@partiko | Warisan Indonesia yang diakui dunia | World-recognized Indonesian heritage | # 524
Sekaten
Pada artikel ini akan membahas tentang warisan budaya Indonesia yang diakui dunia. Warisan budaya ini memiliki nilai yang sangat tinggi dan harus tetap dijaga kelestariannya untuk menambah keberagaman bangsa. Berikut akan dikutip sebuah tulisan yang menjelaskan tentang warisan budaya Indonesia yang diakui dunia.
Sekaten
Sekaten berasal dari kata Syahadat, diadakan sebagai hari memperingati ulang tahun Nabi Muhammad SAW, uniknya acara sekaten hanya di rayakan di 2 kota di Indonesia yaitu Solo dan Yogyakarta.
Sejarah singkatnya, dulu Sultan Hamengkubuwana I, mengadakan sekaten di keraton Yogyakarta untuk mengajak masyarakatnya memeluk agama Islam.
Hingga sekarang, bila ada seseorang yang ingin melihat gamelan Kyai Guntur Madu lewat gapura masuk, ia harus mengucapkan kalimat syahadat.
Sebulan sebelum hari H, biasanya tempat sudah dipenuhi oleh pasar malam dan para pedagang kaki lima, tradisi ini dipercaya sebagai pertunjukan seni dan dakwah agama Islam, karena akan ada pembacaan ayat Al-Qur’an ditengah acara, dan beberapa khotbah.
Untuk beberapa kepercayaan sana, orang-orang yang ingin awet muda harus mengunyah daun sirih di hari pertama dibuka acara Sekaten, maka dari itu tidak jarang semua orang khususnya wanita ditemukan sedang mengunyah daun sirih.
Bagi kamu yang ingin melihat acara Sekaten, biasanya diadakan di alun-alun Yogyakarta. Source
Sekaten
This article will discuss the world-recognized Indonesian cultural heritage. This cultural heritage has a very high value and its sustainability must be maintained to increase the diversity of the nation. The following will be quoted an article explaining about Indonesia's recognized cultural heritage.
Sekaten
Sekaten is derived from the word Syahadat, held as a day to commemorate the birthday of the Prophet Muhammad SAW, a unique secret event is only celebrated in 2 cities in Indonesia namely Solo and Yogyakarta.
Short history, once Sultan Hamengkubuwana I, held a secretary in the Yogyakarta palace to invite his people to embrace Islam.
Until now, if there is someone who wants to see the Kyai Guntur Madu gamelan through the entrance gate, he must say the shahada sentence.
A month before D-day, usually the place is filled with night markets and street vendors, this tradition is believed to be an art performance and religious preaching of Islam, because there will be recitation of Al-Qur'an verses in the middle of the event, and several sermons.
For some beliefs there, people who want to stay young must chew betel leaves on the first day of the Sekaten event, so it is not uncommon for all people, especially women, to be found chewing betel leaves.
For those of you who want to see the Sekaten event, it is usually held in the Yogyakarta square.
Posted using Partiko Android
Thank you so much for being an awesome Partiko Partner! You have received a 100% upvote as benefit. Together, let’s change the world!