Menulis Berbasis Data Visual dan Referensi Media | Visual Data-Based Writing and Media Reference | #AyoMenulis12 |

in #steemit-writing7 years ago (edited)

By @ayijufridar

THE ISSUES that beginner writers often encounter are difficult to start and do not know when to end. This is also an obstacle that many senior writers experience when they wake up in writing authorship. What moves us to write the first letter, first word, first sentence, first paragraph, until it becomes first article?

JPFC@ayijufridar.jpg

A touching photo, can move a writer to produce a writing. For that, we should look at the photo with the wider side and have questions about the photo. The question relates to 5W + 1H (What, Where, When, Who, Why and How) with emphasis on the elements of how and why.

One photo contains many stories and messages, depending on:

1. Our knowledge of the photo

When viewing a photo, sometimes we just look at the photo is limited to a visual without meaning. For that, when looking at photos, try not only the physical eyes that work, but use all the senses in order to capture the story behind the photo. Our brain usually keeps the memory associated with the photo, whether we have heard or read before. Use the 5W + 1H concept to reveal the story behind the photo with emphasis on "Why" and "How".

To capture a story and pour it into a writing from a visual data, just get used to the exercise. When the entire senses are prepared to capture the idea of visual data, then the idea will come. Initially, the habit must be "imposed" through the conscious realm. When you get used to it, then the subconscious (natural nature) that will work. Writer Danarto, usually also make paintings or sketches and then gave birth to a writing of the painting.

2. Completeness of information about the photo

Do we have a lot of information from the photo. How much and how accurate? This question becomes important because an article can not possibly be born of minimal information. However, do not rush to decide there is no inspiration from a photo when the information is still lacking and sumir. Try to dig deeper and more complete information from various sources. Can be in search engines, books, writings of others, or from credible sources.

Caption of a photo is usually short to meet the six elements of the news. To find the full story of the photo to be a writing, requires the hard work of the author. Photos will only become a visual object if we do not want to give more value to a writing.

3. The power of the story behind the photo

Not all photos save the story. Everyone will see it with a different approach depending on their knowledge, insight, experience, and individual awareness. We tend to look for similarities with experiences we've experienced. The theme of the photo-consciously or unconsciously-will connect with the past, with experience, knowledge and insight, as well as books we've read. These are references, whether recorded or not. So, the more referrals we have, the stronger the story behind the photos and the easier we adapt them in writing.

Sometimes, a photo has a touching story. However, all of that is hindered by the limited knowledge we have. In addition, it takes a sensitivity to be able to capture the hidden story in good photos. Everything can be gained by training.

Media Reference

A post needs references. Not only popular scientific or scientific works, even a fictional story requires reference. Although the story is a fantasy, it can not be separated from the logic of the reader. Even in science fiction any logical structure is needed. Dee's science fiction books such as Supernova, is a science-fiction genre whose accuracy can be confirmed with scientific books.

What can be a reference?

  1. Books
  2. Journal
  3. Research results
  4. News of the mass media
  5. And other sources that can be accounted for

In writing, we need references to strengthen or support our argument. This shows, what we discussed has been studied others or have spoken a competent figure in his field.

Media reference is required to:

  1. Seeking current issues relevant to the content of the media. Hence, many authors send opinions to the same media in which the quotation is taken. For example, quoting Kompas or Serambi (the same group daily in Idonesia) report, his opinion was sent to Kompas. However, it should be avoided to quote the daily news of Media Indonesia or Republika (daily in Indonesia, based Jakarta), but his opinions are sent to Kompas.

  2. As a source of inspiration when not getting the idea to write. News on the first page or headline becomes an interesting issue to write. It also helps us in looking for issues that have great magnitude. However, must be keen to choose and sort the theme according to capacity.

  3. Strengthen the argument so that there is a foundation that can be justified and found by others, regardless of whether or not agree on the argumentation.

  4. Media data can be accessed by all parties so it can be criticized its accuracy, methodology, and source.

Using any reference, it is mandatory to mention the source so that we are not accused of plagiarism and can be sued. There is a saying that says, nothing new in the sun. So, the chances are that we think and we write it has been written by someone else.

To write in local media, we need to read the news in the local mass media and follow it intensely to keep our writing up to date. Likewise when writing in the national media. Like selling a product, the author must be observant to see whether the product can be consumed nationally or only local level or even international level.[]

Uban Hitam@ayijufridar.jpg

Menulis Berbasis Data Visual dan Referensi Media

Oleh @ayijufridar

PERSOALAN yang kerap dihadapi penulis pemula adalah, sulit untuk memulai dan tidak tahu kapan harus mengakhiri. Ini juga kendala yang dialami banyak penulis senior ketika mereka bangun membangun karier kepenulisan. Apa yang menggerakkan kita menulis huruf pertama, kata pertama, kalimat pertama, paragraf pertama, sampai menjadi tulisan pertama?

Capitol Hills_01.jpg

Selembar foto yang menyentuh, bisa menggerakkan seorang penulis untuk menghasilkan sebuah tulisan. Untuk itu, kita harus melihat foto dengan sisi yang lebih luas dan memiliki pertanyaan terhadap foto tersebut. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan 5W + 1H (What, Where, When, Who, Why dan How) dengan penekanan kepada unsur bagaimana (how) dan mengapa (why).

Satu foto mengandung banyak kisah dan pesan, tergantung:

  1. Pengetahuan kita tentang foto tersebut
    Saat melihat sebuah foto, terkadang kita hanya memandang foto tersebut sebatas sebuah visual tanpa makna. Untuk itu, ketika melihat foto, usahakan tidak hanya mata fisik yang bekerja, tetapi gunakan seluruh indra agar bisa menangkap kisah di balik foto tersebut. Otak kita bisanya menyimpan memori berkaitan dengan foto itu, apakah kita pernah mendengar atau membaca sebelumnya. Gunakan konsep 5W+1H untuk mengungkapkan kisah di balik foto dengan penekanan pada “Why” dan “How”.

Untuk menangkap sebuah kisah dan menuangkan menjadi sebuah tulisan dari sebuah data visual, hanya dibiasakan dengan latihan. Ketika seluruh indra disiapkan untuk menangkap gagasan dari data visual, maka ide itu akan datang. Mulanya, kebiasaaan itu harus “dipaksakan” melalui alam sadar. Kalau sudah terbiasa, maka alam bawah sadar (alam otomatis) yang akan bekerja. Penulis Danarto, biasanya juga membuat lukisan atau sketsa dan kemudian melahirkan sebuah tulisan dari lukisan tersebut.

  1. Kelengkapan informasi mengenai foto
    Apakah kita memiliki banyak informasi dari foto tersebut. Seberapa banyak dan seberapa akurat? Pertanyaan ini menjadi penting karena sebuah tulisan tidak mungkin lahir dari informasi minim. Namun, jangan buru-buru memutuskan tidak ada ilham dari sebuah foto ketika informasinya masih kurang dan sumir. Usahakan menggali informasi lebih dalam dan lengkap dari berbagai sumber yang ada. Bisa di mesin pencari, buku, tulisan orang lain, atau dari narasumber yang kredibel.

Caption selembar foto biasanya singkat saja memenuhi enam unsur berita. Untuk mencari cerita lengkap dari foto tersebut untuk dijadikan sebuah tulisan, membutuhkan kerja keras penulis. Foto hanya akan menjadi sebuah benda visual bila kita tidak mau memberi nilai lebih menjadi sebuah tulisan.

  1. Kekuatan kisah di balik foto
    Tidak semua foto menyimpan kisah. Setiap orang akan melihatnya dengan pendekatan berbeda tergantung pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan kesadaran masing-masing pribadi. Kita cenderung mencari kesamaan dengan pengalaman yang pernah kita alami. Tema foto tersebut—sadar atau tidak—akan terhubung dengan masa lalu, dengan pengalaman, pengetahuan dan wawasan, serta buku yang pernah kita baca. Semua itu adalah referensi, baik yang tercatat maupun tidak. Maka, semakin banyak referensi yang kita miliki, semakin kuat kisah di balik foto dan semakin mudah kita mengadaptasikannya dalam bentuk tulisan.

Terkadang, sebuah foto memiliki kisah yang menyentuh. Namun, semua itu terhalang dengan keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Selain itu, dibutuhkan kepekaan untuk bisa menangkap kisah yang tersembunyi di baik foto. Semuanya bisa diperoleh dengan latihan.

Referensi Media

Sebuah tulisan membutuhkan referensi. Tidak hanya karya ilmiah atau ilmiah populer, bahkan sebuah kisah fiksi pun membutuhkan referensi. Meski kisah tersebut hasil khayalan, tidak bisa dipisahkan dari logika pembaca. Bahkan dalam fiksi ilmiah pun struktur logis tetap dibutuhkan. Buku-buku fiksi ilmiah karya Dee seperti Supernova, adalah genre fiksi ilmiah yang akurasinya bisa dikonfirmasikan dengan buku-buku ilmiah.

Apa saja yang bisa dijadikan referensi?
  1. Buku
  2. Jurnal
  3. Hasil riset
  4. Berita media massa
  5. Dan sumber lain yang bisa dipertanggungjawabkan

Dalam menulis, kita memerlukan referensi untuk memperkuat atau mendukung argumentasi kita. Ini menunjukkan, apa yang kita bahas sudah pernah diteliti orang lain atau pernah diucapkan tokoh yang berkompeten di bidangnya.

Referensi media diperlukan untuk:

  1. Mencari isu terkini yang sesuai dengan isi media bersangkutan. Makanya, banyak penulis mengirim opini ke media sama di mana kutipan tersebut diambil. Misalnya, mengutip pemberitaan Kompas atau Serambi (grup sama), opininya dikirim ke Kompas. Namun, harus dihindari mengutip pemberitaan harian Media Indonesia atau Republika, tetapi opininya dikirim ke Kompas.

  2. Sebagai sumber inspirasi ketika belum mendapatkan ide untuk menulis. Berita di halaman pertama atau berita utama (headline) menjadi isu yang menarik untuk ditulis. Ini juga membantu kita dalam mencari isu yang memiliki magnitudo besar. Namun, harus jeli memilih dan memilah tema yang sesuai dengan kapasitas.

  3. Memperkuat argumentasi sehingga ada landasan yang bisa dipertanggungjawabkan dan ditemukan orang lain, terlepas setuju atau tidak terhadap argumentasi tersebut.

  4. Data media bisa diakses semua pihak sehingga bisa dikritisi akurasinya, metodologinya, dan sumbernya.
    Menggunakan referensi apa pun, wajib menyebutkan sumbernya sehingga kita tidak dituduh melakukan plagiasi dan bisa digugat. Ada peribahasa berbunyi, *tidak ada yang baru di bawah sinar mentari. Jadi, besar kemungkinan yang kita pikirkan dan kita tulis ternyata sudah pernah ditulis orang lain.

Untuk menulis di media lokal, perlu membaca pemberitaan di media massa lokal dan mengikuti secara intens agar tulisan kita tetap terbaru (up to date). Demikian juga ketika menulis di media nasional. Ibarat menjual sebuah produk, penulis harus jeli melihat apakah produknya itu bisa dikonsumsi secara nasional atau hanya tingkat lokal atau bahkan tingkat internasional.[]


Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

Remarkable! Wanna share this as a good and nice reference....

siip mas, bermanfaat :)

Terima kasih Bro @happyphoenix. Salam...

Foto memang pempunyai 1000 tafsiran & berbeda, tergantung siapa yg melihat dan dr sudut mana dia menafsirkan. Tulisan yg menginspirasi.

Setiap postingan bang @ayijufridar pasti sangat bernas .. apa lagi bagi saya seorang pemula dalam dunia menulis

Tidak bisa dilipat @masriadi, saking kerasnya

Membaca dengan hati akan membantu juga menulis, membuat tulisan memiliki rasa dan dapat membawa larut pembacanya. Salam hangat!

Komentar Sista @mariskalubis selalu bergizi dan membakar semangat. Terima kasih sudah singgah dan meninggalkan jejak yang indah di halaman tanpa pagar ini.

Bang ayi emang top markotop

This post has been ranked within the top 80 most undervalued posts in the first half of Sep 17. We estimate that this post is undervalued by $10.89 as compared to a scenario in which every voter had an equal say.

See the full rankings and details in The Daily Tribune: Sep 17 - Part I. You can also read about some of our methodology, data analysis and technical details in our initial post.

If you are the author and would prefer not to receive these comments, simply reply "Stop" to this comment.

Congratulations @ayijufridar! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

You published a post every day of the week

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59500.17
ETH 2654.95
USDT 1.00
SBD 2.41