Puisi-puisi Pendek Nietszche dengan Catatan yang Pendek Juga

in #poetry6 years ago (edited)

Buku "Friedrich Nietzsche: Syahwat Keabadian". Sumber: kineruku.com

Rasanya tak ada filsuf yang pemikirannya berpengaruh kuat di ranah intelektual masa kini selain Friedrich Nietzsche (1844-1900). Pemikiran filsuf Jerman yang muncul di abad ke-19 ini masih terus dikaji, diperdebatkan, dan dikembangkan para pemikir kontemporer.

Orang umumnya mengenal Nietzsche sebagai filsuf yang mendeklarasikan bahwa "Tuhan telah mati" dan atheis gila. Tapi, jarang orang mengenalnya sebagai penyair. Padahal, Nietzsche telah menulis puisi sejak remaja dan terus mencipta sajak sampai dewasa. Sebagai ahli filologi, dia berkutat dengan kemampuan bahasa Jerman untuk sampai pada puncak keindahannya. Puisinya adalah bagian dari perjuangan itu.


Nietzsche by Gustav-Adolf Schultze (d. 1897)
Nietzsche by Walter Kaufmann,
Princeton Paperbacks, Fourth Edition. Source

Masyarakat sastra dan intelektual Indonesia juga kurang mengenal Nietzsche sebagai penyair. Padahal, sejumlah puisinya sudah pernah diterbitkan, meskipun sedikit. Berthold Damshäuser, pengajar sastra Indonesia di Universitas Bonn, Jerman, menyebutkan segelintir puisi Nietzsche pernah dipublikasikan dalam bahasa Indonesia di buku Malam Biru di Berlin (1990), antologi puisi dwibahasa Jerman dan Indonesia yang diterjemahkan oleh Damshäuser dan Ramadhan K.H.; Kau Datang Padaku (1994), antologi puisi Jerman abad ke-20 yang diterjemahkan oleh Damshäuser dan Ramadhan K.H; dan "Puisi-puisi Friedrich Nietzsche" yang diterjemahkan oleh Damshäuser dan Agus R. Sarjono di majalah sastra Horison edisi September 2010.

Saya menulis artikel ini untuk memperkenalkan beberapa puisi Nietzsche. Puisi-puisi di bawah ini saya kutip dari buku Friedrich Nietzsche: Syahwat Keabadian karya Berthold Damshäuser dan Agus S. Sarjono (Penerbit Komodo Books: 2010).[1] Saya pilihkan yang pendek dengan pertimbangan bahwa ini sebagai perkenalan awal (bila sempat, saya akan mencoba memperkenalkan puisi Nietzsche dalam artikel berikutnya). Saya juga berikan catatan atas kesan saya terhadap karya Nietzsche tersebut.

Salah satu puisi pendek Nietzsche yang pertama kali menarik perhatian saya saat membaca buku tersebut adalah "Motto". Begini puisinya.

    Motto


            Über meiner Haustür

    Ich wohne in meinem eignem Haus,
    ich hab' niemandem nie nichts nachgemacht
    und — lachte noch jeden Meister aus,
    der nicht sich selber ausgelacht.

Berikut ini terjemahannya:

    Motto


            Dipasang di atas gerbang rumahku

    Aku tinggal di rumah sendiri,
    tak pernah meniru satu pribadi
    dan — menertawakan tiap empu,
    yang tak tertawakan diri sendiri.

[halaman 60-61]

Puisi ini pendek, sederhana, dan jelas tapi kuat dalam tema. "Rumah" di situ tampak jelas sebagai sikap Nietzsche terhadap aliran-aliran pemikiran pada masanya. Dia tidak hendak mengikuti aliran yang ada tapi memilih memiliki "rumah sendiri" yang "tak pernah meniru satu pribadi". Dia juga mengkritik pemikir di aliran lain ("empu") yang bahkan tak kritis terhadap pemikirannya sendiri ("yang tak tertawakan diri sendiri").

Kita tahu, Nietzsche memandang bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk yang tertawa. Manusia didera oleh berbagai penderitaan dan tertawa adalah caranya untuk mencapai kebahagiaan. Tapi, manusia yang dapat menertawakan dirinya sendiri adalah manusia yang kritis, yang sadar diri. Kita mengenali pandangan ini pada sejumlah intelektual masa kini, seperti Gus Dur (Abdurrahman Wahid).


Gus Dur. Source: NU Online

Gu Dur memandang bahwa humor adalah sublimasi dari kearifan sebuah masyarakat. Dalam pengantar buku Mati Ketawa Cara Rusia (1986), tokoh legendaris Nahdlatul Ulama itu menyatakan bahwa:[2]

Rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.

Mengapakah kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan? Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam perilaku diri sendiri itu.

Puisi Nietzsche lain yang menyentak saya karena kesederhanaannya adalah "Naik". Begini puisinya:

    Aufwärts


    "Wie komm' ich am besten den Berg hinan?" —
    Steig nur hinauf und denk nicht dran!

dan terjemahannya:

    Naik


    Kiat terbaik mendaki gunung? —
    Naik saja! jangan direnung!

[halaman 62-63]

Sederhana bukan? Puisi itu terkesan main-main tapi jelas disusun dengan pertimbangan matang. Perhatikan rima pada puisi itu. Kata "hinan" berima dengan "dran". Dalam puisi-puisi lain, Nietzsche juga mempertahankan rima puitik ini. Saya bukan ahli bahasa Jerman, tapi dalam sebuah percakapan saya dengan Berthold Damshäuser, dia menjelaskan kerumitan tata bahasa Jerman untuk menghasilkan sebuah rima karena satu kata bisa berubah bentuk ketika diterapkan.


Gus Mus. Source: Gusmus.net

Ketika membaca "Naik", yang pertama kali tebersit di benak saya adalah nama Gus Mus (Muthofa Bisri). Gus Mus adalah ulama sekaligus penyair Indonesia yang mempopulerkan "sajak-sajak balsem" yang humoris. Ketika membaca "Naik", saya ingat puisi "Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat" karya Gus Mus. saya kutip satu bait:[3]

Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?

Asyik, kan?

Baiklah. Pembahasan puisi Nietzsche saya cukupkan sampai di sini dulu. Kapan-kapan saya akan teruskan.

Salam.

Referensi

[1]: Berthold Damshäuser dan Agus S. Sarjono, Friedrich Nietzsche: Syahwat Keabadian (Penerbit Komodo Books: 2010)
[2]: Gus Dur dan Kata Pengantar Buku "Mati Ketawa Ala Rusia"
[3]: Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat


#blogiwankwriting #writing #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #art #life #philosophy #germany #essay #philosophy


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

Sort:  

Go here https://steemit.com/@a-a-a to get your post resteemed to over 72,000 followers.

suka, suka, suka :)

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 61618.64
ETH 3009.45
USDT 1.00
SBD 3.78