CONTOH BAB I ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA

in #nursing7 years ago (edited)

BAB I
PENDAHULUAN
OLEH : Ns. Mira Fajarina, S.Kep

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin (Smeltzer & Bare, 2002 : 1260. Arjatmo, 2002 : 67).

Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar glukosa darah yang menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup sehingga timbul berbagai keluhan dan gejala klinik. Hipoglikemia berdampak serius pada morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup. The diabetes Control and Complication Trial (DCCT) melaporkan diperkirakan 2-4% kematian orang dengan diabetes tipe 1 berkaitan dengan hipoglikemia. Hipoglikemia juga umum terjadi pada penderita diabetes tipe 2, dengan tingkat prevalensi 70-80% (Setyohadi, 2011. p. 153).

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011). Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).

Kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012, p. 154). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif.

Penurunan kesadaran adalah presentasi klinis penderita DM yang dapat ditemukan di unit gawat darurat karena komplikasi akut. Krisis hiperglikemik yaitu KAD, SHH, dan asidosis laktat maupun hipoglikemik merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam jiwa. Hipoglikemi lebih umum terjadi dan hipoglikemi berat merupakan 3% penyebab kematian pada pasien Diabetes Melitus (American Diabetes Association, 2012 : 5).

Prevalensi diabetes melituss (DM) didunia dalam 2 dekade belakangan ini meningkat secara dramatis dari 30 juta kasus di tahun 1985 menjadi 285 juta di tahun 2010 (Powers, 2012). Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk salah satu negara yang termasuk dalam 10 besar negara dengan penderita Diabetes terbanyak tahun 2000 yaitu sebanyak 8,4 juta dan estimasi pada tahun 2030 menjadi 21.3 juta.

Berdasarkan data WHO tahun 2011 jumlah penderita diabetes mellitus di dunia mencapai 200 juta jiwa. Indonesia menempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia, pada tahun 2011 terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2007), Diabetes Mellitus (DM) adalah penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan proporsi kematian yaitu 5,7% setelah Stroke, TB Paru, Hipertensi, Cedera, dan Perinatal. Pada tahun 2007, prevalensi DM tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Provinsi Riau (10,4%), dan Provinsi Aceh (8,5%) sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di Provinsi Papua (1,7%) dan Provinsi NTT (1,8%).

Jumlah penderita hipoglikemia di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7% pada penduduk perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut berbeda – beda di berbagai provinsi dan prevalensi diabetes di Aceh sebesar 8,7% (Riskesdas, 2007).

Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia, 2011). Oleh karena itu, penanganan hipoglikemia harus segera dilakukan untuh mencegah komplikasi lainnya dan penegakan diagnosis yang akurat serta asuhan keperawatan yang tepat sangat diperlukan untuk menurunkan angka mortalitas pada kondisi kegawatdaruratan ini. Begitupun salah satu pasien di IGD yang mengalami penurunan kesadaran dengan riwayat DM lebih dari 10 tahun yang dalam keadaan hipoglikemia yaitu Ny. MT yang perlu mendapatkan penanganan yang akurat dan tepat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di Ruang IGD Banda Aceh”.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di ruang IGD Banda Aceh.

  1. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan pengkajian keperawatan gawat darurat pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di ruang IGD Banda Aceh.

b. Menjelaskan diagnosa keperawatan gawat darurat pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di ruang IGD Banda Aceh.

c. Menjelaskan intervensi keperawatan gawat darurat pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di ruang IGD Banda Aceh.

d. Menjelaskan implementasi keperawatan gawat darurat pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di ruang IGD Banda Aceh.

e. Menjelaskan evaluasi keperawatan gawat darurat pada Ny. MT dengan Hipoglikemia di ruang IGD Banda Aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.22
TRX 0.20
JST 0.035
BTC 91483.13
ETH 3152.10
USDT 1.00
SBD 3.10