MANUSIA SERIBU LOGO
"Sayup-menyaup nuansa sesama, meraup asa azaz dilupa". Begitulah fenomena yang ingin ku ceritakan, pilu dan Sangat membingungkan.
Telalu banyak istilah hingga umpama pun sama artinya, sejenak mendekati pusara, bertatih pun pasti disambari.
Hasrat Semesta pun bercerita tentang apa yang seharusnya diucamkan pada manusia, bahwa, Tuhan pada hamba, hamba ingin didamba dan aku bukan tuhan tetapi aku ingin dituhankan.
Semua bergejolak sangat menyayat hati, persoalan dilancarkan dimainkan pada propaganda, politik, ekonomi, ras, sosial, budaya hingga agama pun menjadi canda.
Asupan energi mulai diambang batas kewajaran, tak lagi sesuai pada azas kebangsaan.
Semua golongan ikut bersandiwara, mulai dari golongan buruh, tani, mahasiswa atau sejenis kelompok.
Dan ada yang paling mengherankan adalah banyaknya lahir manusia dengan menyandang gelar manusia seribu logo, lalu melotrekannya semua cara ditempuh hanya untuk meraup asupan energi.
Terkadang sesekali aku teringat pada sabda W.S. Rendra :
" Ada yang jaya, ada yang terhina.
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ? ”
Tentu, logika pada hasrat kuasa tak akan pernah sejalan dengan apa yang didamba oleh semesta. "Hukum-hukum semua diciptakan dari pandangan dan mufakat yang disepakati, pastinya akan ada penentang".