Sebuah puisi

in #poetry6 years ago (edited)

Langit runtuh, mengungkapkan apa yang tidak bisa kita
lihat sebelumnya
Cahaya oranye mengintensifkan, kehangatan bersinar di wajah kami
Seperti sudah ditakdirkan, waktu balas
Sebelum
kita senja mengungkapkan wajah kita
Di sini jiwa kita berkumpul untuk dibersihkan dari dunia
Kita mati
untuk hidup kembali, hari lain belum akan terbuka

Tapi rumah ini, oh rumah itu terbakar
Dengan perlahan
kita hanya bisa menyaksikan mahkota yang menyala-nyala

Dengan itu, kita runtuh seiring waktu Kita
hidup menghirup
kehancuran ke dalam hidung kita

Awan. Mereka berkumpul di atas kami, menutupi langit
Langit terbuka
tetapi kita tidak bisa mendengar tangisannya

Kami meneteskan air mata, apakah mereka tetapi
dari asap
Dan tahun-tahun itu, apakah mereka tetapi abu di
mana kita tersedak

Oh dan itu menuangkan saat hujan apakah itu dari kobaran api
Dan rasa sakit ini
apakah rasa sakit ini hanyut begitu saja

Ketika kita pergi, apakah kenangan tinggal di dalam
hati kita
Apakah itu benar-benar berkah yang
menyamar atau apakah kita membawanya
ke awal yang salah lainnya

Sambaran petir dari tanah ke langit, tidak ada
apa apa, jiwa kita bersaing
Mengembara di bumi ini melihat ke belakang kita dipaksa
untuk berbohong

Dan kau; dimana kamu malam ini
Apakah kamu di sisi lain
Apakah kita baru saja menyaksikan kita semua mati
Sekarang tidak ada tempat untuk bersembunyi.

Angin meniup abu dari sebuah rumah yang
kini telah hanyut ke langit.
Dan lautan, mereka mengingatkan kita bahwa air
mata kita
belum semuanya menangis.
Dalam sebuah puisi

Sort:  

🤔👍👍👍👍

🤭🤭🤭🤭🤭

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 61586.28
ETH 2569.21
USDT 1.00
SBD 2.55