Pengumuman Pemenang Beasiswa Liputan Investigasi Lingkungan 2018 | Bahasa |

---

Liputan investigasi menjadi barang mewah produk jurnalisme di tengah tsunami informasi di era milenial sekarang ini. Kompleksitas liputan investigasi membuat banyak media tidak menempatkannya sebagai prioritas utama sebab membutuhkan waktu lama dan biaya yang relatif tinggi. Kondisi ini diperparah dengan sumber daya manusia di perusahaan media yang terbatas untuk liputan investigasi.

Di luar itu, wartawan dan media yang menurunkan laporan investigasi memiliki risiko tinggi, sejak liputan dan setelah laporan ditayangkan. Namun, perubahan dari laporan investigasi itu pun setara dengan risikonya. Sejarah sudah membuktikan bagaimana seorang presiden di negara adidaya pun harus mundur akibat laporan investigasi media massa, meski di Indonesia bisa jadi dampaknya media bersangkutan yang harus dibreidel.

Bytra sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan selama ini bersinergi dengan media massa dalam mengangkat isu-isu lingkungan, merasa ada peluang untuk memperkuat sinergisitas tersebut dalam kerjasama yang lebih konkret dan berdampak positif bagi kampanye kelestarian lingkungan. Hasilnya adalah fellowship pelatihan investigasi lingkungan yang digelar pada 26 – 28 Oktober 2018 di Lhokseumawe. Sebelumnya, puluhan jurnalis dan aktivis lingkungan di Aceh mengirimkan proposal liputan investigasi untuk dinilai dan dipilih menjadi peserta.

---

---

Dari 12 peserta yang mengikuti pelatihan investigasi selama tiga hari, kami mengambil tiga proposal investigasi untuk mendapatkan beasiswa. Tentu tidak mudah memilih hanya tiga proposal sebab dari segi isu yang diangkat semuanya bernilai investigasi yang tinggi. Kalau bisa, semuanya proposal dibiayai untuk kemudian dibukukan untuk menjadi referensi bagi semua pihak, baik dari aspek jurnalisme, lingkungan, ekonomi, bahkan hukum. Kami membatasi liputan investigasi lingkungan untuk tahap pertama ini hanya di seputaran Krueng Peusangan, Krueng Jambo Aye, dan Krueng Tamiang. Lokalisasi isu ternyata tidak membuat liputan investigasi menjadi sederhana, tetapi justru kian kompleks dengan segala kondisi yang ada.

Panitia yang terdiri dari aktivis lingkungan dan jurnalis senior harus melihat secara berulang kelebihan semua proposal peserta untuk menghindari kesalahan sekecil apa pun. Kami harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti magnitude isu yang diangkat, sebaran lokasi, peluang liputan itu bisa diliput, ditulis, dan disiarkan sampai tuntas, termasuk melihat kembali kriteria utama liputan, yakni investigasi dan bukannya liputan mendalam.

Berdasarkan penilaian jurnalisme, masih banyak yang keliru membandingkan indepth reporting dengan investigative reporting, dan dalam hal ini kami sangat mengapresiasi perubahan proposal peserta antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan yang memperlihatkan perubahan pemahaman yang nyata di antara kedua produk jurnalisme tersebut.

Dengan berbagai pertimbangan itulah, akhirnya kami memilih tiga proposal untuk mendapatkan beasiswa liputan. Ketiga proposal tersebut adalah:

1. Kejahatan Lingkungan di Krueng Peusangan – Murdeli – Hr Analisa

2. Kerusakan Hutan dan Dampaknya terhadap Daerah Aliran Sungai di Aceh Utara – M Agam Khalilullah – Hr Waspada

3. Berburu Rezeki di Tengah Ancaman Jeruji (Mengungkap Kejahatan Lingkungan Perambahan Hutan Lindung Cut Meutia) – Darmadi – AJNN.Net

Selamat kepada peserta. Kepada peserta yang proposalnya belum terpilih, kami berharap kerjasama tetap terjalin sebab masih banyak peluang dan kesempatan lain ke depan. Hanya kondisi dan waktu yang membatasi kami untuk memilih hanya tiga proposal saja.

Terima kasih kepada semua peserta yang sudah berpartisipasi selama ini dan yang di masa mendatang. Terima kasih juga para mentor dari kalangan jurnalis dan aktivis lingkungan. Semoga sinergisitas yang semakin padu di masa mendatang berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan.***

Lhokseumawe, 12 November 2018
Direktur LSM Bytra
Tertanda:

Saifuddin Irhas

---

---

---

---

---