Kontes Cerita Ramadhan Saya: Berkunjung ke Lapas Anak hingga Berbagi Kebahagiaan dengan Penderita Kanker
Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan kedua bagi umat muslim dunia menjalaninya dalam suasana pandemi Covid-19. Kita masih belum bisa beraktivitas secara leluasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Jangankan untuk melaksanakan buka puasa bersama, ibadah tarawih saja harus mengikuti protokol kesehatan.
Tentu suasana seperti ini menjadi cobaan sendiri bagi umat Islam. Kita dituntut untuk tetap sabar menjalankan ibadah puasa. Meskipun demikian, tidak menghalang kita untuk berbuat baik dan melakukan aktivitas-aktivitas positif lainnya di bulan yang mulia ini.
Berkunjung ke Lapas Anak
Sabtu, 1 Mei 2021 bertepatan dengan 19 Ramadhan 1442 Hijriah, saya bersama beberapa teman dari Forum Aceh Menulis (FAMe) diajak guru kami, Yarmen Dinamika untuk berkunjung ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Banda Aceh. Sekitar pukul 10.00 WIB kami sudah berkumpul di sana. Kedatangan kami diterima langsung Kepala LPKA, Moch Muhidin Moch Muhidin, Bc.I.P, SH.
Seperti namanya, lembaga ini dihuni oleh anak-anak yang bermasalah dengan hukum. Anak-anak di sana tidak boleh disebutkan sebagai narapidana, melainkan anak didik (andik) karena mereka tengah dalam pembinaan. Menurut informasi dari Muhidin, terdapat 29 andik yang sedang menjalani pembinaan di sana dengan beragam kasus.
Suasana pertemuan FAMe dengan Kepala LPKA, Moch Muhidin Moch Muhidin, Bc.I.P, SH di LPKA
Kami diajak keliling LPKA untuk melihat-lihat suasana di sana. Uniknya, tidak seperti penjara lainnya yang disekat dengan tembok tinggi dilapisi kawat berduri. Di sini sama sekali tidak ada pagar yang melingkari. Lokasinya dikelilingi persawahan. Bila para andik mau melarikan diri, gampang-gampang saja, tetapi tak satu pun dari mereka yang mencoba kabur.
Menurut pengakuan Muhidin, pernah ada satu orang yang mencoba pergi, tetap kembali lagi. Yang bersangkutan pulang ke rumah tanpa sepengetahuan petugas. Ia rindu sama orang tuanya. Apalagi masa Covid-19 para orang tua tidak diizinkan berkunjung. Alasan inilah yang membuat salah seorang andik keluar dari sana.
Hal yang unik lainnya, kata Muhidin, ada beberapa orang yang sudah habis masa pembinaan. Mereka diizinkan pulang, tetapi tidak mau pulang. Mereka sudah betah di sana. Mereka merasa nyaman berada di LPKA. Mereka diajarkan berbagai ketrampilan seperti memperbaiki smarphone, memelihara unggas, hingga budi daya ikan lele. Bahkan, ada yang kuliah, tetap diizinkan dengan syarat dikawal petugas.
“Ketika mereka tidak mau pulang, justru kita yang susah sebab setiap andik punya kebutuhan masing-masing, termasuk tempat dan kebutuhan makan dan minum. Namun demikian tetap kita izinkan selama ia merasa nyaman,” ungkap Muhidin.
Sandal para andik yang bertuliskan "kapan bebas"
LPKA Klas II Banda Aceh merupakan satu-satunya lapas anak yang tak memiliki pagar se-Indonesia. Lapas ini dijadikan sebagai pilot project untuk pembinaan yang humanis. Hal itu sesuai dengan moto mereka: Jangan rantai kaki dan tangan mereka, tetapi rantailah hati mereka. Dengan demikian kalau hati mereka sudah mampu diikat, tanpa dikurung pun mereka tidak akan lari.
Pembinaan seperti ini membuat saya begitu tertarik terhadap lembaga yang satu ini. Sebenarnya, ini bukan pertama kali saya datang. Sebelumnya pernah diundang untuk mengisi pelatihan menulis bersama Ihan Sunrise dan Zulmasri, Wartawan Kompas.
Sejak saat itu saya jatuh cinta terhadap model pembinaan LPKA dan saya dijadikan obyek penelitian tugas akhir magister komunikasi saya. Alhamdulillah setelah saya presentasi saat sidang proposal, judul penelitian saya pun diterima. Insyaallah ke depan saya akan lebih sering ke sana untuk menuntaskan penelitian saya berjudul: Penerapan Komunikasi Persuasif di LPKA Klas II Banda Aceh.
Berfoto bersama usai kunjungan
Berbagi Kebahagiaan bersama Penderita Kanker
Usai mengunjungi LPKA, kami pun kembali pulang. Dalam perjalanan, tiba-tiba Pak Yarmen menelepon saya. Beliau mengajak saya untuk menemaninya menyerahkan bantuan sembako untuk keluarga anak kanker di rumah singgah C-Four dan rumah singgah BFLF.
Ada sejumlah paket bantuan dari donator FAMe yang harus kami antar ke penerima. Setelah kami serahkan, tampak dari wajah mereka aura bahagia. Apalagi menjelang lebaran seperti ini, tentu sangat berharga karena tidak bisa bekerja mancari uang untuk persiapan lebaran.
Penyerahan sembako di di Rumah Singgah C-Four
Donasi para dermawan yang disalurkan FAMe sebanyak 7 paket untuk pasien kanker, tumor, hidrosefalus di Rumah Singgah C-Four Jalan Sepat dan 3 paket tambahan untuk pasien di Rumah Singgah BFLF Jalan Gabus Lampriek Banda Aceh yang sebelumnya sudah diantar 10 paket.
Tidak hanya itu, paket sembako via FAMe juga diantar ke lokasi tanah bergerak, Lamkleng, Aceh Besar dengan rincian: 18 KK pengungsi; 16 duafa; dan 10 yatim piatu. Namun untuk Lamkleng saya tidak ikut serta karena sudah ada janjian di tempat lain terlebih dahulu.
Penyerahan bantuan sembako di Rumah Singgah BFLF
Hari itu memang begitu melalahkan, tetapi terbayar dengan kepuasan saat melihat orang-orang yang kita bantu tersenyum. Menjadi perantara kebaikan saja begitu membuat kita bahagia, apalagi ketika mampu memberikan kebahagian itu secara langsung, yaitu menjadi donator.
Semoga Allah berkahi rezeki para dermawan FAMe dan Allah lipat gandakan pahala mereka di bulan suci Ramadhan ini. Seseorang tak akan miskin karena memberi, justru hartanya akan semakin bertambah dan abadi hingga hari akhir.[]
bang, untuk ikut kontes ini syaratnya kalau ga salah harus di posting di komunitas indonesia... coba abg periksa kembali...
sudah di sana,