Mereka Menyebut Madrasah dengan Kampus

Selamat datang dikampus cawa [calon santriwan] cawi [calon santriwati], tega sekali kakak dan abang memanggil kami dengan sebutan calon siswa siswi padahal kawan tau untuk menjadi santri bukan saja teman judi yang kami tinggalkan namun pancing, sepeda dan kekasih gelap juga kami tinggalkan di kampung. Kekasih gelap karena orang tua kami menyebut kami yang jatuh cinta dengan sebutan cinta monyet, tega sekali orang tua kami. Tak tau kah, untuk jatuh cinta dan dicintai di kalau memakai baju tut wuri handayani harus ke telepon umum dari hasil judi dan jika rindu sangat maka kami tak minum es lilin Rp. 50,--

Kembali ke cawa cawi, tak diakuinya kami sebagai junior paling imut membuat hati perih dan lagi dalam perubahan status cawa cawi menjadi santri kawan harus ikut orientasi selama 7 hari dan jika gugur dihari terakhir maka maaf tak ada pilihan selain bungkus koper. Dihari pertama orientasi arahan dari pemilik pasantren mengamanahkan agar adek cawa cawi di bina dengan baik, dan kakak abang abang sangat baik namun tak pada hari kedua hingga hari ke tujuh walau tak ada panggilan kebun binatang namun yang panggilan bungan tai ayam tetap ada.

Selama orientasi apa yang paling bahagia bagi kami, yakni menyanyikan lagu salawat badar dan tinggal ayah tinggalkan ibu dengan mengikuti ritme lagu kopasus. Hingga kini jika rindu sesekali terucap juga lagi janji setia itu.

Malam tiba, semua suku di Aceh berkumpul bertegur sapa berkenalan dengan menanyakan asal walau itu menjdi pertanyaan ke 10 dengan orang yang sama. Lain kumpulan lain permasalahan, ada kumpulan memikirkan papan nama besok, memikirkan mamak dirumah, kawan judi yang tak ada lawan dan kekasih gelap yang mulai remaja.

Malam kami tak selamanya bebas seperti malam orientasi semua bahasa boleh digunakan aceh, gayo dan indo menjadi favorit walau kalau teman dari aceh utara dengan bahasa aceh, teman dari takengon bahasa gayo dan aku tidur berharap besok pagi mereka bisa berbahasa indonesia.

Belum juga tidur tiba tiba ada ketukan seng seperti kebakaran, tak lama azan subuh telah berkumandang. Tak bergegas bangun dari ranjang mu maka bukan saja baju yang kawan jemur namun kasur juga dan diri kawan juga di jemur sebagai hukuman selama orientasi.

Hingga hari terakhir ritme orientasi hampir selalu sama, lari lagi, jalan kodok lagi, shalawat badar lagi, hymne lagi dan jika seniorku dari nisam yang mimpin barisan maka lagu prang sabi kami lantunkan pada bagian Allahu Akbar.

Dan dag dig duk ketika pengumuman dari cawa cawi menjadi santriwan santriwati.

-jika ospek itu 30 hari maka aku siap mengahabiskamnya 360 hari.rindu sekali-