Introvert Menghadapi Perilaku Entitlement
Dari dulu saya senang dengan psikologi. Hal-hal yang berhubungan dengan sifat manusia itu memang menarik.
Di antara contohnya adalah sikap entitlement: sebuah perilaku di mana seseorang merasa berhak atas sesuatu: entah itu penghargaan, penghormatan, atau yang lainnya.
Dan sebagai orang yang introvert, dulu saya tersiksa; tidak bisa menghadapi orang-orang semacam ini.
Untuk memahaminya saya berikan sebuah ilustrasi.
Awal Yang Manis
Sebut saja Nia. Dia baru saja pindah ke perumahan kami. Orangnya sangat baik, ramah, sopan dan suka membantu. Kami semua sangat senang karena Bu Nia adalah tetangga yang hangat dan ramah.
Mulai Merasa Berhak
Tapi lama-kelamaan dia sering meminta tolong. Dari hal-hal yang kecil seperti meminjam sapu, peralatan rumah tangga, piring atau mangkuk.
Dan kami menganggapnya wajar. Ya mungkin dia memang membutuhkan hal tersebut.
Permintaan Berlebihan
Lama kelamaan permintaannya semakin berlebihan. Misalnya, "tolong antarkan anak ke sekolah Saya sangat sibuk hari ini."
Mungkin kalau sekali dua kali, kami menyanggupinya.
Namun kalau terlalu sering, kami merasa hal tersebut menjadi beban.
Tapi dia justru mengatakan, " kok dimintai tolong seperti itu aja perhitungan sih! Berarti kebaikanku selama ini nggak ada artinya ya?"
Ucapan seperti inilah yang kadang-kadang membuat orang introvert tidak bisa menghadapinya.
Merasa Berhak atas Semua
Bu Nia jadi sering pinjam apapun ke tetangganya tanpa mengembalikannya.
Bahkan sering menggunakan fasilitas orang tanpa meminta izin.
Jika ada yang menegurnya dia mengatakan, "masa sih sama tetangga kok pelit?"
Memanfaatkan Kebaikan
Ada orang-orang introvert yang tidak bisa menghadapi Bu Nia. Hal ini justru dimanfaatkan olehnya.
Misalnya dia mengatakan, "Bu aku lagi kesesatan. Aku tahu ibu orang baik. Bu saya minjam satu juta aja. .."
Kami orang-orang introvert pasti susah untuk menolaknya.
.
Nah itulah ilustrasi tentang perilaku entitlement. Yakni perilaku merasa berhak atas sesuatu padahal dia tidak layak mendapatkannya. Dan dia tidak memikirkan orang lain.
Untuk mengetahui perilaku ini perhatikan contoh-contoh kalimat yang biasa mereka gunakan.
1."Kan kita tetangga, masa nggak bisa bantu sih?"
Mereka menekankan hubungan dekat untuk memaksa Anda merasa berkewajiban memenuhi permintaan mereka.
2."Kamu kan punya lebih, masa nggak mau berbagi sedikit?"
Menggunakan argumen bahwa Anda memiliki cukup, sehingga mereka merasa berhak meminta bagian.
3."Aduh, aku lagi butuh banget, kamu bantu ya. Kamu pasti ngerti, kan?"
Permintaan dibungkus dengan emosi dan urgensi untuk membuat Anda merasa bersalah jika menolak.
4."Nggak apa-apa kan aku pinjam barangmu dulu? Toh, kamu juga nggak pakai sekarang."
Mengambil barang atau meminta sesuatu tanpa izin penuh, dengan asumsi bahwa Anda akan setuju.
5."Kalau kamu benar-benar teman, pasti kamu bantu aku sekarang."
Menggunakan manipulasi emosional dengan mempertanyakan hubungan atau loyalitas Anda.
Jika Kita Menolak
Inilah pola kalimat yang sering diucapkan oleh orang dengan sikap entitlement ketika permintaan mereka ditolak:
1."Oh, jadi segitu aja ya nilai pertemanan kita?"
Mereka mencoba membuat Anda merasa bersalah dengan mempertanyakan hubungan kalian.
2."Wah, ternyata kamu pelit banget ya. Padahal aku selalu baik sama kamu."
Manipulasi dengan membandingkan kebaikan mereka sebelumnya untuk menekan Anda.
3."Ya udah, nanti kalau aku sukses jangan harap aku ingat kamu."
Mengancam hubungan masa depan sebagai bentuk balas dendam emosional.
4."Masa buat aku aja nggak bisa? Kamu emang nggak peduli sama aku."
Menyalahkan Anda karena tidak memenuhi permintaan mereka.
5."Kamu kan punya lebih dari cukup, apa salahnya berbagi?"
Menyindir kemampuan Anda seolah-olah Anda egois jika tidak membantu.
Kalimat seperti ini dirancang untuk membuat Anda merasa bersalah atau ragu terhadap keputusan Anda.
Insya Allah pada postingan berikutnya kita akan membahas bagaimana menghadapi mereka.
Mungkin ini penting terutama bagi kita yang introvert...
Suatu pagi di kebun.
Indramayu.
