Meraih Maju dengan Konflik, Merenungi Takdir Jalan Aceh

in #lfe6 years ago

image

Kita, sudah melewati konflik bersenjata yang menghadirkan peace, dan kita masih akan melewati konflik pembangunan untuk mengasah heart. Bisakah kita meraih Aceh Great? Jika pun bisa, kita mungkin masih akan melewati konflik kultural untuk meraih Aceh Art. Inilah jalan lex specialis Aceh yang sudah ditempa disepanjang riwayat perjalanan bangsa teuleubeh ateuh rueng donja ini.

Jalan konflik jelas jalur perjalanan yang tidak mudah. Membayangkan semua yang sudah pernah terjadi saja berat, apalagi bila harus menjalaninya dari satu patahan waktu ke patahan waktu berikutnya. Aceh vs Aceh, Aceh vs Portugis dan Johor, Aceh vs Belanda, Aceh vs Pemerintah RI, dan kembali lagi Aceh vs Aceh.

Dengan fakta itu kita sudah harus sadar bahwa jalan konflik adalah jalur tempuh Aceh. Tidak ada jalan lain, suka atau tidak suka konflik sangat dekat, sedekat urat leher. Jadi, tidak bisa dihindari dan karena itu mesti dihadapi dan dikelola berdasarkan khazanah pengetahuan konflik yang dimiliki oleh Aceh itu sendiri.

image

Kita sudah berhasil teubit u lua dari konflik bersenjata terakhir dengan pemerintah RI dengan hasil MoU Helsinki, bahkan Aceh paling berhasil mewujudkan butir-butir MoU Helsinki lebih cepat dan lebih konsisten dibanding pemerintah RI. Dalam bahasa ulok, wajar saja sebab pemerintah memang tidak punya jalan keluar. "Masuk ke dalam, ci tanyong, kalau keluar ke mana? Beda dengan Aceh, tamong u dalam, teubit u lua," canda Ayah Panton dengan ulok khasnya.

image

Jika sadar bahwa konflik adalah jubah kebesaran Aceh maka tidak ada yang perlu dialergikan dengan segenap perang urat saraf (dakwa dakwi) yang terjadi dan terus berlangsung di semesta Aceh. Tarawih 20 vs 8, Dayah vs Wahabi, Pemerintah vs DPRA, dan lainya hanya sebahagian contoh yang melintas di timeline media sosial kita. Semua ini adalah cara kerja takdir Aceh untuk mengasah hate (heart) ureung Aceh.

Ini jelas tidak mudah. Di zaman dimana pengetuan dan informasi melimpah, konflik di era pembangunan Aceh jelas bukan soal tidak paham, melainkan ada hal yang lebih serius yaitu soalan ada banyak orang dan pihak ingin unjuk diri untuk apa yang dikenal sekarang sebagai era perhatian. Era inilah yang dimanfaatkan oleh industri media dengan menjadikan attention sebagai aset yang bila diberi lapak akan menghasilkan uang. Jadi, media sosial makin mematangkan era konflik pembangunan di Aceh dengan target heart.

image

Berhubung masih cukup awal, kita belum memiliki kemampuan menyusun segenap konflik pembangun ini untuk menjadi peta yang memiliki gambar yang cukup untuk menghadirkan prediksi. Tapi, yang pasti pemerintah vs dpra disatu pihak masyarakat vs masyarakat di lain pihak masih akan terus menjadikan Aceh sebagai tempat unjuk kekuatan, sama seperti Aceh, Johor dan Portugis pernah menjadikan Selat Malaka sebagai tempat ujuk kekuatan.

Apakah kita bisa mengubah takdir jalan Aceh? Sepertinya tidak, dan karena itu hanya ada satu cara, melewati jalan konflik pembangunan ini dengan target mengasah hate agar hilang dari segala ragam kueh. Singkat kata, kita sudah melewati revolusi fisik, dan kini kita memasuki revolusi mental. Jawabannya kemajuannya bisa kita lihat dari cara kita berkomunikasi. Jika masih mengedam ngedum, pertanda belum ada kemajuan.

Free Photo by unsplash

Sort:  

Semoga jalan damai akan muncul

Memang tdk mudah membaca tuntas artikel orang, jadi wajar berat merekomendasi haha

Mau gimana lagi bang... nasib...

Apakah kita bisa mengubah takdir jalan Aceh?

Bisa, kalau g ada lg pelabelan si ini orang A si itu orang B
Kalau org si A dan si B udh mau duduk dlm 1 meja di warung kopi.

Langsung baca di akhir hahaha

Sesuai ajaran abg. Untuk baca sesuatu itu g prlu baca semuanya. Cukup baca di awal atau di akhir saja. Hahaha

Takdir memang tidak bisa diubah. Namun nasib masih bisa kita perbaiki, walaupun tak semudah mengayunkan sebilah kapak.

Mengubah nasib di atas jalan konflik tentunya membutuhkan mental yang kuat serta pola pikir yang cerdas, agar mampu mencerna apa makna sebenarnya dari konflik itu sendiri.

Semua itu tidak akan bisa kita dapatkan jika rasa keikhlasan tidak tertanam dalam jiwa. Salam peACEHeart. Heheheh..

Jika konflik adalah jubah kebesaran orang Aceh, jika konflik adalah sedekat urat leher kita, maka tiada cara untuk mengentaskannya. Melawan arus dan secara membabi buta melawannya, adalah pengurasan energi yang sia sia.

Jadi harus bagaimana? Belajar bersahabat dengan konflik, sembari mempelajari cara lembut menari dengannya, hingga pada saatnya, celah ditemukan dan konflik diurai?

Let's dance in the rain, kata orang sana, Bang.

Semoga dengan kedewasaan hati yang ikhlas ketemu jalan keluarnya...amin

Indahnya sangat memanjkan mata.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.032
BTC 63891.49
ETH 2753.67
USDT 1.00
SBD 2.66