[SteemiTrip#2 - 1st KSI National Meet Up] Bahar Malaka; Seniman Cimahi Yang Rendah Hati

Belasan pemuda berpenampilan nyentrik ala koboi dan menunggangi motor modifikasi datang menyerbu 1st National Meet Up KSI di pendopo DPRD Kota Cimahi. Mereka adalah geng motor Presiden Rock n Roll yang berbasis di kota yang sama. Kedatangan mereka bukan untuk mengobrak-abrik acara, apalagi mau tawuran di sana.

---

Tanpa salam dan basa-basi, segerombolan pemuda itu langsung masuk dan mengambil tempat yang sudah di sediakan. Diantara pemuda berompi kulit itu, tampak seorang lelaki yang secara penampilan jauh berbeda. Secara usia, lelaki itu juga tampak lebih tua. Itu terlihat dari uban yang tampak kentara di rambut gimbal sepinggang miliknya.

Pria tua itu adalah Bahar Malaka, pelukis asal kota Cimahi yang sudah malang melintang di dunia seni Nusantara. Kang Bahar, begitu sapaan akrabnya datang kesana untuk melakukan pertunjukan melukis secara live dengan di iringi musik akustik yang dibawakan oleh teman-teman geng motor Presiden Rock n Roll. Selama 30 menit, Kang Bahar membalur kanvas dengan cat tanpa bantuan kuas seperti lazimnya seorang pelukis. Ia melakukannya dengan tangan agar bisa menyatu dengan karya yang sedang dibuatnya.

Aksi tersebut langsung menyita perhatian para hadirin. Beberapa steemian dan tamu undangan merangsek ke depan demi mengabadikan aksi mereka dari jarak dekat. Usai melakukan tugasnya, Kang Bahar dan kawan-kawan langsung keluar dari lokasi acara tanpa senyum, salam, dan sapa ala petugas SPBU Pertamina. Meninggalkan sebuah lukisan yang kemudian akan di lelang di penghujung acara.

Lukisan yang dibuatnya menggambarkan sebuah buku yang kian menjauh dan kemudian berubah menjadi seekor burung yang sedang terbang. Lukisan tersebut bermakna buku sebagai perlambang ilmu dapat menjadikan seseorang laksana burung yang bisa terbang tinggi. Pengetahuan, sesungguhnya adalah modal yang mampu membuat manusia terbang bebas mengarungi hidup.

---

Malam mulai merambat saat puluhan steemian berkumpul di aula menikmati sajian makan malam khas Sunda di aula Neglasari Villa. Itu adalah malam ke akraban yang menjadi rangkaian acara meet up KSI yang pertama ini. Aku keluar dari kamar menuju kesana saat sebahagian besar teman-teman steemian sudah berkumpul dan akan menikmati makan malam. Saat akan masuk ke aula, aku kembali bertemu Kang Bahar dan kawan-kawan Presiden Rock n Roll yang sedang nyantai di balai depan Aula. Tanpa ragu, aku langsung berbelok kesana, melupakan perut yang keroncongan demi bisa berbincang dengan seniman keren tersebut.

Dengan Kang Bahar, aku berbincang tentang banyak hal. Tapi saat itu aku dan @zeds lebih banyak mendengar. Kurasa adalah kesempatan yang langka bisa menyerap ilmu dan pengalaman dari Kang Bahar. Pun lagi Kang Bahar juga sangat ramah dan tak segan berbagi dengan anak-anak muda seperti kami. Ini terbukti dengan kehadiran Kang Bahar ditengah-tengah komunitas Presiden Rock n Roll yang sebagian besar anggotanya adalah anak-anak muda Cimahi.

"Saya mah senang ngumpul dengan anak muda. Jadi ngerasa muda terus", begitu katanya.

Saat teman-teman @apache13 mulai menghentak suasana dengan lagu-lagunya, aku dan Kang Bahar masih terlibat percakapan seru soal perkembangan seni di Kutaraja. Sebenarnya, aku sangat ingin bergabung dengan teman-teman steemian di sana. Tapi kesempatan berbincang bebas dengan Kang Bahar kurasa tak akan datang dua kali. Lagipula sejak siang tadi aku sudah menunggu kesempatan ini. Dan ketika sekarang aku mendapatkannya, jelas aku tak akan melewatkannya.

Bahar Malaka / @akbarrafs

Malam itu aku juga merasa terhormat sekali mendapatkan kenang-kenangan dari Kang Bahar. Ia dengan suka rela melepas kaus yang dipakainya siang tadi saat melukis di acara meet up. Kaus itu katanya, diberikan kepadaku sebagai tanda persahabatan kami. Anjrit! aku langsung saja terdiam dan tak bisa berkata-kata. Kang Bahar sebagai seorang seniman kaya pengalaman dan karya-karyanya sudah mendapat tempat di Indonesia, sulit dipercaya dengan sangat rendah hati begitu menghargai kami.

Aku sudah banyak melihat para pelaku seni yang petantang-petenteng sebab punya reputasi tinggi. Apalagi di dunia musik yang pernah bertahun-tahun pernah ku tekuni, mental sok artis sangat lazim dimiliki oleh mereka yang karyanya sudah beredar dimana-mana. Tapi Kang Bahar ini, tak pernah sekalipun kudengar membangga-banggakan diri. Tak pernah sekalipun ia serupa jampoek pujoe droe di depan kami meski namanya telah melambung sebagai seniman.

Seketika itu juga aku melepas kaus yang kupakai malam itu dan kuserahkan kepada Kang Bahar. Kukatakan kepadanya bahwa kaus tersebut merupakan hasil produksi komunitas kami sendiri dan dijual dalam jumlah yang terbatas. Dan kaus itu kuberikan padanya sebagai penghormatanku kepada Kang Bahar yang ramah dan rendah hati.

Sikap rendah hati Kang Bahar juga ditunjukkan dengan kesediaannya melepas lukisan yang dibuat langsung saat meet up KSI untuk di lelang. Setengah dari hasil lelang dengan suka rela ia berikan untuk membantu pendanaan kegiatan meet up tersebut. Oleh karena itu, aku tidak mewakili steemian se-Indonesia Raya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bahar Malaka. Semoga suatu saat kami bisa bertemu lagi.