When the Sea is a Gift and a Disaster | Ketika Laut Menjadi Anugerah Sekaligus Bencana |
The Bustling Sea
The sea suddenly becomes crowded
waves pounding in the wind
far into the middle of the ocean
was on the shore
people just danced
inviting sea
the ocean breeze
so coming please,
come from all directions
behold we danced in sorrow
then offered a sip of water
after we bathed in sweat
but don’t give me seudati
because he is dead
swallowed television
and internet octopuses that raided our bedroom
come, coming please
from all corners of the world
with skin and hair of all colors
enliven our lonely sea
with your love song
Lhok Seumawe, June 2005 - December 2017
Noted: This poem was published in the anthology of "Lagu Kelu" published by the Aceh Literature Alliance (ASA) in collaboration with Japan-Acehnet, in 2005. The poetry was conceived by Aceh poet Doel CP Alisyah to commemorate the Tsunami which hit Aceh on December 26, 2004. This poem has changed in some parts.
Laut yang Ramai
Laut mendadak menjadi ramai
deburan ombak terseret angin
jauh ke tengah samudra
sedang di bibir pantai
orang saja menari-nari
laut mengundang
sehamparan angin samudra
jadi datanglah,
datanglah dari penjuru segala
lihatlah kami menari dalam duka
lalu sodorkan seteguk air
setelah kami bermandi peluh
tapi jangan suguhkan seudati
sebab ia sudah mati
ditelan televisi
dan gurita internet yang menggegogoti ruang tidur kami
datang, datanglah
dari penjuru segala dunia
dengan kulit dan rambut segala warna
ramaikan laut kami yang sepi
dengan lagumu yang sarat cinta
Lhok Seumawe, Juni 2005 – Desember 2017
Catatan: Puisi ini pernah dimuat dalam antologi puisi “Lagu Kelu” yang diterbitkan Aliansi Sastra Aceh (ASA) bekerja sama dengan Japan-Acehnet, pada 2005. Kumpulan puisi itu digagas antara lain oleh penyair Aceh, Doel CP Alisyah untuk memeringati Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Puisi ini sudah diubah dalam beberapa bagian.
Air terkadang menjadi sangat bermanfa'at bagi manusia, akan tetapi ketika air laut murka, maka ia akan menjadi petaka dan berubah jadi bencana.
Puisi yang bagus 👍👍👍
Sama seperti api @midiagam. Kecil jadi kawan, besar jadi lawan....
Betul, mereka punya kemiripan, dari sisi baik maupun buruk.
Makanya, kita jangan membesar-besarkan api dan ombak. Mereka harus dibonsai.