Our Trip to Nusantara Garden of Flowers in Puncak (BILINGUAL) - Part I

in #ksi6 years ago (edited)

Last week, 26 September 2018 I went to Puncak (West Java) with my Unicef pensioner friends. The purpose planned to go there was only to do some cullinary hunting, as usual done by us at least once -a- month. We went there, perhaps, because the name of food is a little bit strange to our ear --SATE MARANGI -- name that I have never heard of it before. After a long trip looked for the Restaurant in Puncak, finally we got there and soon we're sittting around the table then the Satay Marangi were served -- our tour leader ordered for us earlier-- so that it can be served right on our arrival. I'd better described what atay Marangi is. It's satay and one piece of main cake made of grilled sticky rice, served in a small plate. In eating them we have to pour out something made of soybean sediment, not of something that I like the most: ground peanut sauce.

(Aku dan sesama teman pensionan Unicef pergi ke Puncak (Jawa Barat) pada tanggal 26 September 2018. Maksud rencana kami pergi ke Puncak itu hanya untuk berburu kuliner yang biasanya kami lakukan sebulan sekali. Kali ini mungkin karena namanya yang masih asing di telinga kami -- SATE MARANGI -- aku pun belum pernah mendengar sebelumnya. Setelah perjalanan yang memakan waktu agak lama mencari restoran di Puncak, akhirnya kami sampai juga. Kami bersegera memilih tempat duduk mengelilingi sebuah meja. Karena Tour Leader kami telah memesan Sate Marangi sebelumnya, maka ketika sampai, sate marangi pun dihidangkan. Seperti apa sih Sate Marangi itu? Sate Marangi adalah paduan sate dan sepotong ketan panggang disajikan di piring kecil. Cara memakannya di siram dengan saus yang terbuat dari oncom yang dihaluskan, bukan sesuatu yang paling aku suka yaitu saus kacang tanah.

Puncak makan sate marangi.jpg

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.029
BTC 65375.87
ETH 3337.31
USDT 1.00
SBD 2.63