Ayah Bertahan karena Belum Dapat Bagian
Ayah Bertahan karena Belum Dapat Bagian
Nak, hari puncak musim panen masih panjang. Kurang lebih bersisa delapan bulan lagi. Ketika datang masa itu, sejauh matamu memandang hanya akan tampak kuning bulir padi. Itulah momen keindahan paripurna yang paling Ayah banggakan, yaitu bertemu senyum paling penuh dari Bundamu, sepanjang musim.
Wajah Bunda yang oval, merona merah di balik caping dan kerumun kaum Syahrinian yang memeggenggam ani-ani. Bunda tengah bersukacita. "Wahai! Louis Vuitton, Hermes Birkin, Stuart Weitzman!" pekik Bunda di bawah warna-warni payung pelangi. Begitu syahdu.
Engkau jangan lantas merajuk kepada Bunda. Putri Ayah pun boleh menagih boneka My Little Pony kesukaannya. Insya Allah kalau rejeki, hasil panen musim depan akan melimpah. Twilight, Flutter Shy, Rainbow Dash, Rarity, Apple Jack dan Pinky Pie lengkap dengan Spike serta Princess Celestia, semua boleh kau ajak pulang.
Setelah urusan kalian rampung, Ayah hanya ingin bersantai sembari menghisap sigaret Gurkha Royal. Kopi Black Ivory pun Ayah minta untuk menemani waktu Ayah membaca buku Codex Leicester karya Leonardo Da Vinci.
Itu, kalau Ayah punya sawah.
Kenyataannya, seperti yang kau tahu, Nak, Ayah adalah seorang pengangguran ulung. Buktinya, Ayah mahir mempraktikkan cara-cara menganggur dengan baik dan benar. Bahkan, Ayah bisa mengajarkanmu cara tidak membuat apa-apa dalam seribu versi yang berbeda. Atau sekedar bagaimana tips tidur pulas nan lama seperti lazimnya seorang pengangguran profesional terlelap.
Dulu, ada seorang tokoh yang sangat berjasa dalam membangun kampung. Kau tahu Muhammad Alghifari? Mungkin kau pernah mendengar nama itu beberapa kali sebelumnya. Beliau adalah orang yang mampu menciptakan bom C4 dari tali sepatu. Orang-orang biasa memanggilnya Mat Gipar. Dialah sosok yang memperkenalkan Steemit kepada Ayah.
Masih segar dalam ingatan, Ayah bertemu Mat Gipar di Pondok Pesantren Mbah Gugel, bulan silam. Ketika itu Ayah meminta nasihat kepada beliau tentang tempat hijrah menulis yang berkah. Di sana, sambil berdalil tentang tanda-tanda akhir zaman, Mat Gipar menyarankan Ayah untuk mengadu nasib ke Negeri Steemit.
Niscaya akan datang suatu zaman kepada manusia yang akan menganggap Hanung Bramantyo lebih pacak daripada Peter Jackson. Suatu zaman yang manusianya menilai Ayat-Ayat Cinta lebih berat daripada Bumi Manusia. Maka barangsiapa yang hidup pada zaman itu, hendaklah dia mengambil wudu, salat dua rakaat dan sign up ke Steemit. - Mat Gipar
Dan itulah yang Ayah lakukan. Mengambil wudu, salat dua rakaat dan sign up ke Steemit.
Sepekan kemudian, Ayah menerima surat dari pemerintah Negeri Steemit. Surat itu adalah surat pengangkatan Ayah sebagai Steemian yang berdaulat. Ayah diberi kepercayaan untuk menjaga sebaris kata sandi rumit nan panjang. Alhamdulillah.
Keesokan hari, saat masih di tengah rasa girang, Ayah sontak terperanjat. Nubuat Mat Gipar tentang tanda-tanda akhir zaman, mulai menunjukkan gelagatnya. Yaumul kiamah sudah dekat.
Ayah beruntung bisa menumpang bahtera Steemit lebih awal.
Nah, di Steemit ini Nak, tidak sama seperti tempat Ayah menulis sebelumnya. Steemit tidak memakai hitungan per view atau per click seperti media berplatform user generated content pada umumnya. Di lautan Steemit yang luas ini, hasil peluh seorang penulis hanya akan diganjar setelah ada yang nyundul (upvote). Kalau tidak ada? Ya tenggelamlah kau.
Dari seluruh karya Ayah yang jumlahnya belum sampai 10 biji itu, tidak ada satu pun yang beranjak dari nilai $ 0,00. Nihil. Padahal, Ayah selalu berikan karya terbaik sesuai dengan kemampuan yang Ayah miliki. Sebuah persembahan istimewa untuk disantap kawanan ikan besar. Sebagai bagian dari komunitas, Ayah memang punya harapan yang tinggi supaya bisa diajak sebagai salah satu ikan remora mereka.
Memang Nak, walaupun ada beberapa Steemian lain yang nyundul, tetap tak mampu membuat angka bergerak satu digit saja. Entahlah Nak? Semakin banyak Ayah membaca tips-tips dari para ikan besar, semakin pening saja kepala Ayah dibuatnya.
Satu hal lagi yang mendorong Ayah berkeras hati memilih Steemit adalah user interface-nya, Anakku. Sangat cantik bin ciamik, top markotop sekaligus jos markuojos! Ayah suka sekali dengan dashboard menulisnya. Apalagi tampilan publikasinya yang aduhai hilihkintil.
Sebetulnya, Ayah ini bak ikan kecil (minnow)--Ah bukan--lebih kecil lagi, tepatnya plankton. Kau tahu kan, kalau organisme super mini nyaris mikroskopis kinys-kinyis itu paling mudah terhindar dari pantauan predator? Itu karena ukurannya, Nak. Seperti itulah hasil karya Ayah di belantara Samudera Steemit. Tak terpantau radar.
Walau begitu, Ayah bekeras hati bertahan karena belum benar-benar merasakan manfaatnya. Maklumlah Anakku, Ayah baru dua minggu bergabung. Apakah kau sudah merasakan faedah dari pesantren kilat? Apakah kau telah menuai maslahat dari salat?
Seluruh jatuh peluhmu di Planet Bumi akan dihitung terlebih dahulu, sebelum ganjaranmu diberikan di Langit Ketujuh. Bukankah begitu? Begitu pula di Steemit, Anakku, reward itu datangnya selalu belakangan laksana polisi India.
| "Lalu bagaimana, Yah?" |
Ayah senang kau bertanya. Ayah lantas putar otak. Bagaimana caranya supaya tulisan-tulisan ayah mendapat ganjaran (reward), atau paling tidak terpantau radar.
Ternyata, Nak, salah satu cara terbaik itu adalah mengikuti kontes. Mengapa? Karena kontes biasanya diadakan oleh ikan besar dengan didukung kawanannya. Dengan begitu, karyamu Insya Allah akan mendapat penghargaan yang sepantasnya, meski tak selalu berakhir manis.
Sekarang, kemarilah mendekat, akan Ayah kasih tahu satu rahasia yang hanya diketahui oleh Steemian. Rahasia itu adalah Steemit ini masih Beta. Belum Full Version. Jadi, masih banyak keajaiban dan hal-hal baik lainnya yang akan terjadi pada masa mendatang. Insya Allah ya, Nak.
Yang terakhir, doakan Ayah selamat dan selalu dalam keadaan sehat kala mengarungi Lautan Steemit. Karena, Ayah yakin doamu akan mengantar Ayah kepada Louis Vuitton, Gucci dan Weitzman yang diigau-igaukan Bunda dalam tidur malamnya. Juga tak lupa akan Ayah kabulkan semua boneka kawanan My Little Pony yang selalu kau tagih setiap siang. Dengan begitu, Ayah bisa tidur dengan tenang.
Itulah hal-hal yang menempa ketabahan Ayah dalam mengarungi Samudera Steemit yang sebetulnya tidak harus engkau tahu, Anakku. Kini, saatnya kita menunggu apakah tulisan Ayah mendapat ganjaran atau justru malah tenggelam. Yang mana saja akan Ayah terima, tapi Bismillah dapat yang pertama.
***| “Sudah dapat upvote belum, Yah?” |
Ayah telah berjuang Nak, Nduk. Sebaik-baiknya. Sehormat-hormatnya. [Source].
Faith makes all things possible. Hope makes all things work. Love makes all things beautiful. - NN
Mas @ranggaputra ternyata memang berbakat menulis cerpen. Hehe.
Semoga beruntung dengam kontes, ya.
Tetap semangat.
Terima kasih @aneukpineung78. Alhamdulillah masih semangat. Hutang cerpennya udah impas ya? 😂😂😂
Halo @ranggaputra! Diupvote dan resteem ke 7227 follower yah.. (Sebutir kontribusi kami sebagai witness untuk komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)
Steam on!
Ceritanya cukup meng inspirasi mas @ranggaputra
Terima kasih @ainee. Semoga bermanfaat ya 😊
Ceritanya kece banget... Sampai tak tahu aku harus koment apa hahaha
Terima kasih @yenniyunita. Lha ini kan sudah komen. Mau transfer SBD juga boleh kok. 😂😂😂
Kalau aku dah jadi whale pasti akan aku berikan... Hahaha
Amiiien... Semoga disegerakan jadi whale ;)
Terima kasih atas partisipasinya mas @ranggaputra.. tetap semangat yaaa
Alhamdulillah masih semangat 💪😂
Congratulations @ranggaputra! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!