Ketika Pengaruh Negatif Budaya Asing Menguasai Remaja Aceh

in #opinion6 years ago

Sadarkan kalian bahwa bangsa Aceh sudah di jajah bangsa asing namun kalian tidak menyadari kehadirannya itu. Sebab mereka memulainya dengan cara yang halus namun pasti. Apalagi sasaran utama mereka ialah kalian wahai para remaja Aceh tersayang. Yang nanti kalian akan menjadi penerus bangsa Aceh dimasa depan. Pernahkah hadir pertanyaan apa yang akan terjadi di bangsa Aceh di masa depan kelak. Saat kalian sudah terjerumus ke dalam lubang kehancuran yang mereka ciptakan ?

Budaya asing ialah budaya luar yang memasuki wilayah bangsa Aceh dengan berbagai macam pengaruh. Baik dari pengaruh budaya negatif maupun positif. Pengaruh negatif bisa dikatakan mulai dari berpakaian sampai cara bergaul mereka para remaja dimasa kini. Namun pengaruh positif dari budaya asing ialah teknologi yang yang dimiliki orang asing lebih maju dan dapat di contohkan oleh para remaja Aceh. Kalau memang mereka mau belajar ilmu dari para budaya asing tersebut bukan malah merusak dirinya sendiri.

Namun tanpa di sangka mereka mencela etika dan perilaku serta budaya Aceh. Selain itu, mereka juga membanggakan keunggulan budayanya itu, mereka janjikan kalian keuntungan dari nilai-nilai budaya asing. Keuntungan kalau kalian mengikuti budaya mereka. Bener-benar mereka tertawa terbahak-bahak melihat kalian telah terseret ke dalam kehancuran. Bahkan sudah menjadi teriakan bahagia mereka yang bisa kedengaran ke seluruh pemuda- pemudi Aceh. Karena kalian sudah terlalu jauh terjerumus kedalam lubang, yang mereka ciptakan untuk menghancurkan kalian remaja Aceh.

Bangsa Aceh sekarang sudah sangat jauh mengikuti cara berpakaian orang asing yang kurang sopan. Penampilan orang asing yang berambut pirang, bola mata yang tidak biasa bagi para remaja Aceh. Yang seharusnya tidak diikuti oleh para remaja Aceh. Karena hal ini sangat berpengaruh bagi remaja Aceh.

Jika kita bicarakan satu persatu hal buruk yang masuk ke dalam wilayah Aceh, sangatlah banyak, salah satunya dapat kita lihat saat ini cara bergaul mereka para remaja Aceh sudah sangat terlalu bebas ditiru dari budaya asing. Bahkan banyak sekali menyebabkan penyimpangan norma di wilayah Aceh.

Mereka berteman dengan lawan jenisnya tanpa batasan, tanpa ada rasa malu lagi di antara mereka. Seakan-akan dunia ini cuma milik mereka berdua. Seperti itulah remaja Aceh Sekarang. Tidak ada lagi nilai-nilai moral dalam diri mereka. Sungguh sangatlah buruk perilaku mereka sekarang.

Nilai kesopanan mereka terhadap orang tua sudah hilang. Bahkan yang sangat disayangkan remaja Aceh sekarang ada dari mereka yang putus sekolah karena ulah mereka sendiri.Yang telah lalai dengan pergaulan bebas mereka.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya asing. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahannya yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak mereka pertontonkan di depan khalayak umum. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita di Aceh. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka ragam warnanya. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya sebagai remaja Aceh.

Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa Aceh. Dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kaidah dan norma-norma budaya Aceh di masa sekarang. Dan nilai-nilai moral yang telah mereka dapatkan sejak mereka masih di usia dini.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh semua kalangan baik tua, muda dan anak-anak sekalipun. Apa lagi bagi anak muda sekarang internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Walaupun tidak makan pun asalkan ada kuota data internet mereka sudah kenyang. Begitulah kira-kira.

Jika digunakan dengan cara yang semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian dari teknologi tersebut. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan teknologi ini untuk hal yang tidak semestinya.
Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu telepon genggam atau sekarang sering di sebut handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan telepon genggamnya sekarang.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.

Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan bahkan asusila sekalipun yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat di sekitarnya. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda kita di masa yang akan datang kelak ?

Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme sudah berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa Acehnya sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat di lingkungannya. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah Negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat dan bahasa antar tiap daerah. Perbedaan tersebut bukan sebagai pemisah, melainkan harus dipandang sebagai kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Sumpah Pemuda memberikan ruang bagi pemuda untuk mengikrarkan kesamaan tanah air, bangsa, dan bahasa. Hal ini mengingatkan jati diri pemuda sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang harus senantiasa menjaga dan mempertahankan ibu pertiwi dari segala macam tantangan, ancaman, maupun krisis.

Namun bagi para remaja sekarang , nasionalisme hanyalah usaha membela bangsa guna mengusir penjajah. Seolah-olah nasionalisme bukan sesuatu yang penting lagi. Mereka beranggapan bahwa mereka perlu memiliki rasa nasionalisme hanya disaat mereka hormat pada Bendera Merah Putih disaat upacara bendera hari senin di sekolahnya. Semangat untuk berkorban, berbakti, dan berjuang demi bangsa dan negara cenderung hilang apalagi di era modern ini, perjuangan akan lebih berat.

Sebab musuh tidak sekedar berasal dari luar, bahkan sosok pada diri kita sendiri. Musuh tersebut bisa berbentuk kebodohan, kemiskinan, kemalasan, dan ketidakrelaan bahkan merusak dirinya sendiri. Namun jika hal itu terjadi bagaimana para remaja ini dapat berkorban terhadap bangsanya sendiri ?

Yang terjadi saat ini, nasionalisme masyarakat Aceh mulai terkikis akibat pengaruh globalisasi yang semakin deras mengalir di kehidupan para remaja Aceh kita sekarang. Pengaruh tersebut sudah dirasa dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya Aceh sekarang.

Utamanya globalisasi sangat mengancam para remaja karena kondisi psikis kaum remaja terbilang masih labil sehingga mudah terpengaruh dari luar. Mereka kurang sadar akan ancaman tersebut dan kurang menganggap penting nasionalisme.

Banyak kita saksikan tawuran pelajar, pertikaian antar warga, premanisme, ormas agama yang brutal, saling serang antar sesama, para pelajar yang hoby nongkromg, dugem, mabuk di jalanan, dan parahnya tidak lagi menghormati orang tua. Sungguh pemandangan yang ironis.

Aksi kekerasan dan tawuran yang dipertotonkan oleh kalangan para remaja (mahasiswa dan pelajar), menjadi bukti bahwa diantara sesama anak bangsa tidak lagi memiliki jiwa persatuan. Sehingga kerusakan di antara mereka sekarang menjadi hadiah untuk budaya asing karena mereka telah menang dalam hal merusak kaidah-kaidah budaya Aceh di kalangan remaja sekarang.

Oleh : Naziratun Nisa

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64669.52
ETH 3430.49
USDT 1.00
SBD 2.52