Matahari Pukul Sepuluh

in #love6 years ago

IMG20171019202311.jpg

Pagi,

Bahwa selain ada rindu yang begitu riuh, juga ada rutinitas yang membelit(mu). Apakah karena itu kau lupa menyapaku pagi ini? Kau pergi dengan tergesa, bahkan tanpa sempat meninggalkan jejak cintamu di wajahku. Kau sengaja ingin membebatku dengan rindu, ya? Hingga menjelang matahari pukul sepuluh tak ada satupun sulur-sulur kabar darimu. Di tempat biasa kita saling menitipkan surat cinta, juga tidak ada sepotong kata yang bisa kubaca.

Tapi aku menikmati jeda ini. Aku menikmati ruang ini. Bukankah semalam kita sudah menikmati begitu banyak kebersamaan? Melahirkan ribuan atau mungkin jutaan kata-kata hanya untuk mendefinisikan apa yang sebenarnya kita rasakan. Kau menggoda, aku cemberut. Kau merayu, aku tersipu. Kau serius, aku tergelak.

"Mengapa diam? Bicaralah, Sayang. Aku ingin mendengar apa pun yang kau katakan," katamu.

"Bukankah kita sudah saling memahami, sudah saling mengerti, apakah kita masih perlu bicara?"

Aku meringkuk dalam dekapmu. Sehingga bisa kurasa nafasmu berloncatan di tengkukku. Suaramu hinggap di telingaku. Tanganmu memeluk erat, mengirimkan rasa aman dan nyaman.

"Begitukah? Jadi sudah tak ada lagi yang perlu kita bicarakan?"

Aku bergeliat. Ada sirat protes dalam nada suaramu. Diam-diam aku tersenyum. Dalam hati berteriak girang. "Yesss!!!"

"Pagi, kau tahu apa yang kurasakan saat ini? Ketenangan. Ketenangan yang luar biasa. Tak ada lagi gemuruh atau riak. Mungkin itu yang membuatku tak tahu harus membicarakan apa lagi sekarang. Aku hanya ingin bersamamu."

Kau tahu pagi, jika rasa ini seperti gulungan air bah maka rindu yang bertubi-tubi itu tak ubahnya seperti hujan yang merisak bumi, mengguyur tanpa ampun. Pertemuan-pertemuan yang berlimpah itu adalah debit air yang sudah diambang batas. Dan cemburu yang membakar itu seperti balok-balok kayu yang menghantam apa pun yang menghalanginya. "Banjir bandang itu sudah berlalu, hujan sudah reda, debit air sudah normal kembali, dan balok-balok kayu itu sudah berada di tempat yang semestinya. Tak ada lagi ganjalan-ganjalan. Sekarang aku hanya ingin mengalir dengan tenang, aku ingin mencintaimu dengan bersahaja."

Jika hati ini adalah rumah, kini setiap ruangnya terasa sangat lapang, tidak ada setitip rasa pun yang menghimpit atau mengganggu. Bukankah sudah kukatakan, aku adalah kekasihmu dan aku akan memperlakukanmu layaknya seorang kekasih. Sepasang kekasih adalah mereka yang saling memahami satu sama lainnya, yang selalu berusaha ingin mengalah demi kekasihnya, walaupun dalam kondisi tertentu itu sulit.

Sepasang kekasih adalah mereka yang saling mendukung, menguatkan ketika yang satunya terjatuh atau terluka. "Kamu adalah kekasihku dan kita akan selalu menjadi sepasang kekasih yang bahagia."

Pagi,

Kau adalah perwujudan dari pagi yang sesungguhnya. Pemilik ketenangan dan kedamaian. Kau memiliki kehangatan yang dibalut sejuk dari sisa-sisa fajar. Kau begitu teduh, aku terkesan pada semua yang ada dalam dirimu. Tapi kalau kamu bertanya mengapa aku jatuh cinta, bukan karena itu semua.

"Semua itu baru terlihat sekarang, setelah aku punya banyak waktu untuk memikirkanmu. Setelah pertemuan-pertemuan kita hanya untuk kita. Rasanya kosa kata yang kupunya menjadi sangat terbatas untuk menarasikan semua itu. Pagi, kamu adalah rahasiaku."

"Kenapa? Kenapa tidak kau katakan saja pada dunia siapa itu Pagi. Siapa aku."

Aku bangkit, melepas diri dari dekapmu. Kau ikut bangkit, mengejarku hingga ke jendela. Di sana kita lama terdiam, memandangi langit yang penuh aksesoris galaksi. Aku tidak tahu apa yang kamu lihat di kejauhan sana, tapi pandanganku hanya tertuju pada satu titik, titik kecil tapi punya binar yang indah. Tajam. Itulah kamu, Pagi.

"Semua orang bebas memandangi langit. Semua orang bebas menafsirkan dan menerka-nerka. Semua orang bebas menikmati cerita-cerita tentang Pagi yang kutulis di banyak tempat, tapi siapa Pagi, biarkan hanya aku yang menikmatinya. Tak kuizinkan seorangpun untuk memiliki Pagi-ku. Begitulah caraku mencintaimu, Pagi. Semakin kau istimewa, semakin aku merahasiakanmu."

Pagi,

Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tentangku, tapi aku ingin kau tahu apa yang kupikirkan tentangmu. Itulah kenapa, ketika cemburu itu melesak begitu hebatnya, aku sama sekali tidak punya daya untuk menyembunyikan kelemahanku. Aku hanya ingin kau tahu, hanya ingin kau tahu bahwa aku telah jatuh cinta padamu.

Pagi, matahari kini tepat pukul sepuluh. Belum ada satu pesan pun darimu, tapi aku tahu kau sengaja kan, Pagi? Aku pun sengaja, sengaja menahan diri untuk tidak menyapamu dengan kata selamat pagi, Pagi. Karena aku ingin menyapamu dengan kalimat-kalimat panjang dan hangat. Sehangat matahari pukul sepuluh.[]

Sort:  

Ada foto-foto lain Rio? Bagilah kalau ada yang ada kami hehehehhe

Wadus han gaswat, tapi ada nama bang Happy yang tersebut disitu wkakaka @bahagia-arbi

Haaa?? Di mana? Di postingan yang sebelumnya kali ngga?

Ada kata bahagia..hihi iseng kali sayanya xixixi

hahhah ya ampunnnn segitunya yaaa

Wah, Kak Ihan sangat romantis

Matahari akan memekarkan semangat layaknya bunga pukul delapan pagi.

Semangat!

semangat juga heheheh :-)

@ihansunrise pesan dari aku ada lo
Cuma di abaikan hehe

hahahha jangan ajok Fatany.....

@ihansunrise woow keren kata2 nya kak,sehingga menjadi pstingan yg bagus..
Salam kenal kak @safrinaz

salam kenal juga ya..... semoga Rina suka dengan kata-katanya.... Insya Allah akan ada cerita-cerita selanjutnya dengan tokoh yang sama hahahahah.

Pagi aroma sejuk embunmu tetap terasa hingga pukul sepuluh pagi.

Aroma waktu yang eksotis....membuatku tergila-gila

Tulisan yang bagus sekali...

Thanks ya Rika, Nur, atau Riski nih panggilannya? :-D salam kenal

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 56542.34
ETH 2391.51
USDT 1.00
SBD 2.30