SEBUAH PELARIAN

Usah mengutuk lebatnya hujan, usah mengeluh kemarau panjang.
Bukankah wajah-wajah musim membawa rona cuaca? Jikalau embun mengantar gigil, hanyalah duta pewarta fajar.
Ada hangat lalu menyibak. Dengan tajam sinar membelah kabut. Maka bicaralah bibir-bibir misteri pada raga hari-hari.

Dan kami insan-insan penjelajah bumi rantau.
Adakah kau tahu seberapa berat beban rindu? Adakah kalian tahu sebesar apa beban di bahu?
Ketika gema takbir menyentuh dinding kalbu, ada haru berseteru dengan waktu memaksa tangis tertahan menggenang. Haruskah lalu kami diam membatu?

Kami, kawanan pengadu nasib di tanah rantau. Saling tuang mengisi cawan penuh kesedihan (sesungguhnya). Jikalau netramu menatap serendah sampah, sungguh kami tak sehina argumen itu. Hiruk suara membahana. Memecah jua gelak yang semu sebenarnya.
Selaut rasa rindu kampung halaman, apalah daya kami terbelenggu keadaan.