PEMUDA MAGNET GERAKAN SOSIAL

Hai sahabat stemians!
Saya akan berbagi cerita tentang kegiatan sosial yang selama ini dilakukan melalui media sosial.

Semangat membantu kaum lemah di Aceh dilakukan oleh anak-anak muda yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, dari sekian lembaga yang selama ini konsen membantu kaum dhuafa, sebahagian besar dilakukan oleh lembaga independen non pemerintah, kegiatan ini hanya bentuk kepedulian sesama untuk saling memberikan.

Virus kebaikan ini disebarkan melalui berbagai media, dalam setiap momen kegiatan kepedulian sesama selalu diabadikan dalam bentuk dokumentasi untuk menarik simpati para dermawan agar bisa melakukan sesuatu yang dapat membantu mereka yang membutuhkan.

Kegiatan seperti ini hanya tanggung jawab moral, karena tidak sepenuhnya program pemerintah bisa bisa menjawab persoalan kemiskinan secara universal. Kita mengakui bahwa selama ini Pemerintah Aceh telah melakukan terobosan-terobosan untuk mengatasi angka kemiskinan, misalnya melaului pembentukan Lembaga Baitul Mal, dalam setiap tahun Milyaran dana disalurkan untuk zakat fakir miskin.

Tetapi setiap tahunnya jumlah angka kemiskinan semakin bertambah, berangkat dari situlah sehingga beberapa komunitas di Aceh bekerja mengumpulkan dana dari donatur untuk mewujudkan mimpi kaum dhuafa, misalnya, LPDA dan IPSM, yang sampai dengan hari ini telah bekerja menjemput orang-orang yang tidak tersentuh dengan bantuan, padahal kondisi mereka sudah sangat parah didera oleh berbagai macam penyakit, dengan kesigapan para pemuda yang bernaung dalam komunitas tersebut yang bekerja eklusif untuk bisa diakses oleh siapa saja yang ingin menolong, dan yang terlebih penting adalah pemerintah daerah untuk merespon lebih cepat ketika informasi sudah muncul ke publik.

Disisi lain sebuah gerakan yang juga sangat konsen mengeksplos keadaan kaum lemah yang inklusif selama ini adalah Gerakan Cet Langet Rumoh. Anak-anak muda yang tergabung sebagai relawan dalam gerakan tersebut sudah mendampingi ratusan anak putus sekolah untuk kembali belajar dengan dukungan beasiswa dari donatur yang sebahagiannya tidak pernah bertemu antara satu sama lain.

Gerakan ini muncul pertama sekali melalui Facebook, sumbangan jamaah facebook mampu membangun satu unit rumah kaum dhuafa. Penggunaan dana yang sangat transparan membuat orang-orang yang membaca postingan kegiatan ingin kembali berkontribusi untuk bisa membangun rumah selanjutnya, hingga akhirnya sejumlah relawan bekerja keras untuk mencari keberadaan kaum dhuafa di Aceh, dan sampai dengan saat ini sudah terbangun sekitar 42 unit rumah dhuafa di seluruh Aceh.

Salah satu contoh rumah saya posting, tipe 3×6 dengan biaya sekitar 50 jutaan.

Tidak hanya rumah, Gerakan Cet Langet yang dibangun oleh Edi Fadhil juga telah berhasil membangun dua unit Rumah Sekolah di Aceh Tamiang dan salah satunya di Tampur Pauh yang selama ini terisolir, juga satu rumah sekolah MTsN di Babah Roet Aceh Barat Daya.

Yang sangat menarik dari kegiatan mereka yaitu tidak hanya fokus dalam satu kegiatan bantuan, relawan lapangan siap mendistribusikan setiap bantuan yang datang, termasuk pakaian bekas, sehingga minat penyumbang tidak sia-sia.

Untuk sementara, kegiatan ini lebih fokus di Aceh Utara, mengingat relawan lapangan yang mau membantu. Tapi sebenarnya gerakan ini harus dibangun oleh setiap pemuda di seluruh indonesia untuk bisa menumbuhkan rasa kepedulian sesama yang sudah mulai pudar dikalangan masyarakat.

Terimakasih kepada kurator indonesia @levycore dan @aiqabrago yang telah memberikan ruang untuk bersedia membaca tulisan kami.

@hasanuddin.