Sajak-Sajak Rahmad Sanjaya Bulan Januari 2018
Foto: Rahmad Sanjaya
JEJAK FANSURI
Aku melihat ada fansuri di wajah dan hatimu
Melingkar di balik gulita negeri
Menyerigai kondisi lalulalang zaman
Yang kian bombastis
Dan kau menukilnya
Dalam bait – bait syair
Nasehat yang dibalut aqidah
Banda Aceh, Januari 2018
Foto: Rahmad Sanjaya
BULAN SABIT MENGGANTUNG DI MENARA MASJID
Senja jatuh
Langit mulai merah
Bulan sabit menyerigai di menara masjid
Diantara biji tasbih yang menghitung jejak
Tuhan
Izinkan aku menambal belahan bulan itu
Dan terus menyulam cinta pada Mu
Banda Aceh, Januari 2018
Foto: Rahmad Sanjaya
DIAMLAH HATIKU
Diamlah hatiku
Jangan gulana
Duduklah tersenyum diantara cita-cita
Sembari bersiul lagu apa saja
berdamailah dengan rasa
bercengkramalah dengan fikir
sambil mencerna segala peristiwa
baca kembali kisah waktu
lantunkan itu dengan merdu
singgasana ini milikmu
tak perlu ragu atau terbelenggu
diamlah hatiku
atur formula sebelum layar terkembang
sebab di depan samudera begitu gamang
penuh misteri dan kekacauan
maka tenangkan denyutmu
bertasbihlah
bermunajadlah
dan
iklaslah
diamlah hatiku
kita akan terus dicoba
seberapa besar mencintai- Nya
Banda Aceh 21 Januari 2018
Foto: Rahmad Sanjaya
PUISI ITU KITA
Kita adalah bumi
Bumi itu adalah kita
Kita adalah matahari
Matahari itu adalah kita
Kita adalah bulan
Bulan itu adalah kita
Kita adalah air
Air itu adalah kita
Kita adalah api
Api itu adalah kita
Kita adalah angin
Angin itu adalah kita
Kita adalah musim
Musim itu adalah kita
Kita adalah kehidupan
Kehidupan itu adalah kita
Kita adalah ruh
Ruh itu adalah kita
Kita adalah cinta
Cinta itu adalah kita
Kita adalah risalah
Risalah itu adalah kita
Kita adalah jiwa
Jiwa itu adalah kita
Kita adalah lentera
Lentera itu adalah kita
Kita adalah penguasa
Penguasa itu adalah kita
Kita adalah bendera
Bendera itu adalah kita
Kita adalah Negara
Negara itu adalah kita
Kita adalah puisi
Hanya satu klik
Seluruhnya milik Allah
Banda Aceh, 21 Januari 2018
Foto: Rahmad Sanjaya
KEMARAU
Seonggok musim hinggap di ranting kering
Nanar menatap matahari yang kian terik
Lukanya kian mengangga
Entah sampai kapan hujan menyapa
Jiwa yang terus mengembara
Semakin masai tertimpa kabut
Namun tak seembun menitik
Bumi yang gelisah
Terus berharap berkah
Allahu Akbar
keluh mengeluhku kian berduri
Engkau Lebih tahu gelisahku
yang nestapa ditengah jiwa yang rapuh.
Banda Aceh Januari 2018
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by rahmadsanjaya from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.