Ungkapan Cinta Bernama Pinang Telangke (Teka-Teki Geometris dari Leluhur)

in #pinang6 years ago (edited)

5.jpgSuatu hari antara tahun 2007-2008 Bapak dan aku berbincang di rumah. Kami biasa mendiskusikan setiap hal yang menarik perhatian kami. Kadang aku yang memulai pembicaraan dengan tema acak, kadangkala Bapak memulai dengan bereaksi terhadap berita atau acara televisi yang ditontonnya.

Hari itu, Bapak bercerita tentang Pinang Telangke. Sebuah perangkat pelengkap upacara adat lamaran dalam suku Tamiang. Pinang Telangke berbentuk tiga cincin berkait tanpa sambungan yang diukir dari satu biji pinang. Benda ini menjadi bagian dari seserahan dari keluarga pihak laki-laki untuk keluarga pihak perempuan sebagai antaran dalam adat lamaran masyarakat suku Tamiang. Suku Tamiang adalah 1 dari 19 etnik yang hidup di Provinsi Aceh, Indonesia. Populasi terbesar Suku Tamiang berada di Kabupaten Aceh Tamiang, 03°53-04°32' LU dan 97°44'- 98°18' BT.

Menurut para tetua, Pinang Telangke adalah simbolisasi dari do’a bagi keluarga baru yang akan tercipta dalam sebuah perkawinan. Tiga cincin berkait memiliki makna khusus; lingkar cincin pertama bermakna suami, lingkar kedua bermakna istri dan lingkar ketiga bermakna keturunan yang diharapkan akan lahir dari keluarga baru tersebut. Keindahan makna Pinang Teangke lainnya adalah 3 cincin berkait tersebut berasal dari 1 biji pinang yang menegaskan bahwa keluarga baru yang akan diikat dalam perkawinan tersebut berasal dari sumber yang sama. Mereka telah berjodoh sejak awal keberadaannya.

Pinang Telangke diletakkan dalam sebuah kotak khusus yang disebut tepak sirih yang berisi alat dan bumbu bersirih atau makan sirih. Pada saat diletakan di tepak sirih, jumlah set pinang telangke harus ganjil, minimal 3 rangkai. Sebuah pepatah tua menegaskan bahwa, “Jika sudah terbuat 4 harus diganjilkan menjadi 5). Ini berarti bahwa jika si pembuat ingin membuat 3 tetapi telah terbuat 4, ia harus mengganjilkannya menjadi 5. Tidak ada penjelasan khusus mengenai hal ini, sebab aturan tersebut diturunkan berdasarkan tradisi tutur.

Upacara adat lamaran tidak boleh dilakukan langsung oleh keluarga calon mempelai lelaki. Adat menetapkan bahwa pertemuan tersebut harus dilakukan oleh seorang perantara yang disebut Telangke yang biasanya seorang lelaki tua yang telah memahami adat dan tradisi secara detail. Suku Tamiang menyebutnya Tok (Atok, yang berarti kakek) Telangke.

Menurut Bapak, saat ini keahlian membuat Pinang Telangke telah memudar. Sedikit sekali orang yang mampu membuatnya karena tingkat kesulitan yang tinggi dan kegagalan regenerasi ketrampilan pembuatannya. Pada masa lalu, setiap pemuda yang ingin melamar seorang gadis harus sudah mampu membuat sendiri Pinang Telangke untuk acara lamaran.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ini bergeser. Syarat mampu membuat Pinang Telangke berubah mejadi ‘menyerahkan Pinang Telangke’ yang berarti setiap pemuda boleh membayar orang yang mampu membuat Pinang Telangke untuk melengkapi persyaratan lamaran semata. Pergeseran tradisi ini ternyata berdampak pada keengganan orang untuk belajar membuat Pinang Telangke. Akhirnya, keahlian membuat Pinang Telangke memudar dan nyaris punah.

Sepengetahuan Bapak saat ini tinggal seorang lagi adik Andong (nenek) yang menguasai ketrampilan membuat Pinang Telangke, kami memanggilnya Tok (singkatan dari Atok yang berarti Kakek) Encu. Masalahnya, Tok Uncu adalah orang yang pelit berbagi ilmu. Hari itu, Bapak menantangku untuk membuat Pinang Telangke sekaligus menghapus kekhawatirannya terhadap kepunahan tradisi tersebut.

Secara pribadi, aku tak pernah melihat langsung pinang telangke hingga Bapak menceritakan sesuatu kepadaku. “Pinang Telangke adalah tiga cincin berkait yang diukir dari satu biji pinang, ketiga cincin berkait tersebut dibuat tanpa sambungan samasekali,” ujar Bapakku memberi gambaran. Saat itu umur Adik Nenekku yang biasa kupanggil Tok Encu itu sudah 87 tahun dan belum seorangpun cucu atau orang yang dikenalnya diajari cara membuat Pinang Telangke. Bapakku khawatir tradisi dan ketrampilan membuat Pinang Telangke akan punah jika Tok Encu meninggal.

Aku merasa bingung karena belum pernah melihat samasekali wujud Pinang Telangke. Namun, aku tahu betul bagaimana bentuk pinang. Akhirnya, otakku memerintahkan untuk memandang pinang sebagai bangun geometris karena Pinang Telangke adalah sebuah konstruksi 3 dimensi dan pinang sebagai bahan bakunya adalah sebuah bangun ruang.

Beberapa hari kemudian, berbekal ilustrasi dari Bapak, aku mencari pinang di belakang rumah. Pinang biasa ditanam sebagai tanaman penanda batas lahan kebun. Bermodal sebuah pisau lipat kecil, aku mencoba mulai menyerut dan mengukir bentuk khayali, beberapa kali jariku tergores dan berdarah. Aku beristirahat sejenak, bosan mulai datang.

Aku melanjutkannya lagi esok harinya. Menjelang siang, aku telah berhasil membuat 2 cincin berkait, dan sore harinya aku telah berhasil membuat 3 cincin berkait. Aku berhasil merekonstruksi Pinang Telangke tanpa pernah melihatnya sekalipun. Aku telah memecahkan tekateki geometris yang dibuat Nenek Moyangku beratus tahun silam tanpa bimbingan Tok Encu, orang terakhir yang menguasai ketrampilan tersebut. Bapak tak mampu menutupi rasa senang, ia memelukku berulangkali dengan perasaan haru. Saat adikku akan melamar seorang gadis, aku berhasil membuatkan Pinang Telangke untuk acara lamarannya. Di rumah calon mempelai perempuan banyak orang yang merasa penasaran dan takjub dengan karyaku. Mereka berdebat tentang bagaimana Pinang Telangke dibuat, “Apakah ini sihir?” ujar seorang di antara mereka. “Bagaimana bisa benda seperti ini dibuat?” ujar yang lainnya lagi. Aku merasa senang karena teka-teki geometri dari Nenek Moyangku mendapat perhatian mereka.

Sort:  

Selamat bergabung kawanku. Sukses di steemit dan aku berharap selalu membaca karyamu

Terimakasih, Ngon...

Welcome to Steem. Do read A thumb rule for steemit minnows - 50:100:200:25 for starter tips.
Also get to know more about Steem reading the Steem Blue Paper and share your feedback on our Steem Blue Paper Awareness Initiative
All the Best!!!

Thank you...

Welcome to steemit Wak diyus.
Semoga sabar melalui proses dan sukses bersama.
Kita hanya ikan kecil atau plantondi lautan steemit yang sangat luas, banyak ikan-ikan lain dari paling terkecil sampai terbesar yaitu paus.

informatif dan mencerdaskan anak bangsa

pinang pinang terbaik

Welcome to Steem. Do read A thumb rule for steemit minnows - 50:100:200:25 for starter tips.
Also get to know more about Steem reading the Steem Blue Paper and share your feedback on our Steem Blue Paper Awareness Initiative
All the Best!!!

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.11
JST 0.030
BTC 69262.56
ETH 3778.41
USDT 1.00
SBD 3.51