(Prolog 1) #1 Bunga Keumala
Jadilah seperti bunga seulanga yang memberi keharuman hingga layu. Jadilah seperti wanita Keumala yang tak takut dengan senjata Belanda hingga berujung pada kehilangan nyawa.
Namaku Bunga Keumala. Mak yang memberikan nama itu untukku. Dia berharap aku seperti bunga seulanga yang menjadi maskot daerahku Aceh. Baunya yang wangi mengharumkan tanaman yang tumbuh di sekitarnya, meski pun layu dia tetap mengeluarkan bau harum semerbak menusuk hidung setiap pejalan yang melewatinya.
“Kau terlahir di tanah yang subur Bunga. Saat ayahmu mendapat pekerjaan untuk membawakan mobil ‘Doa Ibu’ dan itu mulanya ayahmu menampakkan kembali senyum terindahnya sejak kahadiranmu.” Mak menjelaskan makna dari namaku.
Menurut filosofinya bunga seulanga mempunyai makna keharmonisan hidup yang dibalut dengan kelembutan dan kesejukan. Bunga yang bernama latin cananga odorata ini menjadi salah satu bunga kebanggaan dari sultan di Aceh. Entah dari mana Mak mengetahui hal itu yang sekolahnya saja tidak tamat sekolah dasar (SD), hingga dia bisa menceritakan panjang lebar filosofi dari bunga yang menjadi favoritnya itu.
Bunga yang menjadi kebanggaan orang Aceh
“Lalu kenapa Mak nggak memberikanku nama Bunga Seulanga? Kemana pula rupanya kata seulanga itu hingga berganti dengan Keumala?” Aku makin penasaran dengan penjelasan Mak.
Mak tersenyum melihat anak gadisnya yang selalu tidak sabar jika menunggu. Tangannya diletakkan di kepalaku lalu dirangkulnya badanku dan mencium lembut keningku. Dia berbisik “karena kata ‘Seulanga’ itu ada selalu di hati Mak. Biar orang mengenalmu dengan Bunga Keumala. Tapi Mak tetap mengenalmu sebagai Bunga Seulanga yang penuh dengan kelembutan dan kesejukan. Terutama untuk keluarga kita.”
Suara Mak sedikit tercekat ketika mengeluarkan kata itu, aku tahu Mak sedang menahan tangis. Akhir-akhir ini Mak memang sedang dibalut kesedihan karena masalah utang. Tapi, dia tetap berusaha menampakkan senyum terindahnya kepadaku.
Dia tak mau memperlihatkan kepadaku cairan bening keluar dari matanya. Buru-buru dia melanjutkan tentang makna dari namaku.
“Mak sengaja menggantinya dengan Keumala, supaya kamu tegar dan kuat seperti pahlawan Mak yaitu Laksamana Keumala Hayati.” Sorotan mata Mak seketika berubah menjadi tajam saat menyebut nama seorang perempuan yang lahir pada abad ke-16 itu.
Mak hafal betul bagaimana kisah perlawanan Laksamana Keumala Hayati untuk melawan kaphe-kaphe Belanda. Bahkan dulu saat aku kecil cerita itu selalu menjadi cerita pengantar tidurku. Sanking kagumnya Mak kepada perempuan itu, dia menyematkan nama Keumala di nama belakangku.
Bersambung
Like back
Rasanya tak sabar menunggu sambungan ceritanya @yellsaints24
Hehehe, makasih sudah menikmati tulisan fiksiku. Insyaallah besok aku buat postingan berikutnya.
Mantap
Ditunggu kelanjutannya besok ya, Yelli😊😊
Okeh, siap kak. Mudah-mudah besok moodnya bagus 😀
Yell merambah dunia fiksi hehehehe
Ini kabar baik, karena dia tidak merambah hutan hahahhah
Hahaha, iya bg. Lebih enak untuk mengungkapkannya, jadi tidak sumpek di dalam.