Photostory: Sebenarnya Museum Tsunami
Di sudut-sudut kampung sebelah utara Banda Aceh, smong (tsunami) masih menjejakkan kakinya dalam bentuk rumah-rumah yang telah jebol dindingnya. Belasan tahun sudah smong datang, menyapa sebentar lalu kembali bersarang di kedalaman palung laut yang entah. Mewariskan kepiluan dalam banyak ingatan, tapi yang kasat mata adalah rumah-rumah yang teronggok sepi.
Bagi yang pernah mengalaminya, membicarakan smong sama halnya mengajak unsur-unsur tubuh mereka kaku dalam sepenarikan nafas. Singkat, tapi itu cukup membuat mulut mengatup, tenggorokan tercekat, sorot mata berubah nyalang, dan di ujungnya hela nafas panjang adalah pertanda bahwa kepiluan yang lama terpendam dalam benak dan pikiran sedang mencuat kembali di ingatan.
Sementara Museum Tsunami di seberang lapangan Blang Padang tengah gempita oleh pengunjung yang tengah berswafoto ria. Rumah yang tengah dijerang terik matahari ini larut dalam kesepiannya--kesepian yang nyaris abadi. Aura smong mengental di sisa-sisa dinding dalam rumah, di patahan-patahan tembok, tiang beton yang bengkok, juga pada sederet nama pemiliknya yang tertulis dengan huruf besar di sebilah dinding sisa.
Bertandang ke sini adalah ziarah. Kau akan terlibat pada satu keheningan puncak, hening yang berdenging panjang di pikiran, yang membuat kau mencoba menghalaunya dengan merapal Al Fatihah, meski sekadar hafalan dalam hati.
1 Februari, 2018. Siang yang terik, matahari berderik, langit biru menaungi seonggok rumah penuh haru, sementara awan serupa tumpukan kapas raksasa mengambang lembut nun di atas kepala. Angin dari balik hutan bakau di Gampong Pande menyemilir pelan. Sebuah mobil melintas, seekor anjing berlari kecil, bangau putih mengepak sayapnya, dan kupikir Banda Aceh perlu mengedukasikan diri dengan jejak peninggalan-peninggalan seperti ini di tengah kepungan budaya pop yang lebih mementingkan pesona kulit luar tinimbang asoe dalam yang subtil untuk diketahui.
Smong, Snom-ie atau Tsunami , itukah maksudnya?
Smong bahasa Simeulue untuk tsunami, kak.
Museum sebenarnya tidak mewakili
Yang terlupakan......