Kopi Luring, Agar Ngopi Terasa Lebih Khidmat

Silakan sambangi warung kopi (warkop) kesayangan anda dan cek daftar menunya. Niscaya anda tidak akan menemukan varian minuman bernama Kopi Luring. Jelajah pula seluruh sudut kota 1000 warkop (Banda Aceh), haqqul yakin tak ada yang menyediakan minuman dengan nama sedemikian rupa.

Baiklah, agaknya tak perlu membuang-buang waktu untuk mencari sesuatu yang notabene bermakna metaforik. Istilah kopi luring yang saya maksudkan bukanlah jenis minuman, melainkan sebuah frasa -versi saya- untuk menyebutkan warkop tanpa layanan Wi-Fi. Atau mungkin sebagian masyarakat menyebutnya dengan warkop tradisonal.

Luring: Luar Jaringan: Offline

---

Di zaman milenial ini Wi-Fi seakan telah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat. Tak ayal jika layanan tersebut kini telah disediakan di berbagai tempat, khususnya tempat yang sering didatangi oleh khalayak, seperti warkop.

Di balik manfaatnya, ketersediaan Wi-Fi di warkop terkadang mengurangi substansi interaksi (quality –coffee- time), sehingga tidak jarang kita dapati sekelompok orang duduk di meja yang sama, namun sibuk dengan gawainya masing-masing. Tanpa disadari, situasi ini menunjukkan jika sesungguhya kita tidak benar-benar menikmati kopi, melainkan hanya sebatas layanan Wi-Fi.

Setiap kita mungkin pernah atau bahkan sering berada pada situasi serupa. Agak sulit memang untuk menghindarinya, namun bukan berarti tidak bisa. Barangkali satu cara yang dapat mengurangi perangai semacam itu adalah dengan memilih kopi luring.

Di beberapa tempat, keberadaan kopi luring masih sangat diminati. Selain karena adanya minuman yang sedap nan murah, pengunjung yang berdatangan umumnya juga ingin menikmati kopi dan interaksi yang lebih khidmat. Tentunya merelakan sejenak waktu untuk melepas diri dari gangguan gawai.

Kritik dan saran sangat diharapkan. Jangan sungkan, satu perbaikan saja sangat berarti agar tulisan-tulisan selanjutnya bisa disajikan dengan lebih baik lagi.
Salam hangat
@nurfajrialdi