Dibalik Cerita Politik Warna
Tadi Malam ini aku terdampar di Kota Juang, Bireuen. Sudah 2 hari aku disini menemani senior ku pulang ke kampung halamannya, karena mendengar kabar Abi sakit dan di rawat inap di Rs.Fauziah.
Dua malam di Bireuen, memaksa ku harus menjumpai sabahat lamaku di Cot Bada. Karena sesuatu dan lain hal yang tidak enak rasanya kalau aku bercerita disini.
Dulu, aku sering kesini, cot bada seolah seperti kampungku sendiri.
Dulu, jalan masuk menuju cot bada baroh tidak mengenal aspal. Hanya tanah, lengket kalau hujan, berdebu kalau kemarau. Tak ada pembangunan di desa ini.
Konon, kata warga, suara Merah tak menang disini.
Ini kampung orange, kami sudah bosan dengan janji-janji merah. Biarkan saja sementara begini, toh nanti orange pasti menang. Kata jendral, salah seorang pemuda desa yang kesehariannya menjaga toko kelontong miliknya.
2017 lalu, akhirnya Orange menang telak, mendepak merah dari kursi kekuasaan.
Cot bada pun berubah dengan wajah barunya. Aspal licin yang dinanti untuk mengganti tanah pun akhirnya hadir di cot bada.
Untung orange menang, jalan kampung kami tak lagi jadi kubangan kerbau kalau hujan, tak menyebabkan anak-anak kami terkena ispa kalau kemarau datang. Munyoe taloe lom, abeh teuh..
Persaingan warna memang menarik untuk kita amati. Warna bisa merubah nasib suatu desa, kota, bahkan negara. Tak ayal seluruh penduduk dimuka bumi ini harus memilih warna untuk dijadikan pegangan hidup (tragis!!).
Warna-warna bersaing untuk memperebutkan kursi kekuasaan sebagai Bupati, Walikota, Gubernur hingga Presiden. Warna pun turut mencoret di tengah-tengah persaingan. Perang warna dipastikan bakal lebih ramai lagi saat Pemilu tahun depan.
Anehnya, Warna yang mengaku Nasionalis justru paling suka menggadaikan asset strategis ke Asing. Warna yang berladaskan Agama justru menolak agama menjadi dasar hukum. Warna Sekuler justru menggunakan simbol agama untuk mengikat konstituen. Dan yang paling aneh adalah sebuah warna yang mengaku berazas Islam justru berubah haluan menjadi “Warna Liberal”.
Ya.. itulah realitas politik. Kekuasaan dan uang meleburkan idealisme. Wajar saja manusia modern di seluruh dunia mengimani dan meganggap bahwa "Politik itu kotor".
Tapi itu tidak terjadi di cot bada, Orange membuktikannya walau lewat aspal licin yang tak seberapa.
Bireuen
Salam Manis...
@only.home
#esteem
I follow you and I like.. Thank you .
Tq bro...
Ulasan yang menarik @only.home. Didalam politik, tidak ada kawan dan lawan sejati, yang ada hanya lah kepentingan abadi.
Salam sukses selalu. Salam KSI.
Terimong geunaseh bg..
Politik kali nyoe hana PAH..
Get ta meusteemit ria mantong bg... haha
Tergantung darimana kita melihat politik itu. Baikkah atau malah sebaliknya.
Manteung di bireuen? lon na di kota sate nyow
Hana lee guree...
Ka troeh beureunun nyoe..
Pajan balek bna lom??
Mungken, meu dua malam teuk ino.
Good job bro....
Upvote