Kisah Tuan Belalang
Dongeng Burung Hantu dan Belalang
Burung hantu selalu tidur pada siang hari. Baru setelah matahari terbenam dan langit gelap ia keluar dari lubang pada batang pohon yang menjadi sarangnya. Sambil berteriak “Uhu! Uhu!” ia terbang mencari serangga, katak dan tikus, makanan kesukaannya.
Seekor burung hantu tua yang galak sering marah bila tidur siangnya terganggu. Pada suatu siang yang panas, burung hantu sedang tidur pulas. Seekor belalang datang dan mulai menyanyi. Walaupun lagunya riang gembira, namun sumbang dan berisik sekali. Burung hantu menjulurkan kepalanya keluar dari lubang pohon.
“Pergilah, tuan” katanya kepada belalang. “Apakah kau tidak punya sopan santun? Seharusnya kau menghormati aku yang tua ini dan membiarkan aku tidur dengan tenang.”
Namun belalang menjawab, “Ibu burung hantu, aku punya hak yang sama dengan anda. Aku ingin menikmati sinar matahari di sini, sementara itu silakan anda tidur di dalam lubang pohon itu.”
Kemudian ia menyanyi lebih keras dan lebih sumbang lagi.
Burung hantu tua yang bijaksana tahu, tidak ada gunanya bertengkar dengan belalang. Selain itu, penglihatannya tidak tajam pada siang hari untuk mengejar belalang.
burung_hantu_dan_belalang
“Baiklah, tuan belalang,” kata burung hantu sopan. “Karena aku tidak bisa tidur, lebih baik aku mendengarkan dan menikmati nyanyianmu.”
“Masuklah,” lanjutnya. “Kebetulan aku baru membuat teh. Ini teh istimewa, aku yakin setelah minum, suaramu makin merdu.”
Belalang yang bodoh sangat senang mendengar pujian burung hantu. Segera ia melompat masuk ke rumah burung hantu. Ketika belalang sudah di dekatnya, burung hantu dapat melihatnya dengan jelas. Ia langsung menangkap belalang dan memakannya.
HIKMAH : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan Anda sehingga lengah melawan musuh.