Keahlian Masing-Masing

"Kau harus terampil dalam satu bidang pekerjaanmu, jika ingin meraih hasil yang terbaik." Ucap seorang fotografer ulung yang berhasil saya jumpai pada setahun silam.

"Ada waktunya kita mengalami kejang otot ketika objek foto tidak tepat sasaran. Napas pun tertahan. Kita harus mengatur semuanya dalam waktu yang singkat." Sambung sang fotografer ulung. Saya sangat memahami kondisinya saat itu. Posisi bidikan yang kurang menguntungkan berakibat fatal terhadap posisinya sendiri yang abai. Guna menghasilkan jepretan yang pantas dijadikan sebagai bingkai, sang fotografer tidak menghiraukan kondisinya sendiri. Patut saya akui keahliannya sebagai juru foto.

"Matamu harus benar-benar berfungsi sebagai mata yang fokus. Mata yang tidak bisa dialihkan oleh gerak kembang sepatu. Layaknya seorang penembak jitu. Satu peluru untuk satu sasaran." Sang fotografer berupaya menjelaskan segalanya. Saya mampu memahaminya dengan baik. Saat itu, terlihat kondisi wajahnya yang tidak beraturan, mata kirinya terkancing, mulutnya terlihat melebar ke kiri.

"Terkadang, dalam keadaan tertentu, kau harus bertiarap. Bukan karena takut tertembak, melainkan objek fotomu itu sangat menginginkan hasil foto yang lebih sempurna". Jelas fotografer. Serupa latihan militer saja, pikirku. Ada tiarapnya juga.
"Bagaimana kalau celana Anda kotor?" Tanyaku saat itu.
"Ketika bekerja, saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Saya telah siap atas segala risiko yang terjadi di lapangan, seperti halnya dengan celana kotor ini, saya akan mencucinya satu Minggu kemudian." Tegas sang fotografer ulung.

"Bolehkah saya meminta satu petuah dari profesi Anda selama ini?" Tanyaku.
"Tentu saja!" Jawabannya.
"Cukup satu orang dengan satu keahlian!" Super.