Kehidupan Remaja yang Tinggal di Sekitar Dayah

in #life6 years ago

t85gjyvueh.png
source image

A. Pendahuluan
Pendidikan dewasa ini, dipandang sebagai industri yang dapat menghasilkan jasa, sudah barang tentu jasa yang dimaksud disini adalah jasa pendidikan, yaitu suatu proses pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin baik (berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Lewat pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri (menolong diri sendiri) dalam proses membangun pribadinya. Sedang negara bisa maju bila semua warganegaranya berpendidikan, dan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang layak.
Berbicara pendidikan tidak akan lepas dari lembaga pendidikan asli Indonesia memiliki akar tradisi sangat kuat dilingkungan masyarakat Indonesia yaitu pesantren. Pesantren merupakan produk budaya Indonesia yang indigenous yang berkembang sejalan dengan proses Islamisasi di Nusantara Sebagai lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu tingkat pendidikan dalam pesantren menjadi salah satu indikator untuk mengukur kemajuan dan derajat kemakmuran suatu negara serta mengukur besarnya peranan setiap warganegara dalam kegiatan-kegiatan.
Seiring kemajuan ilmu dan teknologi kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, baik dari segi ekonomi, moralitas, serta gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan keinginan baik dari lingkungan keluarga maupun dari pihak luar. Semakin besar tuntutan atau keinginan tersebut, semakin besar pula perubahan watak yang dimiliki seseorang, sehingga membawa seseorang kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti perkembangan teknologi semakin cepat, peningkatan dibidang ekonomi, peningkatan dibidang pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang berdampak negatif sperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan kekerasan, kekejaman dan kebengisan.
Kesemuanya ini telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah, gotong royong dan sebagainya. Pergeseran tata nilai dalam kehidupan manusia ini sebagai salah satu akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara konkrit perubahan dan pergeseran itu membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia sampai tidak menghiraukan halal dan haram, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia.
Remaja adalah individu yang tengah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup biologis, fisiologis, sosiokultural, sosial ekonomi, dan perkembangan prilaku beragama.
Kenakalan remaja adalah salah satu problem yang senantiasa selalu muncul di tengah-tengah masyarakat. Masalah tersebut hidup, berkembang dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa. Keadaan masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kejujuran atau kebenaran, keadilan dan keberanian untuk mengakui suatu kebenaran telah banyak dikalahkan oleh penyelewengan-penyelewengan baik yang terlihat ringan maupun berat.
Belakang ini banyak didengar keluhan-keluhan pendidik dan orang-orang yang berkecimpung di bidang agama, sosial, bahwa anak-anak remaja terutama yang sedang berumur belasan tahun dan mulai menginjak usia remaja banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, senang berbuat keonaran (tawuran), maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketertiban umum.
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya tumbuh dengan sehat, cerdas dan memiliki kelakuan yang baik. Namun dalam mendidik, orang tua juga harus mempunyai pengetahuan tentang cara-cara mendidik anak yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama Islam agar anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Jika pola didikan orang tua dalam mendidik anak kurang tepat maka anak-anaknya berprilaku yang tidak baik, dan kurang sopan santun.
Fase remaja merupakan usia yang paling penting dalam pembinaan dan pembentukan kesadaran dalam beragama. Di sinilah sangat dibutuhkan partisipasi orang tua untuk pembentukan jiwa dan budi pekerti remaja yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama Islam, sehingga melahirkan remaja-remaja yang bisa menjaga dirinya dari pengaruh buruk lingkungan hidupannya. Orang tua harus pandai dalam memilih pola-pola penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan remaja agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Kajian-kajian kejiwaan dan pendidikan sepakat akan pentingnya rumah tangga dan keluarga bagi pembentukan pribadi dan prilaku seorang anak dalam hidupny. Mungkin di sinilah pentingnya semangat keagamaan yang dinampakkan pada kebaikan orang tua, dan orang dewasa lain di lingkungan hidupnya. Di mana mereka selalu melakukan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dayah merupakan sebuah lembaga pendidikan non-formal, melalui pendidikan dayah kita melakukan pembinaan terhadap para remaja dan masyarakat lainnya. Peran pendidikan dayah terbukti sangat efektif dan strategis melahirkan kader-kader yang handal. Dari observasi awal di dayah penulis menemukan adanya beberapa remaja yang masih dikategorikan dalam kalangan yang kurang sadar beragama. Remaja seperti inilah yang saat ini sedang dibina oleh pihak dayah yang ada dibeberapa pesantren Pidie Jaya dengan harapan agar remaja yang ada di sekitar dayah tersebut mempunyai kesadaran beragama yang kuat. Seharusnya dengan adanya dayah semua remaja yang ada disekitarnya sudah tentu mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pendidikan Dayah: Sarana Dakwah dalam Membangun Kesadaran Beragama Bagi Remaja di Kabupaten Pidie Jaya (Kajian Kehidupan Remaja yang Tinggal di Sekitar Dayah)”

ggdurugbtr.png
source image

B. Tinjauan Teori

  1. Pengertian Dayah dan Perkembangannya
    Dayah adalah sebutan untuk lembaga pendidikan Islam di Aceh yang mempunyai kemiripan dengan pesantren di Jawa atau daerah lain di Indonesia. Dayah mulai muncul sejak berdirinya Kerajaan Islam Pasai dan Kerajaan Perlak pada abad ke-13 Masehi. Secara umum, yang penulis maksudkan dalam skripsi ini adalah pesantren.
    Dayah atau Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar santri. Pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana (dulunya bambu dan kayu). Kata pondok dalam arti tunduk (Arab) berarti asrama. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua ataubapak pendidikan Islam di Indonesia. Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Departemen Agama, pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua di Indonesia adalah pesantren JanTampes II, yang didirikan tahun 1062 M di Pemakasan Madura.
    Pondok pesantren atau dayah, memiliki ciri khas tertentu, baik secara kelembagaan maupun unsur-unsur yang membedakannya dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya antara lain: pertama, unsur kyai, sebagai hal yang mutlak dan sentral di pesantren. Kedua, pondok/asrama sebagai tempat tinggal bersama, kiai dengan santrinya. Ketiga, masjid, yang fungsinya sebagai kegiatan ibadah dan proses pembelajaran. keempat, santri, santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren. Santri dibagi dua, santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah lain atau jauh dan menetap. Santri kalong, santri-santri yang berasal dari daerah daerah sekitar pesantren dan tidak menetap di pesantren. Kelima, kitab kuning/klasik. Unsur ini menjadi ciri khas yang membedakan lembaga pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya, karena hanya di pesantrenlah di ajari kitab kuning. Keenam, sistem atau metode pembelajaran. di pondok pesantren terdapat ciri khas yang lain yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya yaitu metode sorogan, yang berarti sodoran atau yang disodorkan, maksudnya suatu sistem yang disodorkan secara individual, santri dan kiai (ustadz) berhadapan dan interaksi langsung. Metode bandongan atau halaqah suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama, kiai membaca suatu kitab dan para santri menyimak kitab yang sama, lalu mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Metode ini di Jawa Timur sering disebut wetonan (berskala atau berwaktu).
    Dayah sebagai lembaga pendidikan Islam sampai sekarang eksistensinya masih diakui, bahkan semakin memainkan perannya ditengah-tengah masyarakat dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berkualitas. Dayah atau Pondok pesantren mulai menampakkan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan yang efektif (berpengaruh), karena di dalamnya didirikan madrasah, sekolah-sekolah umum (kejuruan), baik secara formal maupun non-formal. Bahkan pada umumnya pondok pesantren telah melakukan renovasi terhadap sistem antara lain: pertama, mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern. Kedua, semakin berorientasi pada kegiatan pendidikan fungsional, yang terbuka atas perkembangan luar. Ketiga, diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka dan ketergantungan dengan kiai-pun mulai tidak absolut padanya, santri juga dibekali dengan beberapa pengetahuan di luar mata pelajaran agama, diantaranya ketrampilan dan skill untuk lapangan kerja. Keempat, perkembangan pesantren juga dapat dijadikan fungsi pengembangan masyarakat.
    Pesantren kini mengalami suatu proses transformasi kultural, sistem, dan nilai-nilainya. Transformasi tersebut adalah sebagai jawaban atas kritik-kritik yang diberikan kepada pesantren dalam arus transformasi dan globalisasi, yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan drastis dalam sistem dan kultur pesantren. Perubahan-perubahan tersebut antara lain: a) perubahan sistem pembelajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi sistem klasikal yang kemudian dikenal dengan madrasah. b) Perubahan lain adalah diberikan pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan agama, bahasa Arab, dan kitab kuning. c) bertambahnya komponen pendidikan, misalnya ketrampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. d) diberikannya ijazah bagi santri, yang telah menyelesaikan studinya di pesantren, yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan dengan ijazah negeri.
    Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh sebab itu pada saat ini ada istilah pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Manusia diperintahkan untuk
    menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Konsep pendidikan seumur hidup (Life Long Education) mulai dari masyarakat melalui kebijaksanaan Negara (Tap MPR No. IV/MPR/1973 JO. Tap MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan antara lain dalam bab IV bagian pendidikan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
    Oleh karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama, maka lembaga pendidikan yang bermunculan di masyarakat merupakan suatu hal yang sangat mutlak keberadaannya. Lembaga pendidikan Islam yang bermunculan di masyarakat seperti dayah/pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dapat mengantisipasi dalam menangkal berbagai hal yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh IPTEK yang semakin maju.
    Keberadaan dayah/pesantren tidak hanya terbatas sebagai tempat pengajian saja, tetapi menjadi lebih maju lagi menjadi lembaga yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Oleh karena itu dayah/pesantren menjadi sarana dakwah pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Sedangkan yang dimaksud lembaga pendidikan Islam itu sendiri adalah wadah atau sarana yang mengarahkan, membimbing, dan meningkatkan pendidikan peserta didik melalui sistem pendidikan yang bernuansa Islam yang mengarah kepada manusia berilmu serta berakhlak dan berkepribadian yang beriman dan bertaqwa.
    Dalam hal pendidikan metode merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan, karena metode ini akan menentukan berhasil tidaknya pendidikan yang sedang berlangsung. Hubungan antara tujuan pendidikan merupakan hubungan sebab akibat, artinya “jika metode pendidikan yang digunakan baik dan tepat, maka tujuan pendidikan yang telah dirumuskannya pun besar kemungkinan akan tercapai pula. Karena pada dasarnya penetapan suatu metode akan menentukan keberhasilan dalam sesuatu, dan apabila metode yang digunakan tidak sesuai atau tidak tepat, maka apa yang dicita-citakan dalam pendidikan itu tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.
    Dayah merupakan salah satu tempat yang bagus bagi para remaja berinteraksi sampai ia tumbuh dan berkembang hingga ia menjadi dewasa. Dan sudah sepantasnya orang tua menitip anaknya ke dayah untuk dididik dengan pengetahuan-pengetahuan agama yang harus dibekali sepaya generasi muda menjadi generasi yang berpotensi dan terhindar dari azab api neraka, karena memberikan pendidikan agama kepada remaja merupakan tanggung jawab kita bersama agar terpupuk rasa kesadaran beragama bagi mereka. Orang tua dalam lingkungan keluarga juga dituntut berperan aktif dalam mendidik, membina kelakuan dan kepribadian remaja. Salah satu tugas orang tua dalam keluarga menurut ajaran Islam adalah membina akhlak anak-anaknya, hal ini dilakukan dengan membimbing anak atau remaja untuk melakukan kewajiban dan meninggalkan yang mungkar.
    Dengan pembekalan-pembekalan pengetahuan agama yang diajarkan orang tua maupun lingkungannya, diharapkan remaja menjadi orang yang saleh yang selalu mengerjakan perintah Allah dan menjadi generasi penerus seperti yang diharapkan orang tuanya dan menjadi kebanggaan bangsanya.
    Sebagaimana kita ketahui bahwa dayah sangat berperan dalam hal perkembangan remaja, maka tanpa adanya campur tangan orang tua terhadap remaja sejak ia kecil hingga ia tumbuh dan berkembang, maka pertumbuhan anak tidak akan sempurna dan kemungkinan besar mereka akan terjebak dalam kesesatan. Untuk itu peranan orang tua sangat menentukan.

c7xo6mskdq.png
source image

  1. Pendidikan Dayah sebagai Sarana Dakwah dalam Membangun Kesadaran Beragama Bagi Remaja.

Dayah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang sekaligus berkontribusi sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan simpul budaya. Dayah merupakan tempat berkumpulnya para santri, dimana santri mempunyai image sebagai seorang yang mengerti lebih jauh mengenai perihal agama di banding masyarakat umum, terutama masalah agama.
Keberadaan (eksistensi) dayah beserta perangkatnya sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna di daerah-daerah serta tumbuh dan berkembang bersama mayarakatnya sejak berabad-abad. Oleh karena itu tidak hanya secara kultural lembaga ini bisa diterima, bahkan telah ikut serta memberikan corak nilai kehidupan masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Latar belakang pesantren yang paling patut diperhatikan adalah peranannya sebagai alat transformasi kultural yang menyeluruh dalam masyarakat.
Seiring berkembangnya IPTEK dan maraknya westernisasi yang mengakibatkan berkurangnya intensitas keberagamaan masyarakat terutama remaja maka, pesantren hadir guna mengantisipasi merosotnya nilai-nilai moral dan kehidupan rohani, sehingga pesantren diharapkan mampu mengimbangi atau bahkan bisa membentengi dampak yang ditimbulkan dari bentuk implikasi negatif sebuah perkembangan zaman.
Era global kini telah merambah ke segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, juga agama. Perkembangan yang ada juga telah dinikmati oleh semua kalangan mulai anak-anak, remaja, bahkan kalangan dewasa. Masalah yang sangat kompleks dirasakan bagi orang tua yang memiliki anak-anak usia remaja, mereka mengeluhkan bahkan bersusah hati karena anak-anak yang menginjak usia remaja mulai sulit diatur dan semaunya sendiri, hal ini tedorong oleh berbagai kesibukan orang tuanya. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat mengalahkan segalanya. Kebanyakan anak-anak usia remaja sering banyak menghabiskan waktunya untuk berlama-lama dengan bersosial media yang tak jarang mereka sering mengabaikan praktik keberagamaannya seperti sholat berjamaah, dan mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan spiritualitasnya.
Jika sudah demikian, pondok pesantren menjadi salah satu pilihan yang tepat bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja. Perilaku anak dapat di lihat salah satunya dengan intensitas keberagamaannya. Di pondok-pondok pesantren, anak-anak akan mendapatkan bekal spiritualitas yang lebih sehingga dapat meningkatkan perilaku keberagamaan anak. Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren ialah untuk mencapai hikmah atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran Islam dan meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran-peran dan tanggung jawab sosial, dari keterangan ini para alumni pesantren diharapkan mempunyai kompetensi keilmuan yang memadai, integritas yang tinggi, dan mampu mentransfer ilmu yang telah diperoleh kedalam kehidupan masyarakat terutama dibidang keagamaan.
Dayah merupakan salah satu solusi dalam menghadapi masalah kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat muslim masa kini. Masalah yang tengah berkembang saat ini, terlebih mengenai perilaku keberagamaan remaja sudah dapat dicarikan solusinya bersama-sama dengan cara dikembalikan pada syari‟at hukum yang hakiki yaitu Al Qur‟an dan Hadits.
Dalam membangun kesadaran beragama remaja, dayah yang berkembang saat ini memiliki beberapa upaya dan langkah-langkah yang konkret selain menggunakan Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai sumber dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Berbagai metode dan cara belajar juga telah dikembangkan dari masa ke masa. Bahkan pondok pesantren modern saat ini telah memanfaatkan berbagai macam teknologi yang sedang berkembang di masyarakat
Sebagai sarana dakwah dan menarik perhatian pemuda muslim untuk tetap mempelajari ilmu agama. Dengan demikian, tekhnologi tidak dijadikan kambing hitam merosotnya moral keberagamaan remaja manakala terdapat seorang yang mengarahkannya ke hal-hal yang positif. Selain memanfaatkan tekhnologi yang ada, pondok pesantren masa kini lebih banyak memberikan pelajaran yang bersifat empiris. Tujuannnya, setelah mereka keluar dari lingkungan pondok pesantren, dan terjun di lingkungan masyarakat mereka telah memiliki bekal yang cukup.

  1. Pengertian Remaja
    Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam al-Qur’an ada kata (al-Fityatun, Fityatun) yang artinya orang muda. Firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 13:
  2.       •      
    Artinya : “Kami ceritakan padamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk”.
    Terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat an-Nur ayat 59:
                         
    Artinya: “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang sebelum mereka meminta izin”.
    Kedua ayat tersebut terdapat istilah kata fityatun yang artinya muda dan kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi (al-Hulama). Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah aqil baligh, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam.
    Tampaknya masa remaja yang mengantarai masa kanak-kanak dengan dewasa tidak terdapat dalam Islam. Dalam Islam seorang manusia bila telah aqil baligh, telah bertangung jawab atas setiap perbuatanya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan bila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Remaja alam pandangan hukum dan perundang-undangan adalah mereka yang berumur 13-17 atau 18 tahun.
    Dalam pengertian psikologi dan pendidikan, remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Batasan remaja menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana: individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
    Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide-ide pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-kritikan dalam hal agama itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang dipeganginya melaui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.
    Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan. Pengertian-pengertian tentang hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian tentang akhirat, surga, neraka dan lain sebagainya, baru dapat diterima oleh anak-anak apabila pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Itulah sebabnya maka seharusnya pengertian-pengertian yang abstrak itu dikurangi, apabila umur remaja belum dicapai oleh si anak.
    Ide-ide dan pokok-pokok ajaran agama tidak jarang pula ditolak atau dikritik oleh anak-anak yang telah meningkat usia remaja. Bahkan kadang-kadang mereka menjadi bimbang beragama, terutama anak-anak yang mendapat didikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka berpikir bebas dan boleh mengritik.
    Remaja-remaja yang mendapat didikan agama dengan cara yang tidak memberi kesempatan atau berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang. Remaja-remaja akan merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau
    keyakinannya berlainan dari agama atau keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang tua dan keteguhannya menjalankan ibadah, serta memelihara nilai-nilai agama dalam hidupnya sehari-hari menolong remaja dari kebimbangan agama.
    Perkembangan mental remaja kearah berpikir logis (falsafi) itu, juga mempengaruhi pandangan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini. Jika mereka yakin bahwa tuhan maha kuasa, maha mengatur dan mengendali alam ini, maka segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah, maupun peristiwa-peristiwa dan hubungan orang-orang dalam masyarakat, dilimpahkan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Seandainya mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidak adilan, percekcokkan dan lain sebagainya dalam masyarakat, atau banyak hal-hal yang terjadi dalam alam ini seolah-olah tanpa kendali, maka mereka akan merasa kecewa terhadap tuhan, bahkan mungkin menjadi acuh tak acuh atau benci.
    Apabila perasaan seperti itu bertumpuk-tumpuk, mungkin akan berakhir dengan mengingkari wujud Tuhan, supaya ia dapat mengambil kesimpulan baru, yaitu segala sesuatu dalam alam ini terjadi dengan sendirinya dan berjalan tanpa kendali sehingga mungkin saja, teratur atau kacau balau.
    Dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja akan pokok-pokok keyakinan dalam agama dipengaruhi oleh perkembangan pikirannya pada umur remaja. Dan gambaran remaja tentang tuhan merupakan bagian dari gambaran terhadap alam ini. Hubungannya dengan tuhan, bukanlah hubungan yang sederhana, antara dia dengan tuhan. Akan tetapi kompleks dan berjalin melalui alam ini, hubungan disini adalah antara dia, alam dan tuhan. Perasaannya terhadap tuhan, adalah pantulan dari sikap jiwanya terhadap alam luar. Maka agama remaja adalah hubungan antara dia, tuhan dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lalu dan yang sedang di alami oleh remaja itu. Atau dengan kata lain dapat diringkaskan bahwa agama remaja adalah hasil dari interaksi antara dia dan lingkungannya sedang gambarannya tetang tuhan dan sifat-sifatnya, dipengaruhi oleh kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri.

C. Metodelogi
Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif dimana dalam proses pengumpulan datanya penulis melakukan langsung sekitar dayah yang ada di kabupaten Pidie Jaya, dengan harapan dapat memberikan jawaban tentang pendidikan dayah dalam membangun kesadaran beragama bagi remaja yang tinggal disekitar dayah secara deskriptif-analisis.
Adapun yang menjadi sumber data utama (Primer) dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal disekitar dayah dalam kabupaten Pidie Jaya.

D. Analisis Hasil Penelitian, Pendidikan Dayah: Sarana Dakwah dalam Membangun Kesadaran Beragama bagi Remaja di Kabupaten Pidie Jaya

Peranan Pendidikan Dayah yang ada di kabupaten Pidie Jaya bagi remaja secara umum dapat terlihat dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi remaja yang selanjutnya menjadi landasan kehidupan sehari-hari. Peranan Pendidikan dayah yang ada di kabupaten Pidie Jaya terhadap remaja yang tinggal di sekitar dayah antara lain:

  1. Dakwah dalam Mengajarkan ilmu agama.
    Dayah merupakan tempat menimba ilmu agama secara berkelanjutan, dimana setiap insan dituntut untuk mempelajari ilmu agama tanpa kecuali. Setiap dayah yang ada dikabupaten Pidie Jaya selalu berusaha mengajak dan mendidik anak asuhnya terutama para remaja yang ada disekitar dayah agar mempunyai ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para remaja ilmu agama sangat penting dimiliki dalam mencari jati diri yang sesungguhnya, tanpa ilmu agama remaja akan goyah dan gelap dalam setiap sisi kehidupannya, mereka akan selalu terjerumus dalam hal-hal negatif. Sebaliknya, apabila mereka sudah dididik dan memiliki pendidikan agama yang memadai, kesadaran beragama yang dimiliki oleh remaja akan meningkat dan remaja akan selalu taat dan patuh pada ketentuan hukum yang telah ditetapkan baik hukum agama maupun negara.
    Dayah yang ada di kabupaten Pidie Jaya selalu fokus dalam mendidik wawasan keagamaan bagi remaja. Kurikulum atau materi yang diajarkan beragam mulai fiqh, ushul fiqh, akhlak, tasauf atau tauhid dengan menghadirkan para ahli dalam bidangnya masing-masing sehingga membuat remaja tekun dan termotivasi dalam mengikuti pengajian atau didikan yang diberikan oleh pihak manajemen dayah kepada mereka.
    Metode yang diterapkan pimpinan dayah dalam mendidik remaja yang ada disekitar dayah sangat beragam. Metode pembelajaran antara lain ceramah, mengeja, diskusi, bahkan menerapkan metode problem solving. Pimpinan atau para guru pengasuh selalu berusaha mencari format pembelajaran yang ideal bagi remaja sehingga tidak membosankan dan jenuh dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, materi pendidikan yang diberikan mudah meresap dan dicerna oleh para remaja sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan dan menambah kesadaran beragama sehingga remaja tersebut diharapkan menggapai kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
  2. Dakwah dalam Memupuk kebersamaan antar sesama remaja
    Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan dayah, tidak hanya untuk menambah wawasan keagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang untuk memupuk kekompakan dan rasa persaudaraan sesama remaja yang tingggal di sekitar dayah. Kebersamaan yang terbangun di dayah lahir melalui kekompakan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak dayah. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain gotong royong bersama, pelaksanaan muhadharah setiap minggu, dalail khairat, bahkan setiap perayaan hari-hari besar Islam mereka selalu di ajak untuk bekerja sama agar rasa persaudaraan yang dimiliki oleh remaja terjalin dengan baik.
  3. Dakwah dalam Melahirkan Remaja yang Mandiri
    Kegiatan-kegiatan dan pemahaman-pemahaman tentang agama Islam yang dilaksanakan di dayah seluruhnya berorientasi untuk menciptakan remaja menjadi mandiri. Dengan demikian, diharapkan remaja yang tinggal di sekitar dayah nantinya menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya.
    Untuk melahirkan remaja yang mandiri, dayah menerapkan metode tersendiri, hal ini dibuktikan dengan dilaksanakannya berbagai macam kegiatan antara lain kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK), Pelatihan Bilal, Khatib dan Imam. Hal ini dilakukan agar remaja yang ada disekitar dayah memahami ajaran agama Islam sehingga mereka tidak canggung dalam masyarakat dan tentu harapan terakhirnya ialah bisa mewariskan ilmunya kepada generasi-generasi penerus mereka.
  4. Dakwah dalam Menciptakan remaja yang memiliki akhlaqul karimah
    Akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh pimpinan dayah di kabupaten Pidie Jaya terhadap santrinya baik yang menetap di dayah maupun yang tinggal di sekitar dayah. Pentingnya memiliki akhlabertk yang baik selalu ditanamkan dalam diri remaja. Tanpa akhlak yang baik mereka tidak akan diterima oleh masyarakat bahkan menjadi sampah masyarakat, sebaliknya apabila dalam diri remaja sudah tertanam akhlaqul karimah yang baik akan terlihat aura ketaqwaan yang dimiliki oleh remaja itu sendiri.
    Metode yang diterapkan oleh dayah dalam menciptakan remaja agar memiliki akhlak yang baik, antara lain dilakukan dengan cara memberikan pemahaman tentang pentingnya pengamalan dan kesadaran beragama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang akan menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan perkembangan zaman.
  5. Dakwah untuk Melahirkan remaja yang amanah dan bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.

Dengan kegiatan-kegiatan dan pemahaman tentang agama yang diberikan
di dayah diharapkan para remaja mampu menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan maka keberadaan dayah sangatlah penting bagi masyarakat terutama kaum remaja yang ada disekitar dayah. Banyak remaja yang menganggap keberadaan dayah sangat penting dalam melahirkan pemuda yang taat beragama. Hal ini membuktikan bahwa dayah mempunyai kontribusi dalam memberikan kesadaran beragama dan wawasan Islam. Meningkatkan kesadaran beragama begi remaja bukanlah hal mudah, banyak faktor penghambat yang mempengaruhi kelancaran dalam meningkatkan kesadaran beragama begi remaja dalam keluarga, baik dalam hal aqidah, ibadah, maupun akhlak.

E. Kesimpulan dan Penutup
Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pembahasan di atas, antara lain sebagai berikut:
Peranan Pendidikan Dayah yang ada di kabupaten Pidie Jaya bagi remaja secara umum dapat terlihat dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi remaja yang selanjutnya menjadi landasan kehidupan sehari-hari.

  1. Dakwah dalam Mengajarkan ilmu agama.
  2. Dakwah dalam Memupuk kebersamaan antar sesama remaja
  3. Dakwah dalam Melahirkan Remaja yang Mandiri
  4. Dakwah dalam Menciptakan remaja yang memiliki akhlaqul karimah
  5. Dakwah untuk Melahirkan remaja yang amanah dan bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: IAIN sunan kalijaga, tt
Ahmad Syafii Mufid, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas 3, Jakarta: Yudistira, 2001.

Aslam Nur, Geliat Dayah Pasca Tsunami, Banda Aceh: tp, 2007.

Departemen Agama RI, Nama dan Data Potensi Pondok-Pondok Pesantren Seluruh Indonesia, Jakarta: Departemen Agama, 1999.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

M. Dian Nafi, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: Instite For Training and Development Amherst MA, 2007.

Mastuki HS, MA, Pendidikan Pesantren antara Normativitas dan Objektivitas, Majalah Pesantren: lakpesdam NU, 2002.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet ke-1, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Syaikh M.Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Pustaka Al-Kausar, 2004.

Zakiyah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. II, Jakarta: Ruhama, 2005.

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 2000.

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, cet. ke-2, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Sort:  

Congratulations @yusfriadi: this post has been upvoted by @minnowhelpme!!
This is a free upvote bot, part of the project called @steemrepo , made for you by the witness @yanosh01.
Thanks for being here!!

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by yusfriadi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 59077.53
ETH 2518.13
USDT 1.00
SBD 2.48