Once Upon a Time in the Mountain

We made our way towards the mountain, after struggle in the middle of night, fought with cold, crawled with muddy track, and we finally reached the peak. We had to make base camp by dawn covered with moist. Just as we approached, a chute of dew detached itself on the wild leaves. My eyes went on the two hammock that laid under the morning sky. I was wondering what would happened if the rope got loose. They were soundly sleeping in the hammock with around ten meter high. Did they manage to kill themselves. They knew what they were doing. The sun was blocked by the thin fog that flew over the mountain along with the silence that followed was spine chilling. It froze me when I thought that I had climbed this mountain in the chilling condition last night. I stood and saw the great mountains existed before me, cold grey crevices holding the beauty of real nature.

Kami berjalan gunung, setelah berjuang di tengah malam, bertengkar dengan sejuk, terjerat lintasan berlumpur, dan akhirnya kami sampai di puncak. Kami harus membuat base camp menjelang fajar ditutupi lembab. Tepat saat kami mendekat, parasut embun terlepas dari daun liar. Mataku melanjutkan ke dua tempat tidur gantung yang diletakkan di bawah langit pagi. Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika tali itu terlepas. Mereka tidur nyenyak di tempat tidur gantung dengan tinggi sekitar sepuluh meter. Apakah mereka ingin bunuh diri? Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Matahari terhalang oleh kabut tipis yang melayang di atas gunung bersamaan dengan keheningan dan sekujur punggungku menjadi dingin. Suasana seolah membeku saat aku membayangkan mendaki gunung ini dalam kondisi dingin semalam. Aku berdiri dan melihat gunung-gunung besar ada di hadapanku, celah-celah abu-abu yang dingin menahan keindahan alam yang sesungguhnya.

I actually love this cloudy day. Being on top and trying to enjoy the view of Takengon city. I had little warmth with hot coffee. The morning slowly opened its color, feeling soothed by it, letting it cover me with blanket of introspection. My whole world was what is right in front of me because everything else is consumed by fog. By the time the the laugh broke outside of my camp, I rolled out of my bag, stood up and stretched and came out. The entire meadow was glowing under its morning cold and the dew was still plainly visible on all the blades of grass nearby. The hammock men were still lying up there, slept save and sound.

Aku sebenarnya menyukai kondisi seperti ini. Berada di atas dan mencoba menikmati pemandangan kota Takengon. Aku sedikit merasa hangat dengan kopi panas. Pagi hari perlahan membuka warnanya, aku merasa lega, membiarkannya menemani lamunanku. Seluruh dunia yang saya rasakan kini berada di depan saya karena segala yang sisanya dilumati oleh kabut. Pada saat tawa itu pecah di luar perkemahan saya, saya berdiri dan meregangkan tubuh dan keluar. Seluruh padang rumput bercahaya di bawah dinginnya pagi dan embunnya masih terlihat jelas di semua bilah rumput di dekatnya. Orang-orang tempat tidur gantung masih berbaring di sana, tidurnya begitu nyenyak.

I stood in very cool morning, seeing the lake was glimmering in the callow light of dawn. Lut Tawar lake has its local legend had it that a princess and her sisters came from the heaven to take bath in this pool and did body scrub near the pool argent-silver that was molded and poured into it, hemmed in by precipitous hills. My eyes went deep to the broad span of Gayo-blue sky was slashed above it, making it appear like nature’s amphitheater. The hollowness of the valley magnified all sounds, from burbling streams to the bumble of bees. The visage of the lake was veneer-clear and tranquil, flanked by an avenue of pine trees. The water had a diamond flame texture with the tiny wave light arouse over the lake. It was surrounded by greenery timbers that stood strong on the hills. The dale fell confessional-quiet. I had an thankful moment then and yearned for a time to witness the magical views that stretched around me.

Aku berdiri di pagi yang sangat dingin, melihat danau itu berkilauan saat cahaya fajar menyingsing. Danau Lut Tawar memiliki legenda setempat bahwa seorang putri dan saudara perempuannya turun dari surga untuk mandi di kolam ini dan melakukan body scrub di dekat kolam renang yang berkilau, dan dikelilingi oleh perbukitan terjal. Mataku semakin dalam menyaksikan langit biru Gayo yang luas tersayat di atasnya, membuatnya tampak seperti amfiteater alam. Keheningan lembah itu seoalah menjadi gaduh, dengan suara semilir angin. Wajah danau itu berwarna jernih dan tenang, diapit oleh pohon-pohon pinus. Airnya memiliki tekstur nyala mutiara yang berasal dari gelombang kecil mengembang di atas danau. Danau itu juga dikelilingi oleh pepohononan hijau yang berdiri tegak di atas bukit. Aku bersyukur sekaligus merindukan saat seperti ini untuk menyaksikan pemandangan magis yang membentang di sekitar saya.

Then, my eyes went on to the happy family who enjoy taking the bottom view photos. This man took his family on top on this mountain on the weekend. Spending time with the family is something near and dear to everyone heart – no matter if they had to climb the mountain. It would give them a different sense of quality time. Boy and girl were discussing about the thing that I did not understand. Few hours later we decided to pack and went back home.

Lalu, mataku tersorot ke keluarga bahagia yang sedang mengambil foto pemandangan di bawah. Pria ini serta keluarganya ke atas gunung ini pada akhir pekan. Menghabiskan waktu bersama keluarga adalah momen yang sayang membahagiakan, tidak masalah meski harus mendaki gunung. Ini akan memberi susana yang berbeda. Anak laki-laki dan perempuan sedang membicarakan hal yang tidak saya mengerti. Beberapa jam kemudian kami memutuskan untuk berkemas dan kembali ke rumah.

What? A girl with the doll stick managed to hike. Yes! I found this girl when I was going down from the mountain. I met her in a half way. I could see how hard she tried to conquer the track, he once felt but she tried to hide. I and my friends seeing this tough girl was on the hike. I assumed, she got used to do so when the morning broke. When she got tired, she stared at the yellow doll that was stuck on stick. A dearly doll was ready to pump up her spirit to reach the peak as soon as possible. This track had already dried where I could go down easily, I got no trouble to arrange my step. It was easier than last night. Now, let me leave you a note "Dont give up hike, you will find incredible things when you are on the track, cold, fog, views are best entertainment for your soul."

Apa? Seorang gadis dengan tongkat boneka berusaha mendaki. Ya! Saya menemukan gadis ini ketika saya turun dari gunung. Aku bertemu dengannya di pertengahan jalan. Aku bisa melihat betapa sulitnya dia mencoba menaklukkan lintasan, dia terjatuh tapi dia menyembuyikannya. Saya dan teman-teman saya melihat gadis tangguh ini sedang mendaki. Saya berasumsi, dia sudah terbiasa melakukannya saat pagi hari pecah. Saat dia lelah, dia menatap boneka kuning yang menempel di tongkat. Boneka yang sangat ia sayangi ini siap memompa semangatnya untuk mencapai puncak sesegera mungkin. Trek ini sudah mengering dimana saya bisa turun dengan mudah, saya tidak kesulitan mengatur langkah. lebih mudah dari tadi malam. Sekarang, biar kutinggalkan sebuah catatan "Jangan menyerah, Anda akan menemukan hal-hal luar biasa saat berada di lintasan, dingin, kabut, pandangan adalah hiburan terbaik untuk jiwa Anda."