#MovieReview Thelma

Saya baru saja selesai menonton film Thelma. Film berasal dari Norwegia dan bergenre sci-fi thriller ini berdurasi 1 jam 49 menit. Awalnya saya pikir film ini adalah horror, makanya sengaja saya tonton di malam jumat. Biar lebih greget.

Thelma ini seorang cewek, anak tunggal dari keluarga yang taat beribadah. Sampai cinta datang mengubah segalanya. Thelma berubah setelah bertemu seorang cewek di perpustakaan yang menyebabkan Thelma, selain jatuh cinta, ia juga kejang-kejang seperti penderita epilepsi.

Source

Keanehan demi keanehan terjadi salam kehidupannya. Gelaja epilepsi yang ia derita mengharuskannya menghadapi serangkaian tes di rumah sakit untuk mengetahui apa sebenarnya penyakiy Thelma. Dari hasil analisa rekam medis Thelma, dokter tak bisa mendiagnosanya menderita epilepsi. Namun analisa rekam medis lainnya berbuntut pada fakta bahwa neneknya mengidap kelainan kejiwaan dan dirawat di sebuah panti.

Memasuki pertengahan film, kita akan dibawa menyelami masa lalu Thelma dalam keluarganya. Tentang adiknya yang tiba-tiba hilang dan penyebab ibunya lumpuh. Berikut pula tentang apa yang terjadi pada neneknya. Meski sejarah si nenek ini diceritakan hanya permukaannya saja, tapi film ini berhasil membuat saya mengambil kesimpulan sendiri terkait penderitaan Thelma.

Beberapa tragedi mulai terjadi dan Thelma merasa sudah saatnya dia mengambil alih hidupnya sendiri dan lepas dari kontrol ayahnya yang dianggapnya terlalu protektif.

Dek Thelma, maafkan aku tak bisa mencintaimu. Semoga cepat sembuh. Source

Meski bergenre thriller, film ini tidak sampai membuat kita harus menutup mata atau menahan napas. Tak ada adegan seram yang intens terjadi. Alurnya justru terkesan lambat tapi tak membosankan karena adegan demi adegan mengumpan pertanyaan untuk terus muncul.

Bila kamu tidak masalah menonton film dengan adegan lesbian, mungkin Thelma bisa kamu pertimbangkan sebagai film untuk ditonton di akhir pekan ini.