Full Moon Drowning | Purnama Tenggelam |
You painted the last chapter on the sand
about outdated romanticism:
word-for-word romance passes with the wind
overwritten full moon that depends
a span on a gold rug
Pounding heart and sigh ripple
enough to accompany each word
who are buried in a canoe without pedaling
we never stop dividing the ocean
with a piece of bloody heart as a torch
Up to this point, I no longer needed a lantern
anchor ‘it has fallen on the top of the ocean
a heart that spurred and anxious sighs
gone in the belly of the waves
The word has disappeared
and the full moon sinks in our eyeballs
Lhokseumawe, December 2018
Purnama Tenggelam
Engkau melukis bab terakhir di atas pasir
tentang romantisme usang:
percintaan kata demi kata berlalu bersama angin
ditimpa purnama yang tergantung
sejengkal di atas permadani emas
Deburan hati dan desah riak
cukup untuk mengiringi setiap kata
yang tertimbun dalam sampan tanpa kayuh
kita tak henti membelah samudra
dengan sepotong hati berdarah sebagai penerang
Sampai titik ini, aku tak lagi butuh lentera
sauh ‘tlah jatuh di puncak samudra
hati yang memacu dan desah yang gelisah
lenyap sudah di perut ombak
Kilau kata telah sirna
dan purnama tenggelam di bola mata kita
Lhokseumawe, Desember 2018
Semoga di saat bulan Purnama akan datang, semuanya akn terlihat begitu indah
Semoga saja. Dan semoga tidak menjadi srigala di saat bulan bulan penuh.