Monumen sejarah indonesia
TUGU MONAS (Monumen Nasional)
Keseluruhan bangunan Monas dirancang dua arsitek Indonesia yaitu Soedarsono dan Frederich Silaban. Monas mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 dan mukai dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975.
Gagasan awal pembangunan Monas muncul setelah 9 tahun kemerdekaan Indonesia. Beberapa hari setelah HUT ke-9 RI dibentuk panitia Tugu Nasional yang bertanggung jawab tentang pembangunan Monumen Nasional.
Dipimpin Sarwoko Martokusumo, panitia Tugu Nasional beranggotakan S Suhud sebagai penulis, Sumali Prawirosudirdjo sebagai bendahara, dibantu oleh empat anggota yakni Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.
Panitia tersebut bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Monumen Nasional yang didirikan di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta.
Setelah itu dibentuk lagi panitia yang dinamakan tim Yuri. Berada langsung di bawah pimpinan Presiden Soekarno, tim Yuri bertugas menyelenggarakan sayembara desain yang dilaksanakan pada 1955 dan 1960 untuk diterapkan pada Tugu Monas.
Namun setelah dua kali sayembar, belum ada yang menarik perhatian tim Yuri. Pada akhirnya, Soekarno selaku ketua, menunjuk dua arsitek ternama yaitu Soedarsono dan Frederich Silaban untuk menggambar desain tugu Monas.
Kedua arsitek itu sepakat untuk membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke Soekarno. Presiden pun memilih gambar Silaban.
Menurut sejarah Monumen Nasional, pembangunan Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahap pertama, pelaksanaan dilakukan di bawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.
Pada tahap Kedua, pekerjaannya masih dilakukan di bawah pengawasan panitia Monas, hanya saja biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat Sekretariat Negara RI. Pada tahap kedua ini pembangunan mengalami hambatan karena terbatasnya biaya.
Tahap ketiga pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).
Sekarang bangunan menyerupai lidah api setinggi 132 meter itu menjadi salah satu tempat wajib dikunjungi.
Bangunan ini menyimpan banyak sejarah Indonesia, terletak di Relief Sejarah Indonesia yang terdapat di sekeliling monumen. Relief tersebut menggambarkan sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Ruang Kemerdekaan
Ruang kemerdekaan berada di bagian dalam cawan monumen berbentuk amphitheater di mana banyak benda berlapis emas di ruang tersebut. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Indonesia, salah satunya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan yang disimpan dalam kotak kaca di dalam pintu gerbang berlapis emas.
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Pelataran puncak berada di ketinggian 115 meter. Tempat ini menjadi favorit pengunjung karena bisa melihat pemandangan Kota Jakarta.
Tersedia teropong bagi pengunjung untuk melihat Jakarta.
Sementara itu di puncak Monumen Nasional terdapat cawan dilapisi emas seberat 50 kilogram dan terdapat lidah api atau obor sebagai simbol semangat perjuangan Rakyat Indonesia saat meraih kemerdekaan.
Itulah sejarah singkat Monumen Nasional singkat, tugu kebanggaan bangsa Indonesia.
This monument is beautiful, I had never heard of it before. Thanks for sharing the photos with us
please visit Indonesia and enjoy its other beauty