Movie Insight: The Greatest Showman

in #life6 years ago

the greatest showman.png

source

Selain film The Shape of Water , film The Greatest Showman merupakan film kedua yang menjadi favorit saya tahun ini. Bagaimana tidak? Saya mendapatkan banyak insight kehidupan setelah menonton film ini sebanyak dua kali.

Sebenarnya saya baru mendengar tentang film ini ketika wisuda pada bulan lalu. Dalam acara wisuda kala itu tim paduan suara kampus menyanyikan salah satu soundtrack dari film ini yang berjudul "This Is Me". Awalnya saya tidak mengetahui bahwa lagu yang dibawakan itu merupakan soundtrack film, namun pada saat Rektor berpidato dan menceritakan tentang kisah dibalik lagu itu, baru saya ngeh kalau itu lagu dari salah satu film yang terbaik yang pernah dibuat.

Dalam tulisan kali ini saya tidak akan fokus pada jalan ceritanya, tapi saya ingin berbagi tentang insight-insight kehidupan yang saya dapatkan setelah menontonnya. Film bergenre drama musical ini dibintangi oleh Hugh Jackman. Dan ini tentu bukan film musical pertama Jackman, karena film musical lain yang dibintanginya dan menjadi favorit saya adalah film Les Miserables (2012).

Kembali ke film The Greatest Showman, Jackman berperan sebagai P.T Barnum , seseorang lahir di Inggris yang memiliki kehidupan masa kecil yang jauh dari kata bahagia. Ya, banyak orang yang memiliki kehidupan yang sengsara namun ia juga ikut tenggelam dalam kesengsaraanya, tapi tidak begitu dengan Barnum. Walau ayahnya menyengsarakannya, namun ia tetap menjaga harapan dan imajinasi-imajinasi tentang kehidupan yang bahagia di benaknya. Kelaparan akibat dari kemiskinan yang dialaminya sewaktu kecil, membuatnya pernah dipukuli oleh orang karena mencuri sebongkah roti. Hingga ia memutuskan untuk pergi ke Amerika untuk merubah hidupnya.

P.T Barnum tumbuh menjadi lelaki dewasa yang gagah dan tak lagi miskin seperti masa kecilnya dulu. Walau demikian, tetap saja keadaan ekonominya masih tergolong menengah kebawah dibandingkan keluarga wanita yang sudah dipacarinya sedari kecil yang bernama Charity. Namun walaupun demikian, Charity tetap memilih untuk hidup sederhana bersama Barnum dengan bermodal mimpi-mimpi yang besar.

Tentu saja pilihan Charity sangatlah beresiko. Ia sudah terbiasa hidup mewah dan segalanya ada, namun ia tetap meyakini bahwa kebahagiaan utamanya ialah ketika bisa hidup dengan pria yang dicintainya.

"However big, however small
Let me be part of it all
Share your dreams with me
You may be right, you may be wrong
But say that you'll bring me along
To the world you see
To the world I close my eyes to see
I close my eyes to see"

source

Ini merupakan lirik yang sangat mengena sekali. Lirik ini dinyanyikan ketika Charity mantap memilih hidup dengan Barnum yang kala itu masih sebagai pegawai sebuah perusahaan kapal yang ternyata sebentar lagi mengalami kebangkrutan.

Bagi orang tua Charity, pilihannya sangatlah tidak masuk akal. Seperti yang sudah saya bilang tadi, kehidupannya sudah sangat nyaman namun ia memilih untuk hidup sebagai ibu rumah tangga yang harus mencuci, membereskan rumah dan tentu saja tanpa pembantu. Namun Charity sangat yakin apa yang menjadi pilihannya dan ia bahagia dalam menjalankannya.

Selain itu, momen yang saya sukai dalam film ini ialah ketika Charity tak mengeluh sedikitpun ketika mendapatkan kabar bahwa Barnum telah di PHK. Jawabannya sangat sederhana "Memang pekerjaan itu tidak cocok untukmu". Dan tentu saja, dengan sikap menerimanya tentu saja membuat Barnum berani untuk mengambil tindakan besar. Tentu ia tak melamar pekerjaan di tempat lain, namun ia memutuskan untuk mencari pinjaman bank untuk mewujudkan mimpinya, yaitu memiliki tempat yang bisa mendatangkan banyak orang yaitu salah satunya museum.

Bagi mantan karyawan yang baru saja memulai bisnis, tentu saja akan mengalami berbagai tantangan. Bisnis museum yang dibangunnya ternyata tidak menarik sama sekali bagi orang-orang. Kesan kuno dan membosankan membuat orang hanya berlalu begitu saja ketika Barnum dan keluarganya menjual tiket masuk museum. Hingga suatu malam, saat anak-anaknya lelah setelah membantu menjual tiket, anaknya berceloteh bahwa museum milik ayahnya tidak memiliki sesuatu yang hidup dan spektakuler. Tak ada putri duyung atau unicorn yang bisa membuat orang terkejut saat melihatnya.

Dan dari situ Barnum mulai memikirkan masukan dari dua puti kecilnya. Satu lagi pelajaran yang bisa saya petik, Barnum mengajarkan untuk menjadi orang tua yang rendah hati. Walau pengalaman hidupnya sudah banyak, namun ia tetap mendengarkan masukan putri-putri kecilnya. Saya sangat jarang sekali menemukan ada orang tua yang dengan rendah hati mendengarkan apa yang dikatakan anak-anaknya. Banyak orang tua yang merasa lebih tahu dan lebih berpengalaman karena sudah merasakan asam garam kehidupan. Mungkin bila Barnum tak mendengarkan ide dari putri-putrinya mungkin sampai beberapa tahun berjalan ia masih belum mendapatkan kesuksesan.

Ya berkat masukan yang didapat, Barnum akhirnya memutuskan untuk merubah museum kunonya menjadi arena sirkus yang meriah dan berwarna.

Masih banyak sebenarnya insight-insight yang saya dapatkan dari film ini. Rasanya setiap scene film ini selalu ada makna tersendiri yang dapat direfleksikan dalam kehidupan.

Saya banyak mendapatkan pelajaran tentang arti penting keluarga dan perjuangan hidup. Tak peduli seberapa banyak orang melecehkan atau merendahkan diri kita, namun bila kita memiliki keluarga yang menerima diri kita apa adanya dan selalu menjaga mimpi-mimpi kita tetap menyala dan bernyawa maka seberapa sulitnya kehidupan tetap bisa kita lewati.

Semoga apa yang saya share bermanfaat ya. Bila penasaran dengan keseluruhan jalan ceritanya, silahkan tonton sampai habis filmnya ya. Walau ini bergenre drama musical namun jauh dari kata membosankan, percayalah.

WhatsApp Image 2018-05-18 at 12.24.23 PMd.jpeg

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63022.98
ETH 2580.28
USDT 1.00
SBD 2.72