Antropolinguistik, Menebah Tanda-tanda Kebudayaan

Antropolinguistik, Menebah Tanda-tanda Kebudayaan

Secara sederhana dapat disebutkan bahwa antropologi linguistik (linguistic anthropology), atau di Indonesia sering disebut Antropolinguistik adalah kajian tentang manusia dan kebudayaan yang terkait dengan fungsi kebahasaan dan dinamika yang terdapat di dalamnya.

IMG_20160908_165807_HDR.jpg

Bahasa adalah unsur terpenting guna menggali kesadaran terdalam yang terdapat dalam sebuah kebudayaan. Tanpa bahasa kebudayaan tidak dapat dimaknai unsur-unsur subtilnya. Bahkan kaum pemikir posmodernism menganggap bahwa seluruh konstruksi pengetahuan ditentukan oleh bahasa (all human knowledges are determined by language).

Di samping kajian antropologi agama dan antropologi sosial, antropolinguistik adalah disiplin baru yang berkembang menjadi kajian mandiri. Bahasa adalah sistem tanda sentral dalam kebudayaan. Melalui bahasa kita dapat mengidentifikasi dan melihat tanda-tanda kebudayaan sebuah masyarakat, sehingga bagi Ferdinand De Saussure, filsuf bahasa asal Swiss (26 November 1857 – 22 Februari 1913), mengatakan tidak ada yang dapat diketahui tentang dunia ini di luar bahasa (langage).

Fungsi :

Fungsi atau tujuan mempelajari antropolinguistik adalah :

  1. Menganalisis istilah-istilah budaya atau ungkapan lain (analyzing cultural terms or other expressions).
  2. Menganalisis proses penamaan (analyzing naming process).
  3. Menganalisis kesopan-santunan (analyzing politeness).
  4. Menganalisis konsep budaya dari unsur-unsur bahasa (analyzing cultural concepts from linguistic elements).
  5. Menganalisis etnisitas dari sudut bahasa (analyzing etnicity from the view point of language),
  6. Menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa (analyzing the way of thinking through the structure of the language).

IMG_20160908_170639_HDR.jpg

Bahasa menurut De Saussure, seperti yang disebutkan dalam buku Course de Linguistics Generale, adalah sebuah sistem tanda yang terdiri dari penanda (signifier/signifiant) dan petanda (signified/signifie). Penanda adalah unsur zahir dari bahasa yang merujuk kepada sesuatu yang terdapat dalam mental atau ide seseorang atau masyarakat. Penanda selalu merujuk kepada petanda. Tidak mungkin penanda merujuk kepada sesuatu yang tidak ada. Secara hemat dapat disebutkan bahwa penanda adalah bunyi atau coretan yang bermakna, yakni apa yang dikatakan, ditulis, dan dibaca. Sedangkan petanda adalah apa yang ada dalam pikiran kita ketika sesuatu itu dikatakan, ditulis, atau dibaca.

Sejalan dengan pengertian ini, Wittgenstein, seorang filsuf bahasa keturunan Jerman, menuturkan :

The nature of language, however, is a picture of the world; and philosophy as guardian of grammar can actually grasp the nature of world, only not in the propositions of language, but in the rules for language, which exclude meaningless combination of signs (Wittgenstein, 1964 : 85).

(Hakikat bahasa, bagaimanapun juga, merupakan gambaran dari dunia dan filosofinya sebagai penjaga tata bahasa yang secara nyata menangkap hakikat dari dunia itu sendiri. Ia bukan sekedar dalil bahasa, tetapi juga berperan bagi bahasa: mengeluarkan kombinasi tanda yang tidak bermakna).

Unsur-Unsur Bahasa :

Meskipun demikian, hubungan antara penanda dan petanda tidak simbiotis-fungsional. Hubungan kedua bersifat arbriter atau tidak teratur, sembarang, kecelakaan, dan tanpa kesepakatan terlebih dahulu. Dalam bahasa De Saussure disebutkan bahwa …”tidak ada sesuatu pun yang mencakup apapun pilihan arbriter, untuk kata-kata yang hanya memadai, dan selebihnya adalah peniruan-peniruan yang kurang konvensional dari bunyi-bunyi tertentu. Pun demikian kata-kata memberi peluang kepada kata-kata lainnya, interjeksi-interjeksi….tidak ada satu prasyarat pun yang pasti antara penanda dan petanda.”

Bahasa sebagai tanda juga memiliki komponen-komponen tertentu :

  1. Ikon, adalah hubungan tanda dan acuannya didasarkan kepada hubungan persamaan atau sub-kemiripan. Contohnya, Mesjid Raya Baiturrahman menjadi ikon Banda Aceh seperti juga Pizza menjadi ikon kuliner dari Italia.
  2. Indeks, adalah hubungan antara tanda yang memiliki kedekatan eksistensi. Sebuah tanda disebut indeks apabila terdapat hubungan yang fenomenal atau eksistensial di dalamnya. Seperti indeks table set for dinner terdiri dari gelas, piring, garpu, sendok, dan pisau. Indeks untuk perguruan tinggi ada mahasiswa, dosen, perpustakaan, ruang kuliah, dsb.
  3. Simbol, adalah hubungan tanda yang terbentuk oleh aspek kultural atau konvensional. Meskipun pemahaman tanda simbolik bersifat konvensional atau kesepakatan, ia sangat tergantung kepada kebudayaan penggunanya. Contoh, singa sebagai simbol kejantanan, ular simbol kelicikan dan ketidaksetiaan, merah simbol berani, dsb.

Konsep Bahasa

Dalam konsep bahasa menurut De Saussure bahasa dibagi kepada tiga bentuk : langage, langue, dan parole.

  • Langage adalah pemahaman yang merujuk kepada sistem kebahasaan manusia secara keseluruhan. Langage tidak berarti apa-apa kecuali sebagai sebuah tanda tentang sistem kebahasaan.
  • Langue adalah bahasa sebagai proses sosial. Langue adalah bahasa yang dipraktikkan masyarakat untuk berbicara dan menulis.
  • Parole adalah sistem kebahasaan yang dipraktikkan individu untuk memproduksi makna tertentu.

Dalam sistem bahasa, parole – lah yang yang banyak berpengaruh dalam memperbaharui bahasa dan tata bahasa. Dalam konsep linguistik modern, parole disebut dengan wacana (discourse). Dalam kajian budaya, anak muda paling banyak membangun sistem parole yang kemudian melahirkan model praktik penandaan harian (signifying rituals and practices of daily life).

Dari konsep tentang tanda inilah kemudian berkembang ilmu baru yang disebut dengan semiotika atau semiologi. Semiotika atau semiologi (orang lebih sering menggunakan istilah semiotika adalah ilmu yang memproyeksikan bahasa sebagai sebuah struktur yang dapat dibedah untuk dimaknai (kembali). Makanya semiotika termasuk dalam kajian strukturalisme.

Namun fungsi semiotika tidak hanya membedah bahasa (linguistik), tetapi juga apa saja yang menjadi fenomena sosial-kebudayaan. Semiotika juga digunakan dalam kajian psikologi, arsitektur, militer, film, hingga fashion.

Pengertian struktur dalam kajian ini adalah sebuah sistem transformasi, dimana sistem tersebut dikuasai oleh hukum-hukum tertentu, yang kemudian mempertahankan bahkan memperkayanya. Hal itu karena pola mekanistiknya tidak mendobrak batas-batas sistem itu dan tidak memasukkan unsur-unsur dari luar (Vueger, 1982 : 102).

Makanya strukturalisme merupakan suatu cara pikir tentang dunia yang memberikan perhatian sepenuhnya pada persepsi dan deskripsi suatu struktur. Struktur ini mendasarkan kepada tiga hal yaitu 1) ide tentang keseluruhan, 2) ide tentang transformasi, dan 3) ide tentang regulasi diri (self-regulation).

Terence Hawkes, pakar linguistik yang banyak mengkaji karya-karya sastra Shakespeare dan kajian bahasa Inggris, menyebut strukturalisme dalam linguistik adalah totalitas yang koheren dan bersifat internal, yakni penyusunan entitas-entitas yang semestinya utuh pada dirinya sendiri, dan bukan secara sederhana campuran yang dibentuk dari unsur-unsur bebas dari kemungkinan.

Pengertian strukturalisme dalam bahasa (atau dalam kajian sosial-budaya) tidaklah sama dengan pemahaman strukturalisme dalam ilmu teknik atau kimia. Strukturalisme dalam kajian sosial-humaniora bersifat dinamis, karena tidak hanya memiliki kemampuan distrukturkan tetapi juga menstrukturkan. Inilah yang disebut sebagai daya transformasi yang ada dalam kajian strukturalisme.

Strukturalisme juga berbeda dengan positivisme. Strukturalisme bersifat dinamis, sedang positivisme bersifat statis. Strukturalisme adalah proses yang terus menapak, sedangkan positivisme adalah hasil final. Strukturalisme membuka diri pada konjungsi dengan dunia luar sedangkan positivisme cenderung menutup diri. Strukturalisme adalah point of departure, sedangkan positivisme adalah point of arrival.

Dan, dalam melakukan pembacaan pada teks ini tidak dapat dipahami dalam kerangka logika positivistik. Anda harus mampu merentangkan imajinasi dan kesadaran asosiatif pada contoh-contoh yang hidup di sekitar. Bukankah seperti tesis di tulisan ini, fungsi bahasa tak lain menangkap fenomena budaya yang di dalam dirinya sendiri adalah sel dinamika, loncatan, titik didih, kontradiksi, dan kompleksitas. Tugas kitalah untuk mengatur kompleksitas itu menjadi sesuatu yang bermakna.

Daftar Bacaan :

  1. Berger, Arthur A., Tanda-tanda dalam Kebudayaan, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2000.
  2. Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Magelang : Tera, 2001.
  3. Sibarani, Robert, ”Antropolinguistik dan Semiotika”, makalah seminar di Lhokseumawe, Maret 2006.
  4. Siregar, Ahmad Samin, “Konsep Kunci Semiotika dan Kaitannya dengan Linguistik”, makalah seminar di Lhokseumawe, Maret 2006.

IMG_20160910_163911.jpg


Steemit Inter.jpg

Sort:  

Artikel yg bagus mas, dari segi2 bahasa Kita mengtahui karakteristik suatu budaya masyarakatnya ..siip :)

Terima kasih @happyphoenix... Tlsn ini disamling untuk umum juga untuk mahasiswa saya memahami antropolinguistik.

Salam

betul sekali, bahasa dan budaya memang tidak bisa dipisahkan. Berbagai budaya yang ada di setiap daerah juga berkembang dengan adanya bahasa. Bahasa tak hanya lisan namun juga bahasa gerak tubuh, dsb.
Terimakasih @teukukemalfasya , postingan yang sangat informatif dan menambah pengetahuan saya.

Ya, dalam kajian semiotika analisis digunakan untuk menebah objek nonlinguistik disamping linguistik. Thanks @rkb

Artikel yang patut dibaca, saya selalu membaca posting Pak Kemal sampai habis... Linguistik memang sangat penting dalam kehidupan sosial serta berbagai perubahan yang terjadi .

Wah, saya akhirnya punya kompatriot setia di dalam dunia literasi... Thanks Pak @yusrizalhasbi

Artikel yang sehat dan menyehatkan @teukukemalfasya. Terima kasih sudah menginfaqkan ilmunya.

_demi kepentingan lecturing saya akan banyak nanti memposting tulisan-tulisan serupa... Namun tetap harus menyesuaikan dengan dunia Steemit yang 'down to earth'. Thanks to read @ayijufridar.

Btw bagaimana main bola tadi?

Memang penemu Steemit banyak kali jasanya bagi dunia pendidikan. Tadi sore menang lagi 3-1. Alumni calon juara kayaknya. Tapi minimal tiket Piala Dunia sudah di tangan. Tiket sebagai penonton, itu pun cuma di TV.

Bahasa menunjukkan bangsa. Ide dan gagasan disampaikan dalam bentuk bahasa. Bahasa bisa berkembang & juga punah krn jarang digunakan. Semakin sedikit pengguna suatu bahasa maka semakin besar resiko kepunahan.

Ya... Dan itu dialami banyak bahasa-bahasa lokal minoritas.... Di Aceh yang terancam punah adalah Bahasa Kluet dan Haloban.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59466.22
ETH 2616.54
USDT 1.00
SBD 2.44