An admiration (2) : Søren Aabye Kierkegaard (1813 – 1855)

in #philosophy7 years ago


image.png
Source
Perkenalanku dengan Søren Kierkegaard hanyalah melalui buku-buku dalam bahasa Inggris, walaupun seorang dosenku dulu mengatakan jika aku akan lebih bisa merasakan cemerlangnya pemikiran Kierkegaard dalam bahasanya sendiri, yakni bahasa Denmark. Namun, biar tidak melalui bahasa ibunya, bahkan juga melalui sekelumit yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, aku tetap bisa menikmati kesyahduan goresan filsafatnya, tanpa harus menggebu-gebu seperti Sartre, atau melonjak-lonjak seperti Nietzsche.

My acquaintance with Søren Kierkegaard was through books in English, although one of my professors once said that I would be better able to feel the brilliance of Kierkegaard's thought in his own language, Danish. However, if not through his mother tongue, even through a little translated into Indonesian, I can still enjoy the scarcity of his philosophy, without having to be as passionate as Sartre, or bobbing like Nietzsche.


image.png
Source

Søren Kierkegaard adalah sosok yang ganjil, setidak-tidaknya ini bagiku, karena ia kerap menulis sesuatu yang yang berbeda tentang beberapa pandangan. Tulisan-tulisannya meliputi roman estetik, psikologi dan dogma-dogma kekristenenan, tulisan-tulisan satiris, filosofis "sisa" dan "catatan tambahan", tinjauan ulang yang berkaitan dengan kesusasteraan, ceramah perbaikan, Polemik Kristen, dan retrospektif “self-interpretations”. Senjatanya berupa retorika yang meliputi ironi, satire, parodi, humor, polemik dan metode dialektika – “komunikasi tak langsung secara dialektis" – yang semuanya dirancang dengan semangat pandangan eksistensial yang tinggi.

Søren Kierkegaard is a strange figure, at least for me, because he often writes something different about some views. His writings include the aesthetic romance, psychology and dogmas of Christianity, satirical writings and "supplementary notes", literary review, improvement lectures, Christian polemics, and retrospective "self-interpretations". His weapons of rhetoric include irony, satire, parody, humor, polemics and dialectical methods - "dialectical indirect communication" - all of which are designed with the spirit of great existential thought.




Source

Orang yang digelari "Bapak Eksistensialisme," ini juga melakukan pengembangan atau penemuan sejumlah besar kategori filosofis, psikologis, yang berkaitan dengan agama, kesusasteraan. Beberapa pandangannya yang terkenal termasuk: ketertarikan (anxiety), keputusasaan, kemurungan jiwa, pengulangan (repetisi), ironi, tahapan-tahapan eksistensial, keterasingan dan dorongan agama sebagai tindakan etis, absurditas, universal, pengorbanan dan cinta.

As a person who is called "Father of Existentialism," Kierkegaard also undertook the development or discovery of a large number of philosophical, psychological, religious-related, literary categories. Some of his notable views include: anxiety, despair, moodiness, repetition, inwardness, irony, existential stages, alienation and religious impulse as ethical actions, absurdity, multiplication , universal, sacrifice and love.

Søren Aabye Kierkegaard dilahirkan 5 Mei 1813 di Copenhagen, Denmark. Ia adalah yang ketujuh dan sebagai anak bungsu dari orang tua yang kaya, Michael Pedersen Kierkegaard dan Ane Sørensdatter Lund. Michael Kierkegaard adalah seorang yang murung, religius taat yang merasa memiliki beban dosa yang amat besar. Perasaan itu pun kemudian dia turunkan kepada anak-anaknya. Søren Kierkegaard sendiri sering meratapi, bahwa ia belum pernah mempunyai suatu masa kanak-kanak, ia merasa "dilahirkan untuk tua”.

Søren Aabye Kierkegaard was born May 5, 1813 in Copenhagen, Denmark. He is the seventh and as the youngest son of rich parents, Michael Pedersen Kierkegaard and Ane Sørensdatter Lund. Michael Kierkegaard is a melancholy, religiously devout man who feels the enormous burden of sin. That feeling then he sent down to his children. Søren Kierkegaard himself often mourned, that he had never had a childhood, he felt "born for old"



Source

Søren Aabye Kierkegaard melihat eksistensi merupakan keberadaan manusia sebagai individual. Manusia dipandang tidak dapat dibicarakan secara umum atau menurut hakikatnya. Hanya manusia yang bereksistensi. Manusia bereksistensi, menurut Kierkegaard, berarti manusia merealisasikan diri, dengan bebas mengikatkan diri, mempraktikkan keyakinan dan mengisi kebebasannya. Kierkegaard meyakini bahwa sikap estetik, etik dan religius merupakan sikap otentik dalam bereksistensi.

Søren Aabye Kierkegaard said that existence is a human being as an individual. Human beings are deemed not to be spoken of in general or by their nature. Only human can exist. Human exists that human manifests himself, freely binding himself, practicing his faith and filling his freedom. Kierkegaard believes that aesthetic, ethical and religious attitudes are authentic in his existence.

Reference
SØREN KIERKEGAARD (1813 – 1855)
The Internet Encyclopedia of Philosophy


Emong Soewandi || @emong.soewandi

Sort:  

Filsuf kelahiran tahun 1813 ini dididik dengan sangat keras oleh ayahnya....

dan itu juga ikut mempengaruhi pemikiran-pemikirannya

Mantap bang tapi ga bs di resteem😭

ya, karena udah lebih seminggu usia postingannya....

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 61116.15
ETH 2413.01
USDT 1.00
SBD 2.62