Sumber
Aplikasi komunikasi berbasis internet, Telegram kembali diterpa masalah. Media ini sebelumnya sempat dihentikan beroperasi di Indonesia, namun kini giliran pengadilan Moskow yang melarangnya untuk beroperasi di negeri beruang merah tersebut.
Pihak pengadilan memerintahkan perusahaan telekomunikasi setempat untuk memblokir aplikasi Telegram di seluruh negeri Rusia setelah perusahaan itu menolak memberi akses kepada otoritas intelijen terhadap pesan terenkripsi dari para pengguna.
Ironisnya keputusan pengadilan ini dijatuhkan hanya beberapa minggu setelah Telegram berhasil mengumpulkan 1,7 miliar dolar dari para investor.
Telegram diharuskan memberikan kunci penyandian agar Dinas Keamanan Federal Rusia bisa membaca korespondensi tersangka teroris. Telegram telah berjuang untuk memiliki prosedur yang dianggap inkonstitusional, tetapi kalah dalam upaya di Mahkamah Agung negara itu bulan lalu.
Telegram disebutkan memiliki lebih dari 9,5 juta pengguna di Rusia. Namun disebutkan pada bulan lalu total peminat secara global melampaui 200 juta pengguna. Hal ini , didorong penawaran koin pertama terbesar di dunia, yang mengumpulkan dana untuk membuat jaringan blockchain yang memproses transaksi berkali-kali lebih cepat, dan memiliki cryptocurrency built-in untuk pengguna Telegram.
Saya pribadi cukup mengandalkan Telegram, karena bisa mengirim beragam file dan foto dalam ukuran besar. Selain itu, Telegram juga memungkinkan kita membuat sebuah grup untuk komunitas dengan jumlah anggota yang lebih banyak dari media sejenis lainnya.
Namun bila menutup diri terhadap pesan terenkripsi dari pengguna yang dicurigai, tentu kita pun bisa memaklumi jika sampai pengadilan memerintahkan untuk dihentikan operasionalnya. Karena dimana pun tentu saja, alasan keamanan negara menjadi nomor wahid untuk kemudian merampas hak privasi kita sebagai warga negara.
apakah kita ada berteman di Telegram?
Sang hana...