Hindari Ujaran Kebencian di Steemit
SEBAGAI salah satu media sosial pendatang baru di dunia maya, keberadaan Steemit memperlihatkan respon positif dari kalangan warganet. Sejak dirilis 1 April 2016, Steemit mengusung konsep berbeda dibandingkan Facebook, Twitter, Instagram dan Path.
Dalam mengembangkan platform-nya, Steemit kemudian telah mendefinisikan kembali konsep media sosial dengan membangun ekonomi sosial yang hidup, bernapas, dan tumbuh dalam sebuah komunitas di mana pengguna mendapat imbalan karena berbagi upvote di antara pengguna mereka.
Sementara itu sebagian besar situs media sosial mengambil manfaat dari jumlah pengguna mereka untuk keuntungan para pemegang saham pemilik perusahaan media sosial.
Sedangkan di Steemit berbeda, ini semacam menggali kekuatan pengguna yang juga bermanfaat bagi pengguna itu sendiri. Dengan menghubungkan Steem Blockchain (yang didesentralisasikan dan dikendalikan oleh orang banyak), pengguna Steemit menerima semua manfaat dan penghargaan atas kualitas postingan mereka.
Di balik semua penjelasan itu, ada satu hal yang menarik untuk kita diskusikan di Steemit, yaitu tentang plagiat. Hal ini pula yang menjadi ciri khas sekaligus kehebatan Steemit sehingga orang tidak sembarangan dalam memposting.
Steemit sangat melarang memposting tulisan dan foto yang seolah-olah milik sendiri, meskipun kemudian orang-orang sangat menyukai tulisan itu. Jika menggunakan materi orang lain sebagai bagian dari postingan maka wajib hukumnya menulis sumber.
Konsekuensi dari aturan plagiat itu, apabila dilanggar maka muncul akun @cheetah di kolom komentar. Inilah yang saya maksud Steemit punya ciri khas yang tidak dimiliki Facebook, Twitter, Instagram dan Path. Aturan ini sebagai benteng untuk melawan hoax ataupun tentang ujaran kebencian.
Melihat ketatnya aturan yang diterapkan Steemit sehingga berdampak pada kualitas tulisan. Semakin berkualitas tulisan yang diposting sangat tergantung dari reputasi seorang penulis.
Salah satu dampak dari penggunaan media sosial adalah penyebaran informasi makin mudah dan cepat. Informasi yang beredar di media sosial cenderung massive dan bebas dari sekat-sekat sosial.
Dalam kondisi demikian, siapapun yang beraktivitas di media sosial akan aktif merespon setiap postingan tanpa menyaring terlebih dulu kebenarannya. Dampaknya kemudian, komentar warganet memunculkan kebencian, fitnah, dan pembunuhan karakter.
Kita berharap warganet tidak mengotori dinding Steemit dengan konten sejenis itu. Saya juga yakin Steemians tidak akan memberikan upvote jika menemukan konten yang tidak jelas isinya. Postingan yang bagus tentunya akan mendapatkan lebih banyak apresiasi. Steemians harus berlomba-lomba membuat tulisan yang positif, bukan malah berlomba-lomba menulis tentang kebencian, fitnah dan ujaran kebencian.
Kita ketahui bersama baru-baru ini polisi berhasil mengungkap kelompok Saracen yang melakukan aktivitas penyebaran kebencian. Kasus Saracen ini menjadi menarik karena mereka bisa dibayar untuk menyebarkan kebencian.
Sudah banyak warganet dilaporkan ke polisi karena konten yang ditulis merugikan orang lain. Saya berharap jangan sampai Steemians menjadi korban berikutnya.
Steemians harus paham isi Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jangan sampai Komunitas Steemit Indonesia (KSI) yang sedang tumbuh besar ini rusak karena tingkah Steemians yang tidak bisa menahan diri.
Di akhir tulisan ini saya ingin mengingatkan pesan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut MUI agar warganet memanfaatkan media sosial dengan cara lebih bertanggungjawab, menghindari diri dari ujaran kebencian, fitnah dan merendahkan pihak lain. Semoga ya!
Salam,
@dsatria
-----------------------------
Sumber Foto: suara.com
postingan menarik @dsatria , sudah sepatutnya kita mengubah image media sosial kearah yang lebih bergizi.
Ini tidak lain karena banyak pengguna media sosial khususnya di indonesia dalam dewasa ini sebagai wadah hasut menghasut dan menyebarkan berita fitnah..
Dan itu terjadi karena dimedia sosial selain steemit dapat dengan mudah menggilintirkan berita yang pertamanya baik namun menjadi fitnah.. Yang tidak jelas sumber beritanya...
Kita mesti rajin menulis yang beginian di Steemit.
Sebelumnya ada postingan @aiqabrago yang juga menyinggung soal ujaran kebencian meski lebih melihat dari aspek hukum dengan undang-undang ITE. Sebelumnya lagi, ada peringatan dari @happyphoenix agar kita menjaga Steemit jangan sampai bernasib seperti Telegram. Tapi intinya, kita harus menghindari ujaran kebencian di media apa pun, bukan hanya di Steemit. Ada yang bilang, sosmed-mu harimaumu.
Tulisan saya ini ingin memperkaya khazanah Steemit Indonesia sehingga melahirkan blogger taat etika.
luar biasa berisi dan bergizi unggahan dari @dsatria pagi ini. sy sdh upvote, reblog dan meninggalkan komentar.
steemit memang mengajarkan kita banyak kebaikan.
saleum.
Tebarkan kebaikan lewat Steemit.
mari lakukan
Saya tertarik tentang plagiat dari tulisan di atas. Banyak cara untuk bersembunyi dari kejaran Cheetah. Mari sama-sama kita awasi para plagiat. Termasuk plagiat terhadap postingan sendiri. Hehe.
kalau postingan sendiri jangan sampai kena cambuk lah hehe @teukumukhlis
Terima kasih yang mulia sudah mengunjungi blog saya.
Nasehat yang penting.
Steemit disukai bukan hanya karena media yang membayar kerja kreator dan kurator yang memproduksi konten (teks, foto, suara, video). Lebih dari itu karena steemit lebih menghargai konten yang positif. Konten-konten negatif otomatis dihindari untuk di upvote dan ini sebagai proklamasi bahwa steemit bukan tempat untuk menyebarkan spam.
Inilah daya tarik steemit yang membuat pemilik akun di media sosial non blockchain berpindah ke steemit. Apalagi mereka kemudian paham bahwa keberadaannya di media sosial hanya menjadi alat untuk menambang keuntungan bagi owner media sosial dan pihak-pihak yang menambang uang dengan memproduksi berita hoax.
Jadi, nasehat @dsatria sangat berguna dan penting. Semoga akan ada beberapa eksplorasi lebih lanjut.
Salam #kupitalisme
Terima kasih bang.
Jadilah diri kita sendiri. saya ingat pesan guru saya @zainalbakri dan curator Indonesia @aigabrago. kata mereka biar salah punya sendiri. karena kesalahan dapat diperbaiki. gunakan media ini untuk berbagi informasi yang lebih bermamfaat. Salam Komunitas Steemit Indonesia. (KSI)
Terima kasih sudah mengungjungi blog saya. Semoga kita selalu melahirkan karya berkualitas.
Disini yang paling gua suka.
Berkat doa @yahqan
Artikel yang sangat berguna.
Lebih baik pelan asal selamat. Begitu kata pepatah orang tua.
Ya begitulah. Akan indah pada waktunya hahaha....
Salam kenal bung @dsatria
Saya sudah follow dan upvote postingannya yaa.
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sama2 bang. salam kenal.
Tulisan yg bagus dan bermanfaat.
Upvoted
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Ini paling saya setuju, Steemit sungguh beda dengan media massa. Steemit tidak mengenal UU No 40 Tahun 1999, tapi rawan dengan UU No 8 Tahun 2011 (ITE). Maka jangan latah.. Saya ikut reblog, upvote, dan comment. Hidup pak @dsatria
Hidop awak Sawang.