TBM sebagai Ruang Aktualisasi Diri Anak muda
Apa itu TBM? TBM adalah kependekan dari Taman Bacaan Masyarakat, sebuah ruang yang mengambil peran menyediakan bahan bacaan serta melakukan kampanye membaca dan melakukan ragam kegiatan literasi. Dahulu, TBM lebih dikenal sebagai salahsatu program yang ada di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM. Seperti perpustakaan di sekolah, begitulah fungsi TBM di PKBM, waktu itu.
Seiring bergulirnya waktu, kini tumbuh dan mulai membiak TBM yang berdiri sendiri atau sering disebut dengan nama TBM mandiri. Secara umum tumbuhnya TBM mandiri berasal dari kesadaran masyarakat, karena melihat adanya masalah ihwal rendahnya budaya baca. Dalam hal ini para pendiri TBM bergerak mengumpulkan bahan bacaan baik cetak maupun digital lalu melakukan serangkaian kampanye untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca. Bahkan sebagain TBM sudah mulai bergerak melakukan kampanye bidang literasi lainnya, melalui ragam kegiatan seperti kegiatan pelatihan jurnalistik, menulis, membuat blog, membuat video, diskusi buku, diskusi menangkal hoaks, pelatihan internet sehat, pelatihan musik, bahkan pelatihan kerajinan dan wirausaha, serta ada juga yang berhasil membuat koperasi masyakat.
Lalu apa hubungan TBM dengan ruang aktualisasi anak muda? Sebelum saya mengulas hal itu, saya akan mencoba menyampaikan pendapat terkait banyaknya anak muda yang terperosok pada pergaulan negatif. Kita tentu pernah mendengar berita tentang banyaknya anak muda yang bersekutu dengan kelompok gank motor dan kerap berbuat prilaku yang memprihatinkan, atau menyimak berita tentang dua kelompok pelajar tawuran, bahkan akhir-akhir ini sering terdengar berita terjadinya perkelahian antar pelajar perempuan untuk memperebutkan seorang laki-laki dan kemudian sengaja diunggah pada halaman maya. Atas hal itu, saya curiga, prilaku tersebut terjadi karena dilandasi keinginan mereka untuk menunjukan eksistensi diri. Celakanya, eksistensi diri yang dibangun adalah eksistensi dengan prilaku negatif. Mengetahui akan berbagai prilaku negatif tersebut, muncul kecurigaan dalam diri saya tentang asbab yang melatar belakanginya. Saya curiga, salahsatu penyebab muasal masalah tersebut karena kurangnya ruang aktuaisasi diri untuk menunjukkan eksistensi diri yang positif. Saat keinginan untuk untuk menunjukan eksistensi diri muncul, ruang yang tersedia di sekelingnya adalah ruang negatif. Atau mungkin ruang positif yang ada tak mampu menyentuh hati mereka untuk bisa berbaur. Oleh sebab itu, maka anak muda tersebut terperosok pada ruang-ruang negatif. Dalam hal ini maka perlu upaya untuk menghadirkan ruang sebanyak-banyaknya yang memungkinkan bisa menjadi alternatif ruang aktualisasi anak muda. Dengan ragam ruang aktualisasi yang bisa mereka pilih, harapannya masalah-masalah yang sudah disinggung di atas bisa teratasi, atau setidaknya bisa diminimalisir.
Menurut hemat saya dari berbagai ruang kegiatan, TBM bisa menjadi alternatif bagi anak muda untuk melakukan aktualisasi dirinya. Pandangan ini saya dapat setelah saya mengelola Komunitas Ngejah. Saya banyak mengamati anak muda, khususnya para pelajar SMP dan SMA yang begitu tertarik ketika diajak menjadi relawan untuk menjadi panitia kegiatan atau mengisi acara. Misal pada kegiatan Gerakan Kampung Membaca, biasanya mereka kami posisikan mengisi sesi mendongeng atau menjadi pemandu jalannya sesi permainan konsentrasi. Pada kesempatan ini, saya melihat antusiasme yang lahir cukup tinggi. Lebih lanjut, ruang-ruang komunikasi diantara mereka kemudian dijadikan kesempatan berdiskusi tentang banyak hal, termasuk untuk mengidentifikasi potensi dirinya masing-masing, rencana kuliah atau rencana mencari pekerjaan. Hal lainnya, saya melihat beberapa dari mereka yang mencoba mengeksplore keterampilan dasar yang mereka dapatkan di Komunitas Ngejah. Ada yang telihat semangat mempelajari ilmu fotografi, membuat blog, video, dan belajar menulis. Lebih lanjut seiring perkembangan peran TBM yang mulai menggarap kegiatan literasi (literasi sains, literasi budaya, literasi digital, literasi kewarganegaraan, literasi keuangan) diluar kegiatan kampanye buda baca tulis, ragam kegiatan bisa dihadirkan sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikan anggotanya, termasuk kebutuhan dan ketertarikan anak muda.
Selain itu, pada pengantar buku Teach Like Finland, saya baca bahwa salahsatu faktor yang memiliki peran penting bagi suksesnya pendidikan di Finlandia adalah karena tersedianya ruang bagi anak-anak dan kaum muda, di luar sekolah. Dalam buku tersebut tertulis, bahwa ada 100.000 asosiasi non pemerintah yang menjadi ruang anak muda di FInlandia untuk berkegiatan di luar pekerjaan dan sekolah mereka. Lebih lanjut, tertulis bahwa perpustakaan umum yang tersebar luas di sana adalah salahsatu faktor pendukung kerja sekolah dalam menolong semua anak didik menjadi sukses. Jika dikaitkan dengan masalah anak muda yang saya ungkap di atas, maka sekali lagi saya sampaikan Taman Bacaan Masyakat sangat memungkinkan menjadi salahsatu ruang anak mudak untuk mengisi kegiatannya di luar jam sekolah atau bekerja seperti halnya di Finlandia. Dan ruang ini bisa jadi menjadi jembatan bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya. NTA
https://web.facebook.com/nita.nurhayati.92/videos/10213234243743798/
https://web.facebook.com/opik.komunitasngejah/videos/2030326323648990/
www.gerakankampungmembaca.org
www.komunitasngejah.org