HARI RAYA PABRIK GELISAH.
Pagi hari diselimuti awan tebal;
Terasa mendung di hati;
Badan telah penat dipagi hari.
Dengan malas menyambut fajar;
Buah pikirannya memikirkan utang;
Lilitan hutang semakin mengikatnya.
Sungguh sebongkah kepala memberat;
Dengan ringkih mencari jalan keluar;
Namun tenaga dan daya telah habis.
Terasa diiris pisau tajam di dagingnya;
Suara serak parau membuat jiwanya terjepit;
Napas sengal, lebih memeras memikirkannya.
Di lihat sebuah foto pabrik;
Telah kabur dimakan masa;
Kejayaan pabrik telah memudar.
Pabrik telah sepi dan sunyi;
Mesin pabrik berhenti berkicau;
Tersisa pekerjaan tak terselesaikan.
Di gang dalam penuh dengan debu;
Aroma bau mesin semakin menyengat;
Sebagian lampu neon semakin meredup.
Bertahun-tahun pabrik memeras olinya;
Untuk memberikan makan para buruh;
Sakit atau luka tetap ia memeras olinya.
Kini hari raya menuntut upah;
Sepasang telinga semakin ringkih;
Pabrik semakin gelisah.