"Ekstrovert yang Pesimistis"
Pernahkan anda membaca buku "Personality Plus, Bagaimana Memahami Orang Lain Dengan Memahami Diri Anda Sendiri" yang dikarang oleh Florence Littauer ? ya bagi mereka yang sudah pernah membacanya mungkin anda telah memiliki gambaran kemana arah topik yang akan disampaikan berikut. Namun bagi yang belum pernah, maka inilah tujuan utama dari tulisan ini.
Walaupun terdapat beberapa ahli yang menyangkal teori yang terdapat dalam buku tersebut, namun saya bukan ingin menyampaikan sesuatu yang terikat dengan konten buku tersebut, saya ingin lebih terbuka dan terbebas dari konsep tersebut, sehingga kita dapat membandingkannya dengan realitas di lapangan.
Menurut Florence Littauer, karakter manusia terbagi atas 4 karakteristik yang terbentuk oleh pengaruh lingkungannya, yaitu Sanguinis, Melankolis, Plagmatis dan koleris. Namun apa yang dimaksud dengan itu semua ? secara singkat dapat dijelaskan bahwa sanguinis berkaitan bagi mereka yang suka akan berbicara di depan umum dan menjadi perhatian banyak orang, dimana para melankolis hanya menjadi orang yang mengamati dari jauh, ia menganalisa detail-detail demi meraih kesempurnaan dan dapat melahirkan suatu keindahan dengan jiwa seorang seniman, sementara seorang plagmatis hanya membenarkan dan tidak membantas apapun yang dikatakan orang sanguinis, seorang koleris adalah seorang pemimpin sejati, ia mengurusi urusan orang lain walaupun tidak di minta untuk itu, dan ia siap untuk berbagai kemungkinan yang tidak pasti. Sejauh pemahaman kami terhadap buku tersebut, pada dasarnya seorang manusia memiliki keempat jenis karakter tersebut dalam diri mereka masing-masing, namun yang menjadikan mereka salah satu dari keempatnya adalah dominasi salah satu karakter dari keseluruhannya. contohnya Edi, di dalam dirinya terdapat karakter sanguinis, koleris, melankolis dan plagmatis, namun ada dominasi suatu karakter yang kemudian menjadikan Edi seorang melankolis, yaitu keinginan untuk selalu tampil perfecsionis.Reference
Mengenai topik yang kami sampaikan di atas, ekstrovert yang pesimistis, adalah dua hal yang bertolak belakang jika dikaji dengan berdasar pada buku di atas. karena berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil dari sana bahwa seroang sanguinis lebih dapat mewakili karakter ekstrovert sedang pesimistis merupakan karakter dari melankolis dimana tidak akan mengambil risiko sebab mereka seperti dapat melihat apa yang akan terjadi kedepannya. Namun itulah yang saya lihat di lapangan dan mungkin menjadi tolak ukur ketidaksependapatnya para ahli psikolog pada buku ini. saya melihat di lapangan bahwa kebanyakan dari mereka yang memilih untuk tidak terlibat langsung dengan orang yang tidak dikenal, memiliki rasa optimis yang lebih tinggi dibanding sebaliknya.
keinginginan untuk terlibat langsung dengan siapapun memang sangat menggambarkan ekstrovertial seseorang dimana tampak optimis ketika berusaha meyakinkan orang lain, Namun pada kenyataannya mereka para sanguinis tidak dapat bersabar atas proses sehingga kecendrungan untuk menyerah di tengah jalan lebih besar. Olehkarena itulah, para ekstrovert untuk meyakinkan diri mereka, mereka membutuhkan orang lain untuk diajak berdiskusi dan bekerja sama, dimana hal ini sangat tidak diperlukan bagi seorang melankolis, karena ia beranggapan dapat mengerjakan segala sesuatu lebih baik dari siapapun ataupun bersama-sama.
Apa anda punya pandangan yang sama ?
Silahkan beri komentar :)
Setelah membaca secara singkat uraian di atas.
Sepertinya menarik untuk dibaca ini...
Ya saya hanya membandingkan teori dan praktek :), thank you for reading my dear friend
Bukunya ada dijual di Mandasyeh gak dek Nash?