Perintah Bumi Hangus Sumatera Setelah Soekarno-Hatta Ditawan Belanda

in #srory6 years ago

Agresi Belanda kedua ke Indonesia berhasil menguasai seluruh wilayah republik, kecuali Aceh. Para pemimpin Republik Indonesia juga ditawan Belanda. Karena itu Belanda mengklaim bahwa Indonesia tidak ada lagi.

Tapi klaim tersebut dibantah oleh para pejuang di Aceh. Dari dataran tinggi Rimba Raya (kawasan Kabupaten Bener Meriah sekarang), radio perjuangan menyampaikan siaran dalam empat bahasa, Indonesia, Inggris, Belanda, dan bahasa Arab. Dalam siara Radio Rimba Raya ada satu kalimat yang selalu diulang-ulang saat siaran. “Republik Indonesia masih ada, karena pemimpin republik masih ada, tentara republik masih ada, wilayah republik masih ada, dan di sini adalah Aceh.” Siaran radio ini terdengar hingga ke beberapa negara Asia, hingga menjadi bahan diplomasi LN Palar wakil Indonesia di luar negeri dalam diplomasi mencari dukungan kemerdekaan bagi Indonesia.

Sokerno Hatta di tawan Belanda.jpg
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditawan militer Belanda pimpinan Letkol WCA van Beek. sumber

Untuk menggerakkan perlawanan rakyat, Radio Rimba Raya pada 6 Januari 1949 juga menyiarkan seruan dari Panglima Tentara Teritorial Sumatera Kolonel Hidajat. Karena Aceh belum bisa dimasuki oleh Belanda, para pejuang dari Aceh dikerahkan ke Medan untuk menggempur Belanda dari sisi barat.

Kolonel Hidajat menyerukan supaya digencar perang secara totaliter, gerilya, dan bumi hangus setiap kota yang diduduki Belanda. Tekanan terhadap Belanda harus digencarkan agar Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta dibebaskan.

Dalam seruan yang berbentuk komunike tersebut Kolonel Hidajat mnegaskan, “Penangkapan dan penahanan terhadap pemimpin-pemimpin kita adalah suatu penghinaan yang harus ditembus dengan menghancurkan musuh di tanah air kita. Kepada rakyat dan anggota angkatan perang diserukan supaya bersatu membalas kebiadaban dan kebusukan Belanda.”

Kolonel Hidajat selaku Panglima Tentara Teritorial Sumatera juga menegaskan menolak setiap ajakan gencata senjata (cease fire) karena Belanda sudah berhasil dikepung dari segala arah di Kota Medan. Perlawanan rakyat semakin gencar dilaksanakan di Sumatera Utara, pembakaran wilayah-wilayah yang diduki Belanda terjadi.

Belanda yang terkepung di Medan, sejak 5 Januari 1949 sudah mengupayakan gencatan senjata. Malah, Panglima Tentara Belanda di Indonesia Letnan Jenderal Spoor di radio-radio siaran Belanda menyatakan bahwa genjatan senjata di Sumatera telah dilakukan pada hari itu pukul 12.00 siang. Propaganda radio Belanda ini juga dibantah oleh para penyiar Radio Rimba Raya yang melakukan siaran di kaki gunung Burni Telong, Bener Meriah, Aceh.

Tugu Rimba Raya.jpg
Tugu Radio Perjuangan Rimba Raya sebelum dipugar sumber

Panglima Tentara Teritorial Sumatera Kolonel Hidajat memerintahkan para pejuang dari Aceh yang sudah mengepung Medan dari arah barat untuk terus melakukan perlawanan. “Kita akan meneruskan perang suci ini sampai tercapai kemerdekaan yang abadi untuk seluruh Indonesia,” tegasnya.

Sehari kemudian, 7 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menggelar sidang lanjutan membahas perselisihan Indonesia dan Belanda. Dalam sidang tersebut Pemerintah Belanda kembali mengajukan gencatan senjata (cease fire), namun wakil Indonesia dalam sidang tersebut menyatakan hanya akan menerima tawaran gencatan senjata tersebut dengan dengan berbagai persyaratan. Setelah itu baru perundingan dengan Belanda baru dilaksanakan.

Namun kenyataannya, meski pemerintah Belanda sudah mengajukan gencatan senjata. Pada hari itu juga, tanggal 7 Januari 1949, sekitar pukul 06.00 pagi, tentara dari Divisi X Komando Sumatera melihat sebuah kapal perang Belanda muncul di Selat Malaka di daerah bagian utara Aceh yakni di perairan Lhokseumawe.

Pasukan Belanda yang tidak bisa masuk ke Aceh lewat Pulau Sabang dan lewat Medan, mencoba masuk melalui jalur laut di perairan Lhokseumawe. Kapal pengintai Belanda itu menurunkan sebuah sekoci berisi beberapa tentara, lalu masuk ke pelabuhan Lhokseumawe dan menyerobot sebuah boat.

tugu Radio Rimba raya.jpeg
Tugu Radio Perjuangan Rimba Raya setelah dipugar sumber

Mengetahui hal itu, tentara dari Divisi X Komando Sumetara di Lhokseumawe menembak sekoci Belanda tersebut dengan rudal tomong. Sementara kapal perang Belanda melakukan beberapa kali tembakan dengan meriam ke daratan Lhokseumawe selama hampir satu jam. Perang baru reda pada pukul 07.15.

Tak berhasil masuk ke Aceh melalui Lhokseumawe, kapal perang Belanda tersebut kembali ke laut lepas. Akibat perang itu, 2 penduduk Aceh di pantai Lhokseumawe tewas, 3 orang mengalami luka berat, 3 orang luka ringan, dan satu tentara mengalami luka akibat serpihan peluru.

Tentang semua peristiwa tersebut bisa dibaca dalam buku Sekali Republiken Tetap Republiken. Buku ini menjadi sangat menarik karena ditulis sendiri oleh pelaku sejarah yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan di Aceh, Teuku Alibasjah Talsya. Buku itu ditulis ketika ia bekerja sebagai Kepala Seksi Publikasi pada Kementerian Penerangan Republik Indonesia di Jakarta.

Sort:  

Dimulai dari Jong Atjeh, lalu pengakuan dan bergabung dengan RI. Penyediaan laskar perang dalam jumlah yang luar biasa, radio berskala internasional, pembelian pesawat, monas, penyedia dana talangan untuk menggaji pegawai pemerintah pusat dan masih sangat banyak sumbangsih Aceh untuk Indonesia, tapi semuanya dibalas dengan air tuba.
Lagee ta peuteungoh leumo lam mon tuha awaknyan aduen @isnorman

Ha ha ha beuretoh blok meunyoe @lamkote tuleh mandum ata nyan. Ditunggu tulisan dan ulasannya.

That ta tuleh na can hana meupat jrat teuh e aduen @isnorman.
Droeneuh ka biasa neu redaksi bahasa ngon beurita, jadi bahasa droeneuh posting han teupeh wie uneuen.

Yang ta tuleh fakta sejarah kon provokasi, lengkap ngon referensi, jadi han teupeh gob brader @lamkote. Kemas sesuai referensi dan fakta, beres itu barang.

Ternyata benar, Aceh modal mempertahankan kemerdekaan yang kembali direbut Belanda pada agresi kedua, terima kasih bang bacaan sejarahnya :)

Benar sangat brader @dilimunanzar banyak sumbangsih Aceh yang mulai dilupakan oleh republik hingga kini.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 61840.18
ETH 2589.24
USDT 1.00
SBD 2.55