amplop yang berisi uang. Wahhhh, bagi-bagi ya dek…

Nah, ini anggota keluarga kami yang datang dari lhokseumawe, cewek semuanya ya. hehehehe
Salah satu keistimewaan acara kenduri di kawasan aceh adalah yang memasak makanan untuk acara kenduri adalah kaum pria, tetapi jangan khawatir, rasa kuliner yang mereka hasilkan juara sekali, super enak
Kaum bapak di wilayah Aceh sudah terbiasa memasak untuk perayaan adat, seperti acara khitanan, perkawinan bahkan maulid Rasul. Kalau kita mengingat salah satu masakan aceh yang sudah terkenal seperti kuah beulangong, tentunya kaum lelaki yang memasaknya bersama-sama dan rasanya luar biasa.

Bapak-bapak yang memasak tersebut masihlah anggota keluarga kami sendiri, mereka dengan siap sedia sudah memasak dari malam hari untuk mensukseskan acara di rumah paman kami. Terima kasih banyak ya bapak-bapak.
Sepulangnya dari acara khitanan di rumah paman, sudah menjadi tradisi juga kalau pulang dari sigli, pasti kami mampir di bate iliek, main air sebentar, lalu menikmati rujak atau jagung rebusnya, lezaaat.