Restaurants is Open During Ramadan, Temptations or Challenges? | Bilingual |

in #religion5 years ago (edited)



Indonesia is a unique country with diverse ethnicity and culture. Even in Ramadan fasting, every province in Indonesia has its own unique policy without the need to violate the religious law (sharia).

One of the uniqueness is the rule of selling food during the day during Ramadan. In predominantly Muslim Aceh and enforcing sharia law, traders are prohibited from selling food before 16:00 am. Such prohibitions have long been in effect, although casuistically there are also traders who sell secretly. A similar ban applies in other areas such as Madura.

In Pekanbaru, as reported by riauaktual.com, local authorities allow non-Muslim restaurant owners to sell in the afternoon. I do not know, what if there are Muslims who secretly follow-up eating there.

At the airport, as I see in Kuala Namu (Medan) and Soekarno-Hatta (Jakarta), the restaurant keeps selling food during the day but by closing some of the entrances with cloth. The visitors who eat during the day are not too flashy. Perhaps so is the way to appreciate the fasting person.

For me personally, it does not matter the restaurant is open during the day and does not use a duster. In the plane there are passengers who eat beside to me, I am not at all tempted. Likewise, the appetizing aroma that comes from food, does not make me think anything about food.

In my opinion, precisely the challenge of running the fast will be more tested when people are free to enjoy the food around us. What do you think?






Restoran Buka Selama Ramadan, Godaan atau Tantangan?

Indonesia adalah negara yang unik dengan beragam etnis dan budaya. Bahkan dalam puasa Ramadan, setiap provinsi di Indonesia memiliki kebijakan tersendiri yang juga unik tanpa perlu melabrak hukum agama (syariah).

Salah satu keunikan adalah aturan berjualan makanan di siang hari selama Ramadan. Di Aceh yang mayoritas beragama Islam dan memberlakukan hukum syariah, pedagang dilarang menjual makanan sebelum pukul 16:00. Larangan serupa itu sudah lama berlaku, kendati secara kasuistik ada juga pedagang yang berjualan secara diam-diam. Larangan serupa juga berlaku di daerah lain seperti di Madura.

Di Pekanbaru, sebagaimana dilansir riauaktual.com, pemerintah setempat mengizinkan pemilik rumah makan non Muslim untuk berjualan di siang hari. Entahlah, bagaimana kalau ada warga Muslim yang diam-diam ikutan makan di sana.

Di bandar udara, sebagaimana yang saya lihat di Kuala Namu (Medan) dan Soekarno-Hatta (Jakarta), restoran tetap berjualan makanan di siang hari tetapi dengan menutup sebagian pintu masuk dengan kain. Para pengunjung yang makan di siang hari tidak terlalu mencolok. Barangkali begitu caranya menghargai orang yang berpuasa.

Bagi saya pribadi, tidak masalah restoran buka di siang hari dan tidak menggunakan kain penutup. Dalam pesawat ada penumpang yang makan di sebelah saya, saya sama sekali tidak tergoda. Demikian juga dengan aroma menggugah selera yang menguar dari makanan, tidak membuat saya berpikir apa pun tentang makanan.

Menurut saya, justru tantangan menjalankan ibadah puasa akan lebih teruji bila orang bebas menikmati makanan di sekitar kita. Bagaimana menurut Anda?






follow_ayijufridar.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63914.63
ETH 2664.93
USDT 1.00
SBD 2.77