Antara Uang haram, Gaji Buta | dan nilai sebuah profesionalitas

in #politics6 years ago (edited)

image_search_1527522984807.png

Source


Di Indonesia, seorang intelektual diminta untuk hidup melarat, ia haram menjadi makmur. Seorang pemikir, seperti Ahmad Syafi'i Ma'arif, Yudi Latief, atau Said Aqil jadi seperti pendosa saat ia dibayar layak.

Beberapa dari kita mengutuk artis yang dibayar demikian mahal, untuk menurunkan mutu nalar warga melalui tayangan bobrok. Beberapa dari kita demikian keras mengonggong, menyebut bahwa kualitas pembuat konten di Youtube tak lebih baik dari berak babi karena hanya mengejar sensasi.

Source

DQmW8fkbR8oYuV2gYNQs4c8nsrBVWg1BgLu1DMFTx4H5YS1_1680x8400.jpeg
Tapi, saat ada orang yang dibayar mahal untuk merumuskan ide, membuat kurikulum pemikiran, dan menyusun paradigma moral. Ia dicibir. "Kok bisa orang-orang yang hendak membuat kebijakan pendidikan Pancasila dibayar demikian mahal," katanya.

Mungkin, mereka lebih suka menerima seorang artis dibayar puluhan juta sehari untuk berjoget di depan televisi, atau seorang pembuat konten youtube yang menghina-hina dibayar ratusan juta.


Source

DQmW8fkbR8oYuV2gYNQs4c8nsrBVWg1BgLu1DMFTx4H5YS1_1680x8400.jpeg
Sebenarnya apa yang kita kritik dari sebuah profesi yang dibayar mahal? Apakah karena ia tak mahir dan dibayar berlebihan? Apakah karena pekerjaannya terlampau ringan dan ia seharusnya mengerjakan yang lebih berat? Atau karena kita tidak suka orang itu melakukan pekerjaan yang semestinya dilakukan yang lebih ahli?

Kita jelas kesal kepada orang yang dibayar mahal tapi tak melakukan apa-apa. Yang kita benci bukan pekerjaannya, atau upahnya, tapi fakta bahwa seseorang yang dibayar mahal untuk pekerjaan yang tidak layak dibayar sama sekali. Di sini intelektualitas semestinya jadi penting dipahami. Orang dibayar karena keilmuan, integritas pengabdian atau kepakaran, bukan karena pangkat, apalagi karena anak mantan presiden.


image_search_1527524023903.jpg

Source

DQmW8fkbR8oYuV2gYNQs4c8nsrBVWg1BgLu1DMFTx4H5YS1_1680x8400.jpeg
Alih-alih mengkritik kepakaran, kemampuan bernalar, atau profesionalitas seseorang dalam sebuah pekerjaan, kita mengkritik upah yang demikian besar untuk merumuskan pemikiran. Maka terpujilah para pemikir yang lebih memilih berkarir di negeri orang.

(Arman Dhani,Penulis)

DQmW8fkbR8oYuV2gYNQs4c8nsrBVWg1BgLu1DMFTx4H5YS1_1680x8400.jpeg

Susah benar jadi intelektual di Indonesia.

Klik 👉 Bedanya Gaji Ilmuwan di Indonesia dan negara lain


Indonesian Steemit Discord Channel that all Steemians can join - https://discord.gg/PPAxQf


DQmW8fkbR8oYuV2gYNQs4c8nsrBVWg1BgLu1DMFTx4H5YS1_1680x8400.jpeg

Photos by @azroel with Canon EOS 600D



Steemit Jakarta Raya 20180526_063215-1.jpg

Sort:  

Beda indonesia dengan negara lainnya bang

Bangett..haha..

Teruslah menemukan sense of steemit mu brother.

Thank you brothe.. semangat..ganbate..

Siap.. brother mana postingan udah lama gk dishare

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58004.44
ETH 2579.54
USDT 1.00
SBD 2.40