Maaf Kami Sibuk, Tuhan
Karya: Nury Riana
Kutulis sepucuk surat dengan sederet kata maaf yang tersemat dalam aksara. Di ambang senja ketika mentari mulai mengantuk lalu memejam mata. Degungan azan bersahutan mengiringi hamburan jingga yang mempesona.
Ketika Engkau memanggil dalam panggilan. Kami mengabaikan dengan meruah sejuta alasan. Sibuk mengendarai kendaraan di punggung jalan, menyusuri lorong-lorong padi yang baru tertanam, bercengkrama di antara rona jingga hingga mega menyibak tirai hitam di angkasa. Dalam setiap langkah, kami menggerutu, mengutuk waktu yang begitu cepat berlalu.
Kami sibuk, Tuhan. Kami sibuk dengan kehidupan, kami sibuk dengan sejuta angan, kami sibuk dengan impian yang kami gantung di awang-awang.
Kami melihat namun buta dalam penglihatan. Kami mendengar namun tuli dalam pendengaran. Kami ingat tetapi lupa dalam ingatan. lidah kami begitu kelu menyebutMu dalam lisan, begitu kaku seluruh anggota badan bersujud merendahkan diri di hadapanMu, Tuhan.
Tuhan, maafkan dengan setiap sikap kami dahulu
Kami berbangga dengan secuil kebaikan dan lupa dengan segudang kesalahan.
Kami nyanyikan lagu-lagu dengan ragam irama, tapi jarang mendengungkan kalamMu, Tuhan
Kami dengarkan nada-nada tak berguna
dan acuh dengan panggilan merdu seruan sembahyang
Kami sibuk berbincang membahas perihal dunia di warung-warung sudut kota. Harusnya kami tidak di sana tapi di rumahMu yang menenangkan. Mendengungkan zikir dan kalamMu di lisan.
Panga, 24 Mei 2018
Sangat menarik dan penuh makna @nuryriana. Semangat terus....
Terima kasih Pak sudah berkunjung
Insyaallah semangat sabee Pak
Mau nya puisi ini di baca di atas panggung, wah..wah...keren, jika pembacanya mendalami isi puisi ini. Kau memang bunga yang tersembunyi di bawah bukit yang indah.
Waah Terima kasih banyak Pak @azhar.steemit atas apresiasinya.
Saya masih dalam tahap belajar, mohon bimbingannya Pak.
Hehehe
kata demi kata yang menggugah hati untuk selalu berada disisinya.
Amiin semoga saja kita selalu ingat dan tidak pernah lupa terhadap Allah
Dara Panga Memang bereh bereh, peu lom bak teumuleh. Sama lage kang @danialves. Hihihihi🤣
Kang @danialves kon awak Panga euk 😂😜
Sungguh tulisan yang penuh makna akan arti hidup sebenarnya
Terima kasih @nec10
semoga kita selalu ingat akan dosa, jangn hanya berbangga pada secuil kebaikan
Iya sama-sama
Renungan yang mehanyutkan jiwa, @nuryriana.
Masihkah tersisa keampunanmun Tuhan... Semoga musibah yang terjadi menjadi sebuah cobaan.
Alhamdulillah Kak. Semoga kita saling mengingatkan untuk tidak lupa pada Raab
Amin.
💚👍👍👍👍👍👍👍💚
Waah Kak @pupu terim kasih sudah mengunjungiku Kk.
Oa Kakak kenal Kak Rinjani tak?
Nury ada baca nama Kakak kemaren di snap WA nya.
Imas Pupu bukan nama Kakak?
Sangat terharu saat membaca puisi ini, menjadi renungan bagi diri sendiri. 😢😢😢
Semoga kita selalu muhasabah dan selalu memihon ampunan
Degungan atau Dengungan. Hee...
Aku suka puisi kamu, mau suka kamunya juga, tapi takut ada yang marah. 1. 2. 3...Kabuuurrrrr....
Dengungan Bang. Makasih ya udah bantu koreksi. Typo tuh 😂
Hahahaha
kok malah kabur? gak asik aaah 😜
Heee.. Sama sama. Ini datang lagi.
Nikmat that tulisan nyo hai 👍
terima kasih sobat.
Saya juga menyukai puisi-puisimu 😊